Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 21-Supremacy of Light over the Power of Darkness -- 006 (What I Discovered During My Pilgrimage to Mecca)
This page in: -- English -- Hausa? -- Igbo? -- INDONESIAN -- Somali? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

21. Supremasi Terang atas Kuasa Kegelapan

Apa yang Saya Temukan Selama Ziarah Saya ke Mekah


Saya pergi ke Arab Saudi tiga kali untuk berziarah ke Mekah. Pertama kali saya berada di sana, kami melemparkan dua puluh satu (21) batu untuk melawan Setan (yang dilambangkan dengan tiga pilar di sebuah lembah di sebelah timur Mekah). Selama perjalanan kedua kami melempar empat belas (14) batu, dan ketiga kalinya saya berada di sana, kami hanya menggunakan tujuh (7) batu. Hal ini dilakukan di sebuah lembah yang menghubungkan dataran Arafah dengan Mekah di sebuah batu melengkung yang diyakini sebagai tempat tinggal Setan. Saya melakukan perjalanan tersebut pada tahun 1971, 1979 dan 1983. Saya berhenti dan berpikir tentang hal itu, karena ketika saya melempar batu, beban dosa saya bertambah. Semakin banyak saya melempar batu, semakin banyak dosa yang saya lakukan. Ketika saya melihat ini, saya bertanya pada diri saya sendiri: "Apa yang akan menjadi takdir terakhir saya?" Saya tidak menemukan jawaban untuk hal ini karena saya benar-benar berada dalam kegelapan. Pada saat itu saya tidak dapat melihat apapun kecuali kegelapan. Syukur kepada Allah bahwa sekarang saya dapat melihat. Saya buta tetapi sekarang saya bisa melihat. Saya sakit tetapi sekarang saya sehat. Saya tadinya untuk Iblis, tetapi sekarang saya untuk Kristus.

Di tanah yang disebut al-Sa'udiyya (Arab Saudi), yang mereka sebut sebagai tanah suci, saya bertemu dengan sebuah budaya di mana setiap orang yang menginjakkan kaki di sana harus telanjang. Seseorang yang sedang berziarah hanya diperbolehkan untuk membungkus tubuhnya dengan kain putih, tidak peduli betapa hebatnya dia, tidak peduli apa pun keyakinan, warna kulit, atau rasnya. Semua orang diciptakan sama. Hal ini untuk menandakan hari kebangkitan ketika semua orang akan berkumpul di hadapan takhta penghakiman dan ketika semua orang bertekuk lutut dan memberikan pertanggungjawaban tentang dirinya di hadapan Allah.

“7 Barangsiapa yang telah melakukan kebaikan seberat atom pun, ia akan melihatnya! 8 Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan seberat atom pun, ia akan melihatnya.” (Surah al-Zalzala 99:7-8)

٧ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ ٨ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ. (سُورَةُ الزَّلْزَلَةِ ٩٩ : ٧ - ٨)

Pemikiran lain yang muncul dalam benak saya adalah, jika saya mati sekarang, apakah saya akan mewarisi Kerajaan Allah? Jawabannya jelas.

Saya berpikir lagi tentang ritual pengajian yang dilakukan di Mekah:

Labbaika, allāhumma, labbaika. Labbaika, lā sharīka laka, labbaika. Inna al-hamda wa-nni`mata laka wa-l-mulka. Lā sharīka laka. (Dalam Bahasa Indonesia: Aku siap melayani-Mu, ya Allah, aku siap melayani-Mu. Aku siap melayani-Mu, Engkau tidak memiliki sekutu, aku siap melayani-Mu. Sungguh, pujian dan kemurahan adalah milik-Mu dan kerajaan. Engkau tidak memiliki sekutu.)

Saya menimbang kata-kata agresif dan tingkat maknanya ketika saya ingin tahu apakah nama-nama nabi muncul di dalamnya. Saya tidak melihat satu pun. Saya mempertimbangkan lagi, untuk melihat apakah ada kata-kata keselamatan. Saya tidak melihat satu pun.

“Tidak ada yang seperti Engkau. Segala kuasa dan keagungan bagi-Mu. Tidak ada yang seperti Engkau!”

Tidak bisakah saya mengucapkannya di kamar atau di tempat tidur saya? Mengapa saya harus mengeluarkan uang untuk pergi ke Mekah untuk mencapai ucapan ini? Apa tujuan saya pergi ke sana?

Setelah menyelesaikan ziarah saya ke Mekah, saya juga mengunjungi Madinah, beberapa ratus mil lebih jauh ke utara, dalam sebuah ziarah tambahan ke makam Muhammad. Saya tersadar bahwa makam Muhammad masih tertutup sampai sekarang, tetapi jika saya berziarah ke Tanah Perjanjian, saya akan menemukan makam Kristus yang terbuka. Ini berarti: Muhammad masih mati, tetapi Kristus HIDUP! Saya sangat gelisah di dalam hati saya karena tidak adanya kebenaran.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on April 04, 2024, at 02:12 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)