Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 09. Comparisons -- 4.10 Eighth Commandment: Do Not Steal
This page in: -- Afrikaans -- Arabic? -- Armenian? -- Azeri? -- Bulgarian? -- Cebuano? -- Chinese? -- English -- Farsi? -- French -- German -- Gujarati? -- Hebrew -- INDONESIAN -- Norwegian? -- Polish? -- Russian -- Serbian? -- Spanish? -- Tamil -- Turkish? -- Uzbek -- Yiddish? -- Yoruba?

Previous part -- Next part

09. PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KEKRISTENAN
Perbandingan 4 - DASA TITAH

4.10 - TITAH KEDELAPAN: JANGAN MENCURI



"Jangan Mencuri." (Keluaran 20:15)


4.10.1 - Siapakah yang Empunya Harta Milik itu?

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Ia sajalah pemilik dari semua unsur alam, tumbuhan, binatang, dan diri kita juga. Kita adalah milik Allah. Kita tidak tercipta karena kecelakaan, tetapi karena kasih karunia Allah, pikiran dan kuasa-Nya sudah dimanifestasikan di dalam setiap makhluk-Nya. Allah adalah pemilik dari seluruh alam semesta. Bagi Dia sajalah kepemilikan atas segala sesuatu, bahkan emas dan perak sekalipun. Kita hanyalah hamba dari apa yang sudah dipercayakan-Nya kepada kita. Kita bertanggungjawab atas semua yang diberikan-Nya kepada kita. Waktu, kesehatan, kekuasaan, uang, harta milik bukanlah milik kita, tetapi hanya mili-Nya saja. Apakah anda setuju?

Seratus tahun yang lalu, teori-teori ateis yang menolak keberdaan dunia roh mulai muncul. Mereka hanya menegaskan keberadaan materi, yang disebut berubah dari dalam dirinya sendiri. Allah tidak masuk akal bagi mereka. Partai-parta yang berkuasa merampas kepemilikan semua aset dan properti rakyatnya, dan kesetiaan kepada partai berarti mau membagi semua aset itu. Tetapo pribadi-pribadi yang individual menjadi kehilangan keyakinan terhadap falsafah kebersamaan, karena itu mereka kemudian bekerja lebih sedikit daripada yang seharusnya, dan menggerogoti keuangan dan properti negara sebanyak mungkin. Inilah sebabnya China dan negara-negara sosialis uang lain berkembang dalam hal pekerjaan-pekerjaan non-sosial yang bersifat pribadi. Produksi ekonomi yang sangat terbatas menyatakan bahwa manusia tidak diciptakan untuk bentuk sistem kolektif apapun. Kita diciptakan untuk menlanai kehidupan yang bertanggungjawab penuh dari sejak awalnya. Manusia perlu mendapatkan motivasi dari diri sendiri, dan bukan dipaksa oleh pihak lain. Ketika peretrioka berkembang maka sistem komunis mulai runtuh.

Di Barat, kapitalisme berarti bahwa semua orang adalah satu-satunya penguasa dari waktu dan uangnya. Sistem demokratis sosial berusha untuk mengamankan sedikit bagian bagi orang miskin dari kue yang besar yang dibagi-bagi sendiri di kalangan orang-orang kaya. Oh, seandainya saja kaum milioner itu bisa memahami tanggungjawab mereka di hadapan Allah dan kemudian bertobat kepada-Nya! Mereka pasti akan mengenal kebutuhan orang-orang miskin dan memperhatikan juga orang-orang yang kecil dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka.

Sebenarnya komunisme dan kapitalisme memiliki tujuan yang sama. Keduanya ingin menguasai semua harta milik dan kekuasaan. Keduanya hanya berbeda di dalam cara yang dipakai untuk menguasai kekayaan. Perampasan harta milik di dalam negara-negara sosialis tidak berbeda dengan perampokan belaka. Tetapi eksploitasi orang-orang miskin di negara-negara kapitalis juga merupakan cara yang licik untuk tindakan pengkhianatan, yang didukung oleh pemakaian media modern.

