Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 006 (Who is the target of apologetics?)
This page in: -- Chinese -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 2 - PENDEKATAN DASAR APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL

6. Siapakah yang menjadi sasaran dari apologetika?


Petrus menjelaskan kepada kita akan tugas besar apologetika dengan memberi kita tujuan yang cukup tinggi ini: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. ” (1 Petrus 3:15)

Petrus menyatakan bahwa para pendengar kita adalah semua orang yang bertanya kepada kita. Artinya, kita tidak hanya menjawab tetangga sebelah kita, tetapi juga orang asing atau profesor universitas kita atau atasan di tempat kerja kita. Walaupun demikian, Petrus juga dengan jelas tidak menginginkan kita pergi dan mencari perkara dengan orang lain dan semua orang, tetapi hanya menjawab “mereka yang bertanya”.

Sayangnya nasihat Petrus benar-benar diabaikan oleh sebagian besar apologet saat ini, yang justru melakukan yang sebaliknya. Sebagian besar sekolah apologetika mengharuskan para apologet mengesamping komitmen Kristen mereka dan berdebat dengan orang-orang tidak percaya di area yang mereka sebut hal-hal yang netral. Namun, Petrus mengatakan kita harus mulai dengan menguduskan Kristus di dalam hati kita; yaitu, kita memulai dengan Kristus, bukan kita mengakhiri dengan-Nya.

Kita menghadirkan Allah sebagai otoritas tertinggi. Kita melakukan hal tersebut karena tidak ada seseorangpun yang lebih besar, jadi tidaklah mungkin untuk menarik apa pun di luar apa yang telah Allah tetapkan bagi kita untuk membuktikan kekuasaan-Nya yang tertinggi; dengan mengakui kepada orang-orang tidak percaya bahwa ada area yang netral, maka kita mengakui bahwa tidak semua hikmat berada di dalam Kristus. Menyangkal otoritas Allah sederhananya akan mengarahkan kita pada situasi dimana orang buta memimpin orang buta lainnya (Matius 15:14).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on August 31, 2023, at 02:15 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)