Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 11-Presuppositional Apologetics -- 018 (Presuppositional apologetics leads to the conclusion that unbelievers don't know anything)
This page in: -- Chinese -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Russian -- Tamil -- Ukrainian

Previous Chapter -- Next Chapter

11. APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
Bagaimana Mengungkapkan Kelemahan Mendasar dan Kebohongan Yang Tersembunyi Saat Iman Kristen Diserang
BAGIAN 3 - METODE APOLOGETIKA PRESUPOSISIONAL
15. Kesalahpahaman umum tentang apologetika presuposisional

a) Apologetika presuposisional menggiring kepada kesimpulan bahwa orang tidak percaya tidak tahu tentang apapun


Sebenarnya segala sesuatu tidak jauh dari kebenaran. Seorang presuposisionalis bersikeras bahwa orang tidak percaya tahu banyak. Terkadang mereka bahkan lebih banyak tahu daripada yang diketahui orang percaya. Masalahnya bukan terletak pada apakah orang tidak percaya mengetahuinya atau tidak, tetapi terletak kepada apakah asumsi dasarnya, "presuposisinya", memampukan mereka untuk memahami apa yang mereka ketahui ataupun yang tidak.

Greg Bahnsen mengatakan ini: "Karena manusia berdosa tidak bisa lepas dari pengenalan akan Allah, melalui hubungannya dengan wahyu umum di dunia, dia masih tetap mampu memperoleh pengetahuan; sebagai makhluk Allah, manusia mempertahankan pengetahuan yang tak terhapuskan tentang Penciptanya, pengetahuan itu sendiri selalu menyertakan pengetahuan tentang Allahnya juga. … orang tidak percaya … dapat dan juga menggunakan pikirannya untuk mengetahui berbagai hal; dia mampu melakukannya terlepas dari apa yang dia pikirkan tentang situasi epistemologisnya.” (Presuppositional Apologetics, Greg Bahnsen, hal. 16-17).

Faktanya, pengetahuan yang dimiliki orang tidak percaya yang menunjukkan ketidakkonsistenannya. Bagaimanapun, kami tidak menyatakan bahwa orang-orang tidak percaya tidak mengetahui banyak pengetahuan. Namun sebaliknya, kami meyakini mereka memiliki banyak pengetahuan, dan di saat yang sama, kami juga yakin bahwa pengetahuan mereka tidak sesuai dengan presuposisi mereka tetapi sesuai dengan yang diyakini orang Kristen. Jika mereka konsisten dengan presuposisi mereka, mereka tidak akan dapat membenarkan pengetahuan tentang apapun, entah tentang ayam ataupun akhirat. Jadi pengetahuan yang mereka miliki membuktikan bahwa mereka sudah mengenal Allah yang mereka coba sangkali, karena pengetahuan seperti itu hanya mungkin terdapat dalam pandangan dunia Kristen. Apa yang diketahui orang-orang tidak percaya, mereka ketahui bukan karena presuposisi mereka, tetapi dari yang terlepas dari mereka.

Sebagai contoh, orang tidak percaya dapat menyatakan: “Tidak ada yang namanya "entitas immaterial”. Namun mereka bersikukuh menggunakan hukum logika, yang tidak material. Atau mereka mungkin mengatakan: Semuanya subjektif dan tidak ada yang namanya moralitas objektif. Lalu bagaimana mereka bisa mengutuk Hitler atas Holocaust, misalnya? Jika memang tidak ada moralitas objektif, maka apapun yang dilakukan Hitler tidak dapat dikutuk atau dimaafkan oleh siapa pun; tidak lebih seperti kentang-kentang yang diproses oleh restoran McDonalds setiap hari – tidak lebih dari sekantong bahan biologis melakukan sesuatu kepada sekantong bahan biologis lainnya … sederhananya, itu hanya dikatakan "Hitler melakukan apa yang Hitler lakukan".

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 08, 2023, at 09:24 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)