Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 014 (What is the Christian's Presupposition?)
This page in: -- Chinese -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 2 - PENDEKATAN DASAR APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL

12. Apa yang dimaksud dengan presuposisi Kristen?


Seperti disebutkan sebelumnya, apa pun yang orang Kristen lakukan, pikirkan atau katakan perlu didasarkan pada kebenaran Alkitab. Kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal-budi (Matius 22:37). Perintah yang pertama adalah jangan ada pada kita allah lain di hadapan Allah (Ulangan 5:7). Orang Ibrani secara harfiah mengatakan “kamu tidak akan memiliki allah lain di hadapan wajah-Ku” atau di hadapan-Ku; kalimat ini tidak memberikan ide kita dapat memiliki Allah sebagai yang utama dan apa pun yang lain sebagai yang kedua dan yang ketiga.

Petrus menempatkan otoritas Alkitab lebih tinggi bahkan daripada pengalaman empirisnya sendiri, seperti yang telah kita baca sebelumnya dan layak diulang (2 Petrus 1:16-19). Perhatikan frase yang dia gunakan makin diteguhkan: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi” dibandingkan menyaksikan kejadian Illahi, nubuatan para nabi malah lebih meyakinkan bagi Petrus. Bagi Petrus, firman nubuatan (Alkitab) adalah otoritas utamanya. Itu adalah presuposisinya. Dengannya dia menafsirkan segala sesuatu yang lain, termasuk pengalaman pribadi.

Bagi orang Kristen, Alkitab adalah otoritas utamanya, dan karena itu, Anda tidak dapat merujuk pada sesuatu yang lain untuk membuktikannya.

Dalam apologetika presuposisional kita mempresentasikan kekristenan berdasarkan firman Allah sebagai satu-satunya wawasan dunia yang dengannya pengetahuan manusia bahkan mungkin diterima, berlawanan dengan apologetika pembuktian (evidential apologetics), yang berdebat tentang sebuah probabilitas kebenaran yang tinggi dari iman Kristen berdasarkan bukti yang dibahas oleh orang-orang tidak percaya dan orang-orang percaya secara netral menggunakan akal manusia tanpa bantuan. Ketika kita memeriksa Alkitab, kita tidak akan pernah menemukan Alkitab memperlakukan firman Allah sebagai mungkin benar tetapi pasti benar. Berikut adalah beberapa contoh dari sekian banyaknya contoh dalam Alkitab:

“Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” (1 Yohanes 5:13).
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3).
“Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.” (Lukas 21:15).
"Petrus menyatakan, jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus (Mesias). " (Kisah Para Rasul 2:36).
"Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias." (Kisah Para Rasul 9:22).
“Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukumm-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya” (Mazmur 119:160).
“Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberi hikmat kepada orang yang tak berpengalaman” (Mazmur 19:7).
“Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji Tuhan adalah murni” (Mazmur 18:30).
“Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus ya Tuhan, untuk sepanjang masa” (Mazmur 93:5).
“Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh” (Mazmur 111:7).
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu adalah kebenaran” (John 17:17).

Sebagai orang Kristen kita tidak dapat merujuk pada ukuran humanistik untuk mencoba mencari tahu apakah yang Alkitab katakan itu benar atau tidak. Mencoba melakukannya selalu merupakan upaya yang gagal. Penulis Kristen C.S. Lewis menulis: “Makhluk yang memberontak terhadap penciptanya memberontak terhadap sumber kekuatannya sendiri - termasuk bahkan kekuatannya untuk memberontak. ... seperti aroma bunga yang mencoba menghancurkan bunganya.” (C.S. Lewis, A Mind Awake, hal. 104) Sebagai orang Kristen kita seharusnya tidak bergabung dengan orang-orang yang tidak percaya dalam pemberontakan mereka melawan Allah dengan mengambil otoritas tinggi lainnya. Kita harus menjadikan Allah sebagai otoritas tertinggi. Tetapi tunggu sebentar – Bukankah ini “circular reasoning (kesalahan logika atas alasan yang diulang-ulang tanpa bukti)”? Tidak sama sekali. Pikirkanlah! Jika orang tidak percaya mengatakan: “Alasan adalah otoritas tertinggi saya”, Anda biasanya harus bertanya: “Bagaimana Anda membuktikannya?" Lalu dia akan menjawab dengan mengatakan: “Alasan telah membuktikannya”, dalam hal ini maka akan menjadi “circular”; atau dia akan berkata: “X membuktikannya”, yang mana “X” bisa menjadi apa saja (ilmu pengetahuan, kesepakatan manusia, pengetahuan umum, dan sebagainya), dalam hal ini "alasan" bukan lagi otoritas utamanya tetapi si "X". Ketika kita berbicara tentang "otoritas tertinggi", maka dalam sifatnya harus dapat memverifikasi dirinya sendiri dan mengautentikasi dirinya sendiri. Anda tidak dapat merujuk pada apa pun di luar otoritas tertinggi Anda untuk membuktikannya.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 06, 2023, at 01:43 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)