Namun, seorang Kristen harus memahami bahwa semua harta milik sebenarnya adalah kepunyaan sang Pencipta. Kita bukanlah pemilik atau penguasa yang independen, tetapi hanya sekedar hamba yang sederhana. Tidak ada sesuatupun yang milik kita. Apa yang kita miliki tidaklah lebih dari berkat Allah saja, dan kita harus mempertanggungjawabkan bagaimana kita memanfaatkan uang, waktu dan usaha kita. Berhati-hatilah akan apa yang anda lakukan dan apa yang anda pakai!


4.10.2 - Kasih kepada Allah dan Kecurangan Keuangan

Yesus memberikan peringatan kepada kita, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain... Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24). Seorang Kristen tidak bisa berlaku seolah-olah ia adalah penguasa atas uangnya tanpa meletakannya di dalam pengendalian Allah, karena itu berarti dia merampok tuannya sendiri. Karena itu cara kita menangani uang harus mengalami perubahan yang radikal ketika kita menjadi seorang Kristen. Orang-orang kaya tidak boleh membuat perencanaan dan hanya hidup bagi dirinya sendiri, tetapi harus sungguh-sungguh bertanya kepada Allah tentang apa yang Dia kehendaki mengenai uang yang dipercayakan kepada mereka.

Negara-nergara berkembang, yang memiliki sedikit industri saja, masih membutuhkan pertama-tama pencerahan rohani. Keyakinan akan Allah Tritunggal akan mendorong munculnya tanggungjawab, ketekunan dan sikap mau berkorban. Hanya hubungan yang baik dengan Yesus yang bisa menjauhkan manusia dari perilaku yang kotor atau bekerja hanya untuk keluarga mereka sendiri saja, sementara mereka melihat kebutuhan orang-orang lain. Kalau sikap mereka tidak diubah, kemalasan, pencurian dan terorisme akan terus berkembang. Kristus sajalah harapan bagi dunia kita!

Alkitab dengan jelas mengatakan, “Jangan mencuri,” dan dengan itu meneguhkan kepemilikan pribadi. Jadi kita tidak boleh iri hati kepada seseorang atas kekayaannya, karena tanggungjawab kekalnya juga bertambah seiring dengan jumlah kekayaannya. Yesus menjelaskan perintah ini ketika Ia menhgatakan, “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Matius 19:24). Kekayaan dari orang kaya tidak bisa menjadi alasan pembenaran untuk mencuri dari mereka, karena barangsiapa melakukan pencurian akan menanggung hukuman yang adil dari Allah sendiri.

Di dalam batin kita, kita merasakan bahwa kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Hati nurani kita sangat peka dan memperingaktan agar kita tidak mencuri apapun, besar atau kecil. Kita harus menguji diri kita dengan seksama untuk melihat apakah ada sesuatu yang ada pada kita yang sebenarnya bukan milik kita. Tuhan pasti akan menolong anda mengenali apa yang menjadi milik orang lain, kalau anda meminta Dia menolong anda mengingat apa saja yang bukan milik anda. Kita juga harus meminta kepada Yesus untuk memberikan kepada kita keberanian untuk langsung mengembalikan apa yang bukan milik kita. Kita perlu mmeinta kepada Allah dan kepada pemilik barang itu pengampunan dan maaf. Barang-barang curian akan mempengaruhi hati nurani kita dan menghancurkan hubungan kita dengan Yesus. Dalam sebuah ibadah penginjilan di Afrika, orang yang hadir didorong untuk mengembalikan apa yang mereka curi dari orang lain. Pada saat itu beberapa orang polisi yang menjaga tertawa dan saling memandang dengan sikap meremehkan karena mereka masing-masing tahu apa yang sudah mereka curi dari orang lain. Hal-hal itu terjadi di semua tempat dan merupakan anugerah Allah kalau kita bisa mengenali dosa kita, menyesalinya dan membencinya, dengan tulus bertobat atasnya mengakuinya dan memberikan ganti rugi. Selalu kembali kepada Yesus, dan Ia akan menolong anda memperbaiki kerusakan yang pernah anda buat. Kembalikan segala sesuatu yang bukan anda miliki dengan segera!


