Grace and TruthThis website is under construction ! |
|
Home Afrikaans |
Home -- Indonesian -- 19-Good News for the Sick -- 038 (An Invalid Healed at the Pool of Bethesda)
Previous Chapter -- Next Chapter 19. Kabar Baik bagi Mereka yang Sakit
BAGIAN 2 - MUKJIZAT-MUKJIZAT YESUS
6. SEMUA JENIS PENYAKIT DISEMBUHKAN
b) Orang Cacat Disembuhkan di Kolam BetesdaPenyakit fisik memang menyebabkan manusia menderita sakit jasmani. Dalam kasus-kasus seperti itu, seseorang yang sadar akan penyebab dan akibat-akibatnya dapat menemukan obat untuk penyimpangan tersebut dengan berpaling dari kejahatan dan berpaling kepada Allah daripada meminum obat-obatan. Mari kita pertimbangkan di sini penyembuhan seorang pria yang telah menjadi lumpuh selama tiga puluh delapan tahun. “Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, Dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.” (Yohanes 5:1-23) Reruntuhan kolam Betesda (“Rumah Belas Kasihan”) di Yerusalem masih dapat dilihat. Di sinilah Yesus, orang asing bagi orang yang cacat, mengajukan pertanyaan yang aneh kepada orang yang cacat tersebut: “Maukah engkau sembuh?” Ketika Yesus menyuruhnya bangun, mengambil tikarnya dan berjalan, dia melakukan apa yang diperintahkan Yesus. Orang itu telah taat kepada Yesus. Kesembuhan itu terjadi seketika. Kemudian ketika Yesus bertemu dengannya lagi, Dia berkata kepadanya: “Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Apakah komentar Yesus ini menunjukkan bahwa orang itu telah menderita karena perbuatan dosanya? Sepertinya demikian. Bagaimanapun juga, jelaslah bahwa banyak gangguan kronis dan bencana, pada masa itu dan masa kini, merupakan konsekuensi langsung dari perbuatan dosa yang berlebihan. Dosa telah membuat banyak orang menjadi tidak berdaya. Dan, tentu saja, konsekuensi dari perilaku berdosa seperti itu lebih serius daripada penyakit fisik apa pun. Benar, tidak semua dosa mengakibatkan cacat fisik. Namun, pada kenyataannya, seluruh Alkitab dengan jelas bersaksi bahwa dosa telah menyentuh semua orang sejak zaman Adam dan Hawa dan bahwa semua orang, pada kenyataannya, telah meniru kejatuhan orang tua mereka yang pertama, Adam dan Hawa. Anda dan saya juga bukan pengecualian. Kita juga telah jatuh ke dalam dosa. Dan itulah sebabnya Kitab Suci memanggil semua orang untuk bertobat. Sesungguhnya, semua nabi telah memanggil manusia untuk bertobat. Di dalam Kitab Suci, kata-kata pertama Yesus dalam pelayanan-Nya adalah panggilan untuk bertobat. Lalu, apa arti dari pertobatan? Artinya: 1. Kita harus mengenali sifat dosa, keberdosaan dosa. Dosa muncul dari keberdosaan batin kita, kerusakan hati kita. Seperti yang dinyatakan oleh nabi Yeremia: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9) Kita semua perlu mempelajari pengajaran moral. Tetapi apakah ada yang harus mengajari kita bagaimana menjadi tidak bermoral atau bagaimana melakukan kejahatan? 2. Kita harus menyadari bahwa Allah, bukan kita, yang mendefinisikan apa itu dosa. Allah mengukur dosa dengan mengacu pada Sepuluh Perintah-Nya. Hal ini dapat dirangkum sebagai berikut:
Sudahkah Anda mengasihi Allah sebagaimana Dia perintahkan untuk mengasihi Dia? Sudahkah Anda mengasihi sesama Anda - bukan hanya saudara, teman, atau orang sebangsa, tetapi juga musuh-musuh Anda - seperti yang Allah inginkan untuk Anda kasihi? 3. Kita harus menyadari bahwa dosa kita yang pertama dan terutama adalah dosa terhadap Allah. Allah itu kudus. Oleh karena itu, dosa adalah pemberontakan terhadap Allah. Dosa membuat kita najis dan, seperti tembok, memisahkan kita dari Allah. Dosa memutuskan komunikasi antara Allah dan kita. Dalam pengertian ini, setiap dosa terhadap Allah adalah dosa penyembahan berhala. Demikian kata raja dan nabi Daud, “Terhadap Engkau (Allah), terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa … .” (Mazmur 51:6) 4. Ketika kita benar-benar memahami kekudusan Allah dan keseriusan dosa kita, kita akan mulai memahami bahwa hanya Allah yang dapat meruntuhkan tembok dosa yang telah kita bangun. Sesungguhnya, hanya Dia, dengan kasih karunia-Nya, bukan kita sendiri dan perbuatan kita, yang dapat menyelamatkan kita dari dosa dan kesalahan kita. Karena itulah Allah telah mengutus Yesus ke dalam dunia ini untuk menyelamatkan kita. Memahami keempat poin ini dan bertindak berdasarkan pengetahuan ini dengan memutuskan untuk berpaling dari iblis dan berbalik kepada Allah untuk mendapatkan pengampunan dosa dan hati yang bersih: inilah yang dimaksud dengan pertobatan. Mungkinkah ini adalah undangan Anda untuk bertobat? |