Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 18-Bible and Qur'an Series -- 010 (Was Jesus Alive or Dead in the Tomb?)
This page in: -- English -- Hausa -- Igbo -- INDONESIAN -- Somali -- Yoruba

Previous Chapter -- Next Chapter

18. Seri Alkitab dan Al-Quran
BUKLET 2 - Apakah Sebenarnya yang Dimaksud dengan Tanda Yunus?
(Sebuah jawaban terhadap Buklet Ahmad Deedat: Apakah yang dimaksud dengan Tanda Yunus?)
A - TANDA YUNUS

1. Apakah Yesus Hidup atau Mati di dalam Kubur?


Sudah menjadi fakta umum dalam tafsiran Kristen mengenai kitab Yunus di Alkitab bahwa Yunus tetap hidup secara ajaib selama ia berada di dalam perut ikan di dalam laut. Selama masa cobaannya, Yunus tidak pernah mati di dalam perut ikan, sehingga ia kembali ke darat dalam keadaan hidup seperti saat pertama kali ia dilemparkan ke dalam laut.

Dalam bukunya, Deedat mengambil beberapa kata dalam ayat yang dikutip di atas di luar konteksnya dan membuat pernyataan yang berbunyi "Seperti Yunus... demikianlah juga Anak Manusia" dan menyimpulkan:

Jika Yunus hidup selama tiga hari tiga malam, maka Yesus juga seharusnya masih hidup di dalam kubur seperti yang dinubuatkan-Nya sendiri! (Deedat, What was the Sign of Jonah?, halaman 6).

Walaupun Yesus hanya mengatakan bahwa keserupaan antara Dia dengan Yunus adalah dalam hal waktu mereka masing-masing menjalani pengasingan - Yunus di dalam ikan, Yesus di dalam perut bumi - Deedat tidak menyebutkan hal ini dengan jelas, dan menyatakan bahwa Yesus pasti juga sama dengan Yunus dalam hal-hal lain, dan memperluas keserupaan itu dengan memasukkan keadaan Yunus yang masih hidup di dalam ikan. Akan tetapi, jika pernyataan Yesus dibaca secara keseluruhan, maka jelaslah bahwa keserupaan itu terbatas pada faktor waktu. Sebagaimana Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari dan tiga malam, demikian juga Yesus akan berada dalam waktu yang sama di dalam perut bumi. Kita tidak dapat mengembangkan hal ini lebih jauh lagi, seperti yang dilakukan oleh Deedat, dengan mengatakan bahwa sebagaimana Yunus hidup di dalam perut ikan, demikian juga Yesus akan hidup di dalam kubur. Yesus tidak mengatakan hal ini dan penafsiran seperti ini tidak muncul dari perkataan-Nya, tetapi dibacakan ke dalam perkataan-Nya. Lebih jauh lagi, dalam membicarakan penyaliban-Nya yang akan datang, Yesus pada kesempatan lain menggunakan perkataan yang sama yang cukup membuktikan maksudnya:

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan.” (Yohanes 3:14)

Di sini, keserupaannya jelas terlihat dalam hal "ditinggikan". Sebagaimana Musa meninggikan ular itu, demikian juga Anak Manusia akan ditinggikan, yang satu untuk menyembuhkan orang Yahudi, yang lain untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Dalam hal ini ular tembaga yang dibuat Musa tidak pernah hidup dan jika logika Deedat diterapkan pada ayat ini, maka kita harus beranggapan bahwa ini berarti Yesus pasti sudah mati sebelum ia diangkat, mati di atas kayu salib, dan mati ketika ia diturunkan dari kayu salib. Tidak hanya hal ini tidak masuk akal, kontradiksi antara keadaan Yunus dan ular tembaga (yang satu selalu hidup melalui cobaan yang dialaminya, yang satu lagi selalu mati ketika digunakan sebagai simbol di atas tiang) menunjukkan bahwa Yesus hanya menyamakan dirinya dengan Yunus dan ular tembaga dalam hal-hal yang secara tegas ia sebutkan, yaitu tiga hari dan tiga malam dan ditinggikan ke atas tiang. Tidak masalah apakah Yunus masih hidup atau tidak - ini tidak ada hubungannya dengan perbandingan yang Yesus buat.

Dengan menghilangkan keterangan mengenai periode waktu dalam kasus Yunus, Deedat membuat perkataan Yesus berbunyi "Seperti Yunus ... demikian juga Anak Manusia akan menjadi" dan dari keserupaan yang tidak terbatas inilah ia berusaha memperluas perbandingannya dengan keadaan sang nabi di dalam ikan. Tetapi jika kita mengikuti metode yang sama dengan ayat lain yang dikutip, kita akan sampai pada kesimpulan yang sebaliknya. Dalam hal ini pernyataannya akan berbunyi: "Sama seperti ular itu... demikian juga Anak Manusia akan menjadi" dan keadaan ular itu selalu dalam keadaan mati. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa dalam setiap kasus Yesus tidak bermaksud untuk memperluas keserupaan antara diriNya dengan nabi atau benda yang disebutkanNya dengan masalah hidup atau mati, tetapi semata-mata hanya pada perbandingan-perbandingan yang dikemukakanNya dengan jelas. Jadi kita melihat bahwa keberatan pertama Deedat sepenuhnya tidak beralasan. Kesimpulan yang kontradiktif dengan sendirinya muncul dari alur pemikirannya dan tidak ada keberatan atau argumen yang meniadakan dirinya sendiri yang dapat dipertimbangkan dengan serius.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on June 27, 2024, at 04:32 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)