4.10.3 - Pencurian Modern

Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah pencurian di jaman ini?” Bukan hanya mengambil barang-barang yang bukan milik kita tetapi juga termasuk penggelapan, penundaan dan membuang waktu pekerjaan. Semua bentuk kecurangan termasuk sebagai pencurian. Menjual barang palsu dengan harga murah ataupun mahal termasuk mencurangi pembelinya. Kadangkala nilai dari suatu barang tidak sesuai dengan harganya. Memberikan informasi pajal yang salah kepada petugas pajak juga termasuk pencurian. Dan memang, tentu saja, ada banyak cara untuk berlaku curang di dalam urusan pekerjaan dan ekonomi. Kalau anda tidak mau hidup di hadapan Allah maka anda akan jatuh ke dalam bahasa penggelapan dan berdosa terhadap Dia dan terhadap umat-Nya.

Ujian hati nurani ini juga mencakup pemilik tanah, boss dalam dunia bisnis dan orang-orang lain dengan kedudukan tinggi kalau mereka menarik keuntungan dari pekerja mereka dan menuntut mereka untuk bekerja keras tanpa membayar harga yang pantas untuk mereka. Juga merupakan pencurian kalau suatu bank atau satu pribadi meminta bunga yang terlalu tinggi. Tetapi juga merupakan suatu dosa kalau seseorang meminta kredit sementara ia tahu bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Ada banyak cara untuk mencuri, baik secara pribadi maupun di depan umum, dan kalau kita tidak melatih hati nurani kita untuk tetap hidup lurus di dalam Roh Kudus maka kita akan jatuh ke dalam bahaya kehilangan kebenaran dan keselamatan karena ketamakan akan uang dan kikir akan harta benda. Paulus dengan jelas menuliskan, “pencuri, orang kikir, ...tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (1 Korintus 6:10).

Dalam masyarakat modern kita mencuri sudah dilakukan dalam berbagai bentuk. Beberapa orang akan memakai telephone di tempat kerja untuk panggilan pribadi. Beberapa orang mengambil apa yang mereka lihat di toko atau super market dan tidak membayarnya. Ada juga yang membuka pintu mobil dan langsung membawanya pergi. Yang lain lagi membagi-bagikan obat secara gratis agar orang-orang lain tergantung kepada obat itu dan kemudian mereka dipaksa untuk membeli setelah mereka ketagihan. Mereka bahkan membuat orang-orang yang ketagihan itu mencuri atau melakukan kejahatan lainnya untuk bisa mendapat uang. Masuk ke dalam komputer orang lain atau mengcopy software tanpa membayar juga merupakan bentuk modern dari pencurian yang menulari hati nurani banyak orang.

Kalau kita tidak menerima hati yang baru dari Yesus kita membuka diri kita kepada banyak cobaan. Kita harus yakin bahwa kita tidak menjadikan penghasilan sebagai tujuan yang paling utama di dalam kehidupan kita, agar kita tidak menjadi materialistik dan kehilangan sukacita dari Tuhan. Jangan lupa bahwa iri hati dan ketamakan masih menjadi sumber dari semua kejahatan. Barangsiapa yang mengutamakan uang akan merubah sikap hidupnya. Hatinya akan menjadi keras, kasihnya akan menjadi dingin, dan semua yang dilakukannya akan didasari oleh keinginan mendapat uang. Uang akan menjadi fokus bagi kehidupannya dan Allah tidak lagi menjadi pusat hidupnya.

Yesus memilih untuk hidup miskin dibandingkan jatuh ke dalam bahaya kekayaan. Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Yudas, yang mengkhianati Yesus, adalah pencuri uang perbendaharaan (Yohanes 12:6) dan akhirnya menggantung diri.

Paulus bekerja keras dengan tangannya sendiri. Ia tidak mau menjadi beban orang lain. Ia tidak hanya mencari nafkah untuk dirinya tetapi juga menolong orang-orang lain sehingga Injil bisa diberitakan.


4.10.4 - Pekerjaan dan Pengorbanan

Banyak orang-orang yang baru percaya perlu mengubah sikap mereka terhadap uang dan bekerja dengan jujur, karena mengemis atau menantikan pertolongan orang-orang lain bukanlah sesuatu yang terhormat dan tidak memastikan adanya penghasilan yang memadai. Permohonan keempat dari Doa Bapa Kami adalah “Berikan kami pada hari ini makanan yang secukupnya.” Ini berarti bahwa kita berdoa dengan penuh keyakinan kepda Bapa Surgawi kita untuk memberikan pekerjaan yang layak dan memberkati kita dengan kekayaan dan kekuatan untuk melakukannya, apapun kesulitan yang harus kita hadapi.

Kalau kita sungguh-sungguh hidup di bawah tuntunan Allah dan bekerja dengan tekun, kita tidak perlu mencuri atau hidup dengan mengandalkan orang lain karena kita bukan hanya diberkati dengan kemampuan menyokong keluarga kita tetapi juga menolong orang-orang yang membutuhkan, dan mengambil bagian di dalam persembahan kasih untuk pekerjaan Tuhan juga. Terlebih berkat memberi daripada menerima (Kisah Para Rasul 20:35; Efesus 4:28; 1 Tesalonika 4:11).

Suatu saat Yesus bertemu dengan seorang muda yang kaya yang sangat saleh dan dengan setia mentaati Dasat Titah. Tuhan mengasihi dia dan mau membebaskannya dari ikatan yang tersembunyi. Karena itu Ia mengatakan kepada orang itu, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19:21). Orang muda itu menjadi sangat sedih ketika mendengar hal itu, karena hartanya banyak. Ia meninggalkan Yesus. Uang lebih penting baginya dibandingkan dengan Anak Allah. Dari waktu ke waktu kita juga perlu menguji diri kita untuk melihat apakah mengikut Yesus menjadi prioritas yang paling utama bagi kita atau justru kita percaya kepada harta kiota atau deposito kita di bank (Markus 10:19; Lukas 18:10). Yesus menghendaki untuk membebaskan kita dari kepercayaan terhadap uang. Kita harus tunduk kepada-Nya dan menjadikan pengorbanan sebagai tujuan yang paling utama dalam kehidupan. Sebagaimana Tuhan kita sudah menyerahkan diri-Nya sebagai tabusan bagi banyak orang kita juga perlu menolong orang-orang lain dengan sukacita dengan berbagai cara yang praktis. Allah menghendaki untuk membebaskan kita dari kepercayaan terhadap uang dan menguatkan kepercayaan kita kepada-Nya.

Anggota dari Gereja Mula-Mula saling mengasihi di dalam persekutuan rohani sementara dengan sungguh-sungguh menantikan kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus. Mereka menjual harta milik mereka dan hidup bersama-sama dengan penghasilan mereka. Mereka secara sukarela melayani di dalam kasih kepada sesama. Berbeda dengan komunisme, tidak ada seorangpun yang dipaksa untuk membagikan apapun. Namun orang-orang Kristen di Gereja Mula-Mula tidak memelihara sistem sosial ini untuk waktu yang lama. Banyak orang Kristen yang menjadi miskin ketika Kristus belum datang dalam waktu yang mereka harapkan. Ketika kelaparan melanda tanah itu mereka sangat menderita. Pada saat itu Paulus mengumpulkan sumbangan uang dalam jumlah yang banyak dari gereja-gereja di daerah yang sekarang termasuk wilayah Yunani dan Turki dan membawa uang itu ke gereja yang ada di Yerusalem.

Paulus mengubah makna dan nilai pekerjaan ketika ia menuliskan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Sejak itu, setiap pekerjaan yang terhormat dianggap sebagai ibadah kepada Allah. Jadi, kalau seorang ibu merawat anak-anaknya atau kalau seorang pekerja menyapu jalanan atau seorang pendeta berkhotbah di hari Minggu, semua pekerjaan baik itu adalah pelayanan langsung kepada Allah. Kita harus menguji diri kita sendiri dan bertanya, “Siapakah yang kita layani? Apakah kita melayani diri sendiri, keluarga kita, atasan kita, pemerintah kita, atau melayani Allah?” Doa dan bekerja secara bersama-sama menjadi tubuh di dalam kehidupan Kristen.


4.10.5 - Islam dan Harta Milik

Islam menegaskan kepemilikan sang Pencipta atas semua yang diciptakan-Nya. Islam menyetujui kepemilikan pribadi dari apa yang sudah dipercayakan Allah kepada kita. Harta milik adalah anugerah dari Allah bagi mereka yang berdoa dengan tekun dan hidup sesuai dengan hukum Islam. Orang-orang dari Timur tidak hidup sebagai sebuah pribadi yang menyendiri, tetapi terutama sekali menjadi anggota dari sebuah suku. Harta milik, sumur minyak dan mata air sepenuhnya dikendalikan dan dimiliki oleh sukunya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Keluarga sudah menjadi tempat perlindungan yang aman dimana di sanalah orang-orang yang lanjut usia, yang sakit, yang cacat dan bahkan para penjahat akan bernaung. Sampai akhir-akhir ini tidak banyak kebutuhan di Timur Tengah untuk jaminan sosial atau asuransi, tetapi dengan meningkatnya tekhnologi modern maka pekerja di kota-kota besar menjadi menyendiri dan organisasi kemanusiaan menjadi sesuatu yang dibutuhkan.

Masjid-masjid dan yayasan Islam didanai oleh pajak agama (zakat) dan pemberian derma (sadaqa). Kekayaan uang ini dikendalikan dan dipakai tanpa pantauan dari pemrintah karena semua itu dilakukan berdasarkan peraturan nilai keagamaan sebagai cara bagi orang-orang Muslim untuk mencapai surga. Kalau seseorang membangun sebuah masjid di dunia, ia berharap akan mendapatkan istana di surga.

Ketika Islam pertama kali dimulai, pembagian harta rampasan perang yang berharga kepada para pejuang Muslim menjadi cara yang kuat untuk memenangkan orang-orang animis yang belum mengambil keputusan untuk menerima Islam. Muhammad memakai cara ini, bahkan dengan para musuhnya, “Untuk membuat hati mereka terbiasa dengan Islam.” Kalau seorang yang dianggap kafir tidak mau memeluk Islam, maka ia akan dibunuh atau dijadikan budak. Menurut Al-Quran dan hukum Islam, para budak adalah harta milik orang-orang Muslim, dan para gadis budak yang sudah layak menikah sepenuhnya dikuasai oleh tuannya dan orang tua dari budak itu harus menyetujuinya. Perdagangan budak berkembang pesat dalam waktu yang panjang di dunia Islam. Sebuah perang sipil yang terjadi di Amerika mengakhiri perdagangan budak di sana.


4.10.6 - Hukuman yang Berat di dalam Shariah Untuk Pencurian

Islam memberikan kewajiban untuk memberikan hukuman yang keras kepada para pencuri: tangan kanan si pencuri harus dipotong kalau ia kedapatan mencuri lebih dari jumlah tertentu untuk pertama kalinya, dan kaki kirinya dipotong untuk pencurian yang kedua kali. Ini menurunkan tingkat pencurian di negara-negara Islam sampai taraf tertentu. Tetapi meskipun rasa takut menjadi motivasi yang paling besar untuk ketaatan terhadap hukum ini, masih sering terjadi pencurian di Iran, Sudan, dan negara-negara Islam lainnya, dimana kadangkala tangan dan kaki dipotong di depan umum. Khomeini menetapkan hukum untuk memotong tangan pencuri itu tanpa memakai anestesi. Hukum Islam di Sudan dibekukan selama empat tahun. Pada saat itu ratusan orang yang tangannya dipotong mendirikan organisasi untuk menolong orang-orang yang menjadi cacat karena hukuman. Mereka meminta agar pemerintah memberikan ganti rugi dan jaminan hidup, karena tangan mereka dipotong atas dasar hukum yang tidak berlaku lagi. Kelompok ini juga beranggotakan sekitar duapuluhan orang yang kehilangan kaki kiri karena mencuri lagi. Di majalah “Sudan Now” ada gambar orang-orang yang memegang potongan tangan yang baru dipotong dengan kejam itu.

Hukuman yang keras sesuai dengan Shariah itu tidak memperbaiki sifat pencuri itu atau mengubahkannya, tetapi justru membuat merekatidak bisa bekerja lagi dan menjadikannya tontonan kehinaan di depan umum. Bayangkan apa yang akan terjadi di seluruh penjuru dunia jika semua orang yang mencuri sesuatu yang berharga dipotong tangan kananya. Berapa orang yang tersisa dengan dua tangan yang masih utuh? Shariah tidak bisa lagi diterapkan di jaman ini.


4.10.7 - Bagaimana Yesus dan para pengikut-Nya Menolong Orang Berhenti Mencuri?

Yesus memberikan jalan yang lebih baik untuk mengatasi masalah pencurian. Ia tidak menghilangkan hukuman dari suatu bangsa terhadap pencurian. Justru, Ia menanggung hukuman kekal ke atas diri-Nya sehingga Ia bisa menjadi pendamaian bagi orang-orang yang mencuri. Atas dasar rasa terima kasih karena penderitaan-Nya, kita tidak akan pernah lagi mengambil apapun yang bukan milik kita.

Roh kebenaran sudah memerdekakan kita dari roh pencurian. Ia menguatkan hati kita yang sudah diperbaharui untuk percaya kepada Allah Bapa sehingga kita bisa meminta kepada-Nya untuk diberi pekerjaan yang layak untuk bisa mendapatkan makanan kita setiap hari sebagaimana yang kita doakan di dalam Doa Bapa Kami. Kita tidak tenggelam dalam kekuatiran karena kita yakin bahwa Bapa Surgawi kita perduli kepada kita secara pribadi dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Karena itu ayat berikut ini berlaku bagi para pengikut Kristus, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efesus 4:28).

Yesus sudah menganugerahkan kepada para pengikut-Nya hati yang baru yang memandang makna hidup bukan kepada uang atau harta milik tetapi di dalam kehidupan rohani yang diikat dengan kasih dan ucapan syukur. Tuhan kita sudah memerdekakan kita dari kekikiran dan iri hati. Ia mengajarkan kepada kita bahwa semua orang kaya menghadapi cobaan yang serius yang berusaha mengendalikan kehidupannya. Karena itu kita harus berpikir kembali tentang pemanfaatan uang kita dan memberikan pertaunggjawaban kepada Allah dan kepada diri kita sendiri tentang setiap rupiah yang kita belanjakan. Kita adalah penatalayan dari apa yang dipercayakan kepada kita.

Seorang Kristen memandang orang-orang miskin dengan penuh kasih dan sayang dan membuat rencana untuk menolong mereka sehingga mereka bisa bertumbuh dalam tanggungjawab terhadap diri mereka sendiri dan bekerja dengan jujur dan tekun. Kita harus menemukan cara-cara yang bijaksana untuk menolong orang-orang itu agar mereka bisa menolong diri mereka sendiri, kecuali kalau memang mereka tidak mampu untuk bekerja sama sekali. Semua anggota gereja dipanggil untuk mengambil bagian dalam hal ini. “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."

Rasa kasih kepada Allah adalah peraturan yang terutama di dalam kehidupan setiap orang Kristen, bukan rasa takut akan penghukuman. Pengorbanan agung yang dilakukan di Kalvari, dan bukannya perbuatan baik kita, yang akan menghapuskan dosa-dosa kita. Kita bersyukur kepada Yesus yang sudah memotivasi kita untuk hidup benar, memiliki rasa cukup dan tekun. Bukannya memaksakan hukum tentang harta milik atau paksaan pajak, Yesus mengubah hati dan pikiran orang-orang yang mengikuti Dia sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya yang mengubahkan budaya-budaya di sepanjang jaman. “Anak Manusia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang” (Matius 20:28).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 06, 2013, at 11:32 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)