Previous lesson -- Next lesson
15 - MENGAPA AL-QURAN MENOLAK KE-TRITUNGGALAN ALLAH?
TANTANGAN: Di jaman ini banyak orang Muslim yang datang kepada iman kepada Allah Tritunggal. Mereka mengalami sendiri di dalam kehidupan mereka akan kuasa dari kasih kepada musuh, kerendahan hati dan sukacita dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tidak seorangpun dari mereka, yang menghapuskan sama sekali kehidupan masa lalu mereka saat masih menjadi Muslim. Karena itu, kadangkala muncul keadaan, khususnya pada masa penganiayaan, dimana para mantan Muslim itu tergoda untuk kembali ke Islam. Apakah ada penjelasan yang berkaitan dengan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus khususnya yang berkaitan dengan Al-Quran, yang bisa dipakai untuk menguatkan para mantan Muslim itu agar tidak pernah lagi menyangkali keilahian Allah Tritunggal, sebagaimana yang mereka lakukan dulu, ketika masih Muslim?
JAWABAN: Ada informasi tentang latar belakang sejarah yang bisa menolong di sini. Informasi ini bisa ditemukan kalau kita mencari alasan mengapa Al-Quran menolak ke-Tritunggalan Allah. Kita mendapatkan jawaban akan pertanyaan ini ketika kita melihat bahwa Muhammad dan para pengikut Muslimnya bukanlah kelompok yang pertama kali melawan berita Alkitab tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sudah ada kelompok-kelompok yang muncul sebelum Islam yang melawan ke-Tritunggalan Allah di dalam Injil. Mereka adalah kelompok Yudaisme dan bidat-bidat yang sudah dikeluarkan dari Gereja Kristen, karena mereka menolak unsur yang paling inti di dalam berita Injil tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam paragraf berikut, kita akan menyimpulkan contoh-contoh dari masa sebelum Islam.
Jauh sebelum munculnya Islam, Para Rabi Yahudi secara tegas menolak keilahian Kristus. Alasan utama bagi penganiayaan mereka kepada Kristus yang kemudian membuat mereka berusaha menyalibkan-Nya, adalah karena mereka menganggap Dia bersalah melakukan dosa penghujatan. Alkitab menuliskan hal ini secara jelas:
“63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!.” (Matius 26:63-66)
Sikap ini semakin mendalam setelah kematian dan kebangkitan Yesus, ketika orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Inilah salah satu alasan mengenai agama Yudaisme rabinikal muncul. Mereka menghargai, bersama-sama dengan Alkitab, kitab-kitab lain yang dianggap suci: Mishna dan Talmud. Dalam pandangan orang-orang Yahudi yang saleh, Mishna berisi wahyu yang kedua dari Allah kepada Musa, yang tidak tertulis, sebagaimana Taurat, tetapi yang disampaikan secara lisan. Pada awalnya para imam, dari generasi ke generasi, dikatakan yang meneruskannya; kemudian dikatakan bahwa hal itu hanya diteruskan oleh para hakim, lalu para nabi, dan kemudian juga orang-orang berhikmat, dan akhirnya, para rabbi. Hanya pada tahun 200 M maka yang disebut sebagai “wahyu” kedua yang bersifat lisan ini dikumpulkan dalam sebuah kitab yang bernama Mishna. Talmud berisi Mishna ditambah dengan tafsiran yang panjang lebar dari bagian-bagian di dalam Mishna. Dalam kitab suci kaum Yahudi Rabbinikal itu, yang muncul setelah masa Kristus, tetapi sebelum munculnya Islam, Yesus disebut sebagau “Yeshu”, yang merupakan singkatan dari “yimmach shemo u-zikro” = “Kiranya dilenyapkan namanya dan ingatan tentangnya.” Karena itu, sama sekali tidak ada penjelasan apapun tentang Yesus di dalam Mishna, dan hanya sedikit saja penjelasan di Talmud. Di sanalah ditemukan kenyataan bahwa Yesus, menurut Talmud, dikatakan sebagai pendusta dan penipu yang paling besar yang membawa Israel kepada penyembahan berhala—karena Ia mengatakan bahwa sebagai Mesias Ia adalah Anak Allah. Untuk penghujatan ini dikatakan bahwa Ia sepatutnya sudah dihukum dan dibunuh. Ketika Al-Quran, dalam hal ini Islam, menyangkal bahwa Kristus adalah Anak Allah, ia hanya mengikuti pandangan orang-orang Yahudi yang ada di jaman Muhammad.
