Grace and TruthThis website is under construction ! |
|
Home Afrikaans |
Home -- Indonesian -- 18-Bible and Qur'an Series -- 004 (Did Jesus Defend Himself at His Trial?)
Previous Chapter -- Next Chapter 18. Seri Alkitab dan Al-Quran
BUKLET 1 - Penyaliban Kristus: Sebuah Fakta, bukan Fiksi
(Sebuah Jawaban atas Buklet Ahmad Deedat: Penyaliban atau Fiksi Penyaliban? (Crucifixion or Cruci-Fiction?)
Penyaliban: Fakta, bukan Fiksi
3. Apakah Yesus Membela Diri-Nya Sendiri pada Pengadilan-Nya?Pada halaman 28 dari bukunya, Deedat mencoba untuk mendiskreditkan catatan Injil tentang penyaliban Yesus lebih jauh lagi dengan menentang sebuah nubuatan dalam Yesaya 53:7 yang meramalkan bahwa Yesus tidak akan membuka mulut-Nya untuk membela diri pada waktu pengadilan-Nya, tetapi akan digiring ke kayu salib "seperti seekor domba yang kelu di depan para penggunting bulunya". Dari nubu-atan itu cukup jelas bahwa ini tidak berarti bahwa Yesus tidak akan berkata apa-apa ketika Ia ditangkap, tetapi lebih kepada bahwa Ia tidak akan berusaha untuk membela diri di hadapan para penuduhnya. Seluruh argumen Deedat bergantung pada pernyataan-pernyataan tertentu yang dibuat oleh Yesus yang ia coba tarik sebagai pembelaan diri terhadap para penu-duhnya. Ia mencoba mengejek Yesus dengan menanyakan apakah Ia berbicara "dengan mulut tertutup" ketika Ia mengatakan kepada Pilatus bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yohanes 18:36), ketika Ia meminta salah satu perwira Imam Besar untuk bersaksi tentang sesuatu yang telah Ia katakan dengan tidak benar (Yohanes 18:23), dan ketika Ia berdoa kepada Allah, jika mungkin, cawan penderitaan yang Ia hadapi dapat diambil dari-Nya (Matius 26:39). Perlu ditekankan bahwa TIDAK SATUPUN dari pernyataan-pernyataan ini dibuat oleh Yesus pada saat diadili di depan Sanhedrin di rumah Imam Besar Kayafas, atau di hadapan gubernur Romawi Pontius Pilatus. Pernyataan yang pertama diucapkan kepada Pilatus dalam percakapan pribadi di dalam Praetorium; pernyataan yang kedua diucapkan pada waktu Yesus menghadap Hanas, mertua Kayafas, dan ini bukan pada waktu Yesus diadili di depan Sanhedrin seperti yang dikatakan oleh Deedat dengan keliru (hal. 28); pengadilan baru terjadi setelah peristiwa di rumah Kayafas itu, seperti yang dinyatakan dengan jelas oleh Injil (Yohanes 18:24; Matius 26:57); dan pernyataan yang ketiga diucapkan di Taman Getsemani, sebelum Yesus ditangkap. Oleh karena itu, bukti-bukti yang diajukan oleh Deedat sama sekali tidak relevan dengan masalah ini dan ia tidak membuktikan apa-apa. Yang menjadi perhatian kita adalah apakah Yesus membela diri-Nya sendiri di hadapan Sanhedrin di rumah Kayafas atau pada waktu diadili di depan umum di hadapan Pilatus. Tidaklah mengherankan jika kita mendapati bahwa Deedat mengabaikan apa yang dengan jelas dikatakan oleh Injil mengenai kedua pengadilan resmi ini. Setelah mendengar bukti-bukti yang memberatkan Yesus di hadapan Sanhedrin, Kayafas memberi kesempatan kepada Yesus untuk menjawab para penuduhnya, dan apa yang terjadi kemudian sangat penting: Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Yesus tetap diam. (Matius 26:62-63)
Alih-alih membela diri, Ia langsung bersaksi, sebagai jawaban atas pertanyaan berikutnya, bahwa Ia memang Anak Allah - sebuah kesaksian yang membuat Sanhedrin menjatuhkan hukuman mati atas-Nya. Poin pentingnya adalah, dalam menjawab para penuduhnya, kita membaca dengan jelas bahwa Yesus hanya diam. Demikian juga kita membaca bahwa ketika Pilatus mengajukan pertanyaan yang sama kepada-Nya, hal yang sama juga terjadi. Dia tidak membuka mulutnya untuk mengatakan apa pun sebagai pembelaan diri. Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. (Matius 27:12-14)
Deedat secara halus menyembunyikan kejadian-kejadian ini yang dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus diam saja di hadapan Sanhedrin ketika dituduh oleh saksi-saksi palsu yang diajukan, dan bahwa Dia tidak memberikan jawaban bahkan terhadap satu tuduhan pun - ketika dituduh di hadapan Pilatus. Dengan gaya tradisionalnya, Deedat menekan bukti-bukti yang berhubungan langsung dengan masalah yang sedang dibicarakan dan sebagai gantinya mencoba untuk menarik argumentasi dari peristiwa-peristiwa lain yang tidak relevan dengan masalah yang sedang dibicarakan. Menarik juga untuk mengetahui bahwa hal yang sama juga terjadi ketika Yesus muncul di hadapan Herodes, raja Yahudi, sebelum dikirim kembali ke Pilatus. Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. (Lukas 23:8-10)
Sekali lagi, ketika Yesus dituduh, Dia tidak memberikan jawaban. Dalam setiap kesempatan ketika Ia diadili di hadapan Sanhedrin, Herodes atau Pilatus, Ia sama sekali tidak mengatakan apa-apa untuk membela diri-Nya, dan dengan demikian menggenapi nubuatan Yesaya bahwa Ia tidak akan membela diri-Nya dalam pengadilan-Nya dengan membuka mulut-Nya untuk berbicara atas nama-Nya sendiri. Tak satu pun dari pernyataan-pernyataan yang dikutip oleh Deedat yang dibuat pada waktu Yesus sedang diadili, dan dengan demikian seluruh argumennya tidak dapat diterima. |