Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 008 (Biblical examples of presuppositional apologetics)
This page in: -- Chinese -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 2 - PENDEKATAN DASAR APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL

8. Contoh-contoh di Alkitab untuk apologetika presuposisional


a) Contoh-contoh dalam Perjanjian Lama

Dalam Alkitab, ada terdapat banyak contoh tentang metode apologetika ini (yang memberikan pembelaan yang bertanggung jawab terhadap posisi kita). Yang pertama adalah dalam kitab Kejadian ketika Allah bertanya kepada Adam: “Dimanakah engkau? ... Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?” (Kejadian 3:9,11)

Apakah Allah tahu persis di mana Adam berada dan apa yang telah dia lakukan? Tentu saja Dia tahu! Lantas mengapa ditanyakan? Allah bertanya kepada Adam agar dia menyadari bahwa dia tidak menaati Allah dan sekarang sebagai akibatnya menjadi terpisah dari Allah.

Kita melihat hal yang sama ketika Allah menanyai Kain. “Tidak usah marah!” Firman Tuhan “Janganlah mukamu masam! Kalau kamu melakukan yang benar, tentu Aku akan menerima persembahan-persembahanmu” (Kejadian 4:6-7 – TSI3). Sekali lagi Tuhan mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah Dia ketahui, jadi Dia dengan jelas tidak sedang mencari informasi melainkan ingin Kain memeriksa dirinya dan memikirkan tentang apa yang ditanyakan, menginginkan Kain untuk mengenali bahwa karena dosanya, dia menjadi kesal dan marah.

Contoh yang lebih rinci adalah dalam kitab Ayub (pasal 38-40), di mana Allah mengajukan banyak pertanyaan mendasar kepada Ayub, yang sudah Dia ketahui jawabannya, tetapi sekali lagi ingin Ayub memeriksa presuposisinya sendiri. Allah memulainya dengan mengatakan sesuatu yang agak aneh: “Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku” (Ayub 38:3). Firman-Nya ini saja seharusnya telah mengakhiri pertanyaan-pertanyaan Ayub. Di satu sisi Ayub tahu dia sedang berbicara kepada Allah, namun di sisi lain dia pikir dia tahu lebih baik daripada Allah dan berada dalam posisi untuk menghakimi-Nya. Sebenarnya Allah menanyai Ayub untuk mengajarkannya agar Ayub menyadari posisinya yang absurd, tetapi Allah perlu terus menanyai Ayub dari pertanyaan yang satu ke lainnya sampai Ayub akhirnya menangkap maksud-Nya hingga dia berkata: “Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan” (Ayub 40:4-5). Ayub akhirnya menemukan siapa yang memiliki otoritas tertinggi, dan siapa yang menjadi hakimnya.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on August 31, 2023, at 02:27 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)