Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 025 (Fools despise wisdom and instruction (Proverbs 1:7, 9:10; Job 28:28; Psalm 111:10))
This page in: -- Chinese? -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 3 - METODE APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL

19. Orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7, 9:10; Ayub 28:28; Mazmur 111:10)


Apa yang akan terjadi jika semua orang bertindak dengan konsisten sepanjang waktu? Maksudnya, bagaimana jika tindakan-tindakan masyarakat sesuai dengan wawasan dunia yang mereka akui? Menurut Anda, apakah diskusi antara orang-orang percaya dan yang tidak percaya, dapat terjadi? Atau antara berbagai bentuk ketidakpercayaan? Menurut Anda, adakah poin dalam melakukan kontak? Kami, bahkan bisa menambahkan lebih banyak poin untuk nomor 11 pada tabel diatas, seperti penggunaan logika, apa itu ilmu pengetahuan dan seterusnya. Kelihatannya, memang sangatlah tidak mungkin bagi kita untuk berbicara melintasi seluruh wawasan dunia; seperti yang dikemukakan filsuf Austria-Inggris Wittgenstein: “Saat dua prinsip sungguh-sungguh bertemu, dimana keduanya tidak dapat didamaikan, maka masing-masing akan menyatakan pihak lainnya sebagai seorang bodoh dan sesat” (Ludwig Wittgenstein, On Certainty).

Sederhananya, tidaklah mungkin ada komunikasi lintas wawasan dunia.

Jadi, apakah ini akhirnya? Haruskah orang Kristen menyerah untuk berbicara dengan orang non-Kristen atau haruskah mereka melakukan kompromi atas komitmen mereka kepada Kristus? Banyak orang Kristen tampaknya lebih memilih yang kedua (meskipun mereka tidak melihatnya demikian), tapi tetap saja mereka mengabaikan sesuatu yang penting. Beberapa orang mengacaukan “hal yang sama” dengan “hal yang netral”. Tentu saja, kita tidak memiliki kesamaan dengan orang tidak percaya jika kita berdua konsisten dengan pandangan dunia kita masing-masing, tapi itulah inti dari Roma 1:19-20, yaitu bahwa orang-orang tidak percaya, tidak bertindak secara konsisten dengan wawasan dunia yang mereka akui. Orang-orang tidak percaya, terlepas dari apa yang mereka akui, sudah mengenal Allah karena Allah telah membuat diri-Nya dikenal oleh mereka (ayat 19), sedemikian rupa tanpa perlu adanya apologetika (sebuah alasan, atau pembenaran, untuk ketidakpercayaan mereka). Artinya, mereka tidak konsisten dengan wawasan dunia mereka sendiri.

Anda dapat melihat hal ini dengan jelas dalam berbagai kepercayaan non-Kristen mengenai sifat realitas dan kondisi manusia, dan solusi atas masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Jika kita menganggap kenyataan hanya berarti materi atau hanya ilusi, kita tidak dapat menemukan "hukum" atau "perubahan.”

Alkitab mengajarkan bahwa ada kesamaan yang luas; namun, ini sama sekali bukan hal yang netral. Melainkan milik Allah. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” (Mazmur 24:1, Ulangan 10:14, Kisah para rasul 17:24, Nehemia 9:6). Setiap poin dari penciptaan adalah poin untuk melakukan kontak; kita memiliki poin-poin untuk melakukan kontak ini karena manusia dan alam semesta adalah sesuai dengan apa yang Allah katakan. Dengan demikian kita merujuk kepada orang tidak percaya sebagai seseorang yang diciptakan menurut gambar Allah yang hidup di alam semesta yang diciptakan dan ditopang oleh Allah. Diskusi kita tidak berlangsung di dalam kehampaan; melainkan dikemas oleh kuasa Roh Kudus yang “akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8). Kita tidak otonom dan tidak sendirian di dalam diskusi tersebut; kita harus melihat hal-hal yang sebagai jalan Allah atau bukan jalan Allah. Tidak ada pilihan lain, dan tidak ada yang namanya "wilayah tak bertuan" dalam apologetika.

Pada poin ini, mari ingatkan diri kita bahwa bukan tugas kita untuk meyakinkan orang tidak percaya tentang apa pun juga; melainkan tugas Roh Kudus (Yohanes 16:8). Hanya Allah yang dapat memberi mereka pertobatan (2 Timotius 2:25). Tugas kita sederhana dan jelas: “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:5).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 14, 2023, at 08:45 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)