Bertolak belakang dengan Talmud, Al-Quran menuliskan juga pernyataan-pernyataan yang positif tentang Kristus; sebagai contoh bahwa Ia dilahirkan secara ajaib oleh Anak Dara Maria. Muhammad tidak menerima pengajaran ini dari orang-orang Yahudi, karena mereka percaya kepada apa yang diajarkan Talmud (b Shab 104b / b Sanh 67a): yang mengatakan bahwa Maria adalah seorang wanita gampangan, yang mengadakan hubungan di luar nikah dengan seorang prajurit Romawi bernama Pantheros, yang disebutkan sebagai ayah Yesus, dan dengan itu menjadikan Yesus sebagai anak haram. Mengapa Al-Quran menuliskan bagian-bagian di dalam pengajaran Yahudi tetapi juga secara jelas menuliskan unsur-unsur Kristen? Di sini, jugta, jawabannya bisa ditemukan ke masa sebelum munculnya Islam. Pada masa itu ada sekte-sekte Yahudi-Kristen yang mencampurkan iman Yahudi dengan iman Kristen. Teks mereka kebanyakan sudah tidak ada lagi. Namun beberapa bapa Kristen sebelum masa Islam mengutip dari sumber-sumber Yahudi-Kristen itu dalam kitab mereka, sehingga ada kemungkinan menyusun ulang keyakinan mereka mengenai Yesus:
Kaum Ebionites, sebuah sekte Yahudi-Kristen yang berasal dari masa awal Kekristenan, memiliki Injil mereka sendiri. Epiphanius (haer. 30:13, 6) menuliskan demikian mengenai sekte ini: “Mereka mengatakan bahwa Dia (Kristus) bukan diperanakkan dari Allah Bapa, tetapi bahwa Ia diciptakan, seperti salah satu penghulu malaikat..., namun ia berkuasa atas semua malaikat dan atas semua ciptaan dari Yang Mahakuasa. Menurut Injil mereka, Ia datang dengan membawa berita ini: Ia datang untuk menghilangkan korban, dan kalau anda tidak berhenti melakukan korban, murka akan turun ke atas anda.” (Diterjemahkan dari bahasa Jerman dalam Schneemelcher, volume 1, 141)
Sebuah sekte Yahudi-Kristen tambahan, yang para pengikutnya disebut sebagai kelompok Nazaraeans, (mirip dengan sebutan untuk Kristen di dalam Al-Quran: Nasara), memiliki sebuah kitab dalam bahasa Ibrani. Di dalamnya tertulis: “Ketika Kristus akan datang kepada manusia di dunia, Allah Bapa memilih salah satu tokoh yang paling kuat di surga, yang bernama Mikhael, dan mempercayakan Kristus kepadanya. Dan tokoh itu datang juga ke dunia, dengan nama Maria, dan Kristus dikandung selama tujuh bulan di rahimnya.” (Diterjemahkan dari bahasa Jerman di Schneemelcher, volume 1, 146)
Berita tentang penyangkalan sejak masa sebelum Islam kepada Allah Tritunggal (yang, bagaimanapun juga, sebagaimana di dalam Islam, masih menghormati Kristus) menunjukkan bahwa penyangkalan Muhammad akan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak muncul dari dirinya sendiri. Namun, penyangkalannya akan ke-Tritunggalan Allah juga merupakan hasil pengaruh dari pengajaran sekte-sekte Yahudi-Kristen, yang muncul di Arabia pada masa hidupnya. Untuk bisa merangkul mereka ke dalam Islam, ia menggabungkan pengajaran sesat mereka ke dalam Al-Quran.
KABAR BURUK: Penyangkalan Al-Quran akan Kristus sebagai Anak Allah, dan dengan itu penyangkalan akan Allah Tritunggal, tidak dimulai oleh Muhammad. Namun, ini diambil dari sekte Yudaisme rabinikal dan sekte awal Yahudi-Kristen, yang keduanya ada sebelum munculnya Islam.
KABAR BAIK: Kristus sungguh-sungguh adalah Anak Allah. Dan, dengan iman kepada Kristus, Bapa Surgawi-Nya sudah memberikan kepada kita kuasa untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal sebagai anak-anak Allah.
KESAKSIAN: Nama saya Saidou, saya berasal dari Burkina Faso, Afrika Barat. Dahulu saya seorang Muslim ejak lahir. Saya memaksa diri saya, sekuat mungkin, untuk melakukan shalat lima waktu, pada waktu yang ditentukan. Tetapi saya juga memiliki ketertarikan untuk menonton film, karena saya tinggal di kota besar Ouagadougou dimana, berbeda dengan daerah pedesaan, ada juga bioskop. Suatu hari saya pergi untuk menyaksikan film, dan film yang diputar hari itu adalah “The King of Kings”, yang diambil dari kisah Kristus ketika Ia masih hidup di antara manusia. Saya menyaksikan film itu dari awal sampai akhir. Saya bahkan menyaksikan film itu sampai beberapa kali. Dengan demikian, saya bisa membuat gambaran tentang Kristus di dalam diri saya. Kemudian, saya menerima sebuah Alkitab Perjanjian Baru. Setelah saya membacanya, sebuah ayat berbicara kepada saya, seperti ada seseorang yang berbicara kepada orang lainnya. Ayat itu adalah dari Yohanes 14:6, dimana Kristus mengatakan, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Saya sangat tersentuh dengan ayat itu. Dan bagian selanjutnya ayat itu mengatakan, “Tak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” Di dalam hati saya muncul pertanyaan, “Lalu Muhammad, ... siapakah dia?” Saya tercekam oleh ketakutan. Saya berdoa, “Kalau tak ada satupun kecuali Engkau, maka saya akan datang!” Sejak itu hidup saya diubahkan: Saya bertobat dan memberikan hidup saya kepada Yesus Kristus.
DOA: Tuhan dan Juruselamat, Yesus Kristus, kami bersyukur bahwa Engkau sudah menyatakan dan menyiapkan bagi kami jalan kepada Bapa. Melalui Roh-Mu, yang Kau utus kepada kami dari Bapa, Engkau membuat kami dilahirkan kembali dan menjadi anak-anak Yang Mahakuasa. Inilah caranya kami bisa datang untuk menyembah Allah sebagai Bapa, dan melakukan kehendak-Nya, di bumi ini, seperti di surga. Kami memuji dan menyembah-Mu yang kudus, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kami bersyukur bahwa seluruh bumi dipenuhi dengan kemuliaan-Mu. Peliharalah kami di dalam kebenaran-Mu, sehingga kerajaan-Mu akan datang, bukan hanya di dalam kehidupan kami saja, tetapi juga di dalam kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kami.
PERTANYAAN: Kelompok pre-Islam yang mana yang menyangkali ke-Tritunggalan Allah? Dari tulisan mereka yang mana saja kita bisa menemukan jejak-jejak di dalam Al-Quran?
UNTUK DIHAFALKAN: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13:13 – Perkataan Rasul Paulus).