Grace and TruthThis website is under construction ! |
|
Home Afrikaans |
Home -- Indonesian -- 18-Bible and Qur'an Series -- 033 (The Exclusive Title Given to Jesus)
Previous Chapter -- Next Chapter 18. Seri Alkitab dan Al-Quran
BUKLET 4 - KRISTUS di dalam ISLAM dan KEKRISTENAN
(Sebuah Studi Perbandingan tentang Sikap Kristen dan Muslim terhadap Pribadi Yesus Kristus)
Jawaban terhadap Buklet Ahmad Deedat: KRISTUS DI DALAM ISLAM
2. Gelar Eksklusif yang Diberikan kepada YesusDeedat tidak hanya menunjukkan dalam pernyataannya tentang ibu Yesus bahwa ia hanya mempunyai sedikit sekali pengetahuan yang benar tentang Alkitab, tetapi ketidaktahuannya itu sekali lagi terlihat dalam pertimbangannya yang singkat tentang gelar yang diberikan kepada Yesus di dalam Alkitab, yaitu Mesias. Ia menunjukkan bahwa kata Ibrani yang asli, mashah (dari mana kata mashiah berasal, yaitu Mesias, atau Kristus) adalah kata yang umum yang berarti segala macam pengurapan dan kata ini digunakan untuk para imam, tugu-tugu, kemah-kemah, dsb., yang dikhususkan untuk beribadat dan memang sudah semestinya disucikan untuk maksud itu. Argumennya kemudian menyatakan bahwa, meskipun Yesus disebut sebagai Mesias dalam Alkitab atau, seperti dalam bahasa Yunani, Christos, hal ini tidak membuatnya unik dalam hal apa pun karena “setiap nabi Allah juga diurapi atau diangkat” (Christ in Islam, halaman 13). Dia melanjutkan dengan menyatakan bahwa dalam Islam, gelar-gelar tertentu diberikan kepada para nabi tertentu, yang, dalam pengertian umum, berlaku untuk semua nabi. Dia mengatakan bahwa sementara Muhammad disebut rasulullah (utusan Allah) dan Musa kalimullah (firman Allah), gelar-gelar ini berlaku untuk semua nabi, karena masing-masing adalah utusan Allah yang secara teratur berbicara dengan Allah. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah bahwa gelar Christos sama sekali tidak unik dan bahwa Yesus tidak berbeda dengan utusan-utusan Allah yang lain. Sekali lagi ketidaktahuannya terungkap, karena gelar yang diberikan kepada Yesus dalam Alkitab sebenarnya (dalam bahasa Yunani asli) adalah ho Christos, yang berarti “sang Kristus”. Penggunaan kata sandang tertentu membuat gelar tersebut menjadi eksklusif dalam arti yang sangat nyata dan mengungkapkan bahwa Yesus memang benar-benar adalah sang Mesias, Yang Diurapi Allah, dengan cara yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi lainnya. Konstruksi yang sama juga muncul dalam Al-Qur'an di mana Yesus disebut al-Masih, yaitu satu-satunya orang yang memiliki gelar ini. Memang di dalam Al-Qur'an, Yesus juga disebut sebagai rasul setidaknya sepuluh kali (lihat, misalnya, Surah An-Nisaa' 4:171 di mana ia secara tegas disebut sebagai rasulullah) dan di dalam Surah Ali Imran 3:45 disebut sebagai kalimatin-minhu, yaitu “Firman dari-Nya”. Namun gelar al-Masih, sang Mesias, hanya diberikan kepada Yesus di dalam Al-Qur'an dan di dalam Alkitab, gelar yang sama, yaitu ho Christos, juga tidak diberikan kepada orang lain. Yesus dengan cara yang sangat unik adalah sang Mesias dan gelar itu hanya milik-Nya. Deedat, tentu saja, bermaksud merendahkan Yesus sampai pada tingkat kenabian biasa, dan dengan demikian ia menganggap gelar eksklusif Mesias (atau Kristus) sangat janggal dan dapat menimbulkan rasa tersinggung. Akan tetapi, argumennya sepenuhnya didasarkan pada anggapan yang keliru bahwa gelar tersebut tidak pernah diterapkan kepada Yesus dalam arti yang sangat unik. Al-Qur'an, meskipun secara tepat menyebut Yesus sebagai al-Masih, tidak berusaha menjelaskan gelar tersebut. Lalu, apakah arti sebenarnya dari gelar tersebut? Di sini tidak diperlukan usaha orang Kristen untuk mengubah “logam yang paling sederhana menjadi emas yang berkilauan” (Christ in Islam, hal. 13), seperti yang dibayangkan oleh Deedat, untuk meninggikan status Mesias di atas status kenabian biasa. Karena orