Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 022 (The myth of neutrality and the nature of the conflict)
This page in: -- Chinese? -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 3 - METODE APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL

16. Mitos tentang netralitas dan natur konflik


“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24)

Tentunya tidak begitu sulit untuk membuat orang percaya setuju dengan sentimen bahwa mereka tidak dapat melayani Allah dan juga uang; apalagi, Alkitab menyatakan hal itu dengan cukup jelas. Namun, mungkin tidak mudah untuk membuat orang percaya sepakat bahwa tidak mungkin untuk melayani Allah dan Socrates, atau Allah dan Darwin, Aristotle, B.F. Skinner, budaya pop, tradisi, emosi, akal, dll. ... daftar ini bisa terus berlanjut. Jadi, apakah ayat ini berlaku untuk segala hal yang dipercayai oleh orang Kristen secara mental dan intelektual?

Kristus berfirman: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.’ Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (Matius 22:37-38). Perintah terbesar yang telah Kristus berikan kepada kita adalah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Kita secara rohani dan emosional mengabdi kepada Kristus, tetapi terhadap akal budi kita, kita pergi ke dunia para pemikir dan filsuf. Kami memiliki banyak contoh apologet Kristen yang mencoba membuktikan kebenaran Kristus berdasarkan Aristoteles, misalnya (seperti dalam kasus Thomas Aquinas atau William Lane Craig), dan kita bahkan dapat menemukan apologet yang mencoba membuktikan Kristus dari Al-Quran dan sistem kepercayaan tidak Alkitabiah lainnya. Kristus di sisi lain telah memberikan kita petunjuk cara berpikir orang percaya yang seharusnya, dan memerintahkan untuk menyelamatkan orang-orang tidak percaya - yaitu “bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Tetapi kita malah berbalik arah dan mengacuhkan perkataan Kristus.

Seorang seharusnya heran mengapa orang-orang percaya pergi ke "pohon-pohon yang tidak baik.” Kita tahu mereka tidak akan menghasilkan buah yang baik (Lukas 6:44). Kristus bertanya secara retoris "46 Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya – Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan -; 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu mengali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. 49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.” (Lukas 6:46-49)

Jika kita tidak melakukan perkataan Kristus, kita tidak perlu bersusah-payah memanggilnya Tuhan. Jika kita tidak melakukan apa yang Dia katakan, kita sama seperti orang-orang munafik zaman dahulu, tentang mereka Tuhan berfirman “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Yesaya 29:13; Matius 15:7-8).

Janganlah kita jatuh pada kesalahan yang sama yang dilakukan oleh Hawa, dosa yang pertama karena mempertanyakan kebenaran Allah. Anda mengingatnya sebagai pencobaan pertama yang diberikan oleh Iblis kepada Adam dan Hawa untuk menantang Allah yang adalah otoritas tertinggi mereka: “Tentulah Allah berfirman…?” (Kejadian 3:1). Orang tua kita memutuskan untuk menguji Allah dan mencari tahu; mereka ingin menjadi hakim tertinggi atas kebenaran. Apa yang seharusnya mereka lakukan harusnya juga dilakukan oleh Adam kedua, ketika dia dicobai: “Enyahlah, Iblis!” (Matius 4:10), tetapi mereka tidak melakukannya. Sejak manusia memilih menjadi otonom, mempercayai dirinya sendiri daripada Allah, dosa memasuki dunia. Kemudian Allah menaruh permusuhan di antara keturunan perempuan itu - Kristus dan mereka yang ditebus-Nya - dan benih-benih Setan – dan mereka yang belum ditebus (Kejadian 3:15). Kutukan yang ditimbulkan secara berdaulat dan yudisial ini jelas di seluruh Alkitab. Kita melihat pertentangan ini antara umat Allah dan kultur tidak percaya, antara yang diselamatkan dan yang belum diselamatkan. Sepanjang Alkitab, Setan menggoda umat Allah untuk melakukan kompromi - apakah dengan pernikahan yang tidak saleh (Kejadian 6:2), menunjukkan toleransi terhadap musuh-musuh Allah (Hakim-Hakim 1:21, 27-36, Mazmur 106:34-35), mengabaikan otoritas firman Allah dan menjadi otonom (Hakim-Hakim 21:25), melakukan penyembahan berhala (Mazmur 106:36, 39, Hosea 2:2-13, 4:12, Yehezkiel 16:15-25), mempercayai sesuatu atau seseorang selain Allah ( 1 Raja-Raja 18:21, 2 Tawarih16:7-9, Yesaya 31:1), tidak menerima Mesias (Yohanes 1:11), atau menyembah Kaisar dan Allah pada saat yang bersamaan (Kisah Para Rasul 17:7, Wahyu 13:8, 11-17). Iblis bahkan mencobai Anak Allah untuk mencapai tujuan-Nya dengan cara yang fasik - memberikan bangsa-bangsa sebagai warisan kepada Mesias (Mazmur 2:8) - dan menggunakan jalan pintas mengompromikan permusuhan antara keturunan perempuan itu yaitu "Mesias" dan Setan, agar Yesus berlutut menyembah Setan. Jadi jika kita benar-benar menyadari rencana Setan (2 Korintus 2:11), kita harus mengenali kompromi yang akan diminta untuk kita lakukan.x

Pertentangan yang sama dilanjutkan dalam Kejadian 4 ketika Kain membunuh adiknya Habel. Rasul Yohanes dengan jelas memberi tahu kita mengapa Kain membunuh adiknya dan memperingatkan kita untuk tidak menirunya: “bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (1 Yohanes 3:12). Selanjutnya melalui Perjanjian Lama kita kemudian membaca tentang Nuh dan keluarganya yang dipisahkan dari semua umat manusia (Kejadian 5-9) dan para putra Sem yang dipisahkan dari saudara-saudaranya yang lain (Kejadian 10). Selanjutnya kita melihat Abraham dan keturunannya dipisahkan dari seluruh bangsa yang ada, keturunan Ishak dipilih dan bukan keturunan Ismael, keturunan Yakub dan bukan keturunan Esau, bangsa Israel dikhususkan dari seluruh bangsa lain sebagai umat yang kudus yang harus menjaga diri mereka untuk tetap tahir.

Dan pertentangan antara orang percaya dan orang tidak percaya, jalan Allah dan jalan dunia, berlanjut melalui Perjanjian Baru. Kristus menekankannya ketika Dia berkata "[S]iapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku” (Matius 12:30), karena “[T]ak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Matius 6:24). Dan ketika Kristus menjelaskan perumpamaan tentang lalang, Dia mengindentifikasi lalang sebagai anak-anak si jahat, ditabur oleh Iblis (Matius 13: 38-39). Paulus mengulangi gagasan ini dalam 2 Korintus setelah dia memerintahkan orang-orang percaya untuk tidak tinggal bersama dengan orang tidak percaya, mengatakan “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka” (2 Korintus 6:17).

Akhirnya, pertentangan akan ditetapkan untuk kekekalan, saat kedatangan Kristus yang kedua kali, Dia akan memisahkan domba dari kambing. Kedua kelompok ini saling terpisah dari yang lainnya; pertentangan ini telah ada sejak awal dan akan ada sampai kepada kekekalan; orang percaya dan orang tidak percaya tidak boleh disamakan, karena terang dan gelap tidak dapat disatukan, kebenaran dan kejahatan (2 Korintus 6:14); Singkatnya, tidak ada kesamaan di antara keduanya, baik rohani maupun intelektual (2 Korintus 6:15). Demikianlah Paulus menasihati kita untuk “dapat memadamkan semua panah api dari si jahat” (Efesus 6:16) kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:10-17) termasuk pedang roh, yang adalah firman Allah (Efesus 6:17). Tidak ada yang namanya orang percaya paruh waktu; pilihlah salah satunya. Ayat-ayat ini membuat segalanya sangat jelas.

Matius 12:30 -- "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Mazmur 96:5 -- “Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.
Keluaran 8:23 -- “Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu …
Maleakhi 3:18 -- “Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Tuhan dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Yakobus 4:4 -- “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
Yohanes 14:6 -- “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Efesus 4:17-18 -- “17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia. 18 dan pengertiaannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
Yeremia 17:9 -- “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Lukas 11:23 -- “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Matius 6:24 -- “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon.
1 Raja-raja 18:21 -- “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘ Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ ”

Ayat-ayat ini (dan masih banyak lagi!) semua membuat poin yang sama: sebagai orang percaya, kita tidak dapat mengesampingkan Allah bahkan untuk satu menit sekalipun dan melayani tuan-tuan lain, apa pun bentuknya.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 12, 2023, at 01:28 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)