Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 008 (Jesus' use of apologetics)
This page in: -- Chinese -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 2 - PENDEKATAN DASAR APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
8. Contoh-contoh di Alkitab untuk apologetika presuposisional

a) Yesus menggunakan apologetika


Yesus men-presuposisikan kebenaran dari wahyu Allah. Dia menerima begitu saja bahwa itulah kebenaran. Dia tidak pernah sekalipun mengesampingkan komitmennya terhadap firman Allah, dan dia sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menantang presuposisi dari mereka yang berlawanan dengan-Nya. Berikut adalah beberapa contohnya:

1. “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: ”Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ”Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus: ”Kami tidak tahu.” Dan Yesus pun berkata kepada mereka: ”Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Matius 21:23-27)

Di sini Yesus menempatkan para penuduhnya pada dilema yang besar. Jawaban apapun yang mereka berikan, itu tidak akan berakhir dengan baik bagi mereka, dan seperti yang sering kita lihat dalam Alkitab mereka memilih untuk tidak berbicara, lebih memilih untuk tidak tahu daripada menghadapi kebenaran.

Yesus berkata kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (Matius 21:42). Anda akan memperhatikan bahwa Yesus sedang berbicara dengan imam-iman kepala dan para tua-tua Yahudi (ayat 23). Orang-orang ini menghabiskan seluruh waktu mereka mengajar firman Allah dan menjelaskannya kepada orang banyak; Yesus bertanya kepada mereka "Apakah kamu tidak pernah membaca" bukanlah merupakan sebuah pertanyaan yang benar-benar untuk bertanya tetapi adalah sebuah tuduhan – yang sangatlah menghina bagi para tua-tua Yahudi mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak mengenal Alkitab. Ini seperti bertanya kepada kepala departemen filsafat di Universitas Oxford apakah dia pernah mendengar tentang Plato! Yesus menyatakan kepada mereka bahwa mereka bahkan tidak mengerti pengajaran mereka sendiri. Tetapi sekarang para tua tua Yahudi telah menemukan seseorang yang dapat memahami dan membuat Kitab Suci masuk akal melebihi kemampuan mereka, apakah ini berarti mereka akan tunduk pada Yesus? Tidak sama sekali. Alkitab memberitahu kita “mereka berusaha untuk menangkap Dia” (ayat 46). Mereka tidak bermaksud untuk mencari kebenaran tetapi hanya ingin meninggikan diri dan menegaskan supremasi mereka.

2. Yesus menggunakan metode yang sama di dalam Matius 22, ketika orang Farisi dan Saduki mencoba menjebaknya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang membayar pajak kepada Kaisar, tentang status pernikahan pada saat kebangkitan, tentang hukum yang terutama, dan tentang siapa Mesias. Menjawab setiap pertanyaan itu, Yesus tidak menggunakan argumen filosofis, mencoba membuktikan setiap pertanyaan selangkah demi selangkah, melainkan dia menggunakan presuposisi para lawannya untuk mengubah skema mereka menjadi absurditas. Pertama-tama, orang-orang Farisi tidak memiliki pijakan ketika mereka menanyakan tentang pajak, karena sebenarnya mereka hanya berpura-pura sebagai orang yang beriman dan di saat yang bersamaan juga setia pada Kaisar Roma, yang kenyataannya mereka bukanlah kedua hal tersebut; mereka tidak memberikan kepada Allah bagian-Nya dan juga tidak mengikuti Kaisar. Yesus melakukan hal yang sama kepada orang-orang Saduki, yang bertanggung-jawab atas pemeliharaan Bait Allah dan pengawasan atas korban-korban persembahan. Yesus memberitahu mereka bahwa mereka salah dan mereka tidak mengerti baik Kitab Suci ataupun kuasa Allah. Kemudian, Yesus memberikan mereka pilihan yang sulit yaitu mereka mengakui telah salah dengan mengatakan: “tidak ada kebangkitan”, atau mengakui bahwa yang mereka percayai adalah Allah dari orang mati. Setelah Yesus membungkam orang-orang Saduki, orang-orang Farisi kembali untuk menanyai Yesus; dan kali ini pun mereka tidak berhasil, dan akhirnya dengan terpaksa mereka pun mengerti bahwa Yesus tidak dapat dengan mudah dijebak: ”Tidak ada seorang pun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorang pun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya” (Matius 22:46). Anda lihat, mereka tidak tertarik pada kebenaran, tetapi hanya mengulang-ulang kebodohan mereka.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 01, 2023, at 05:09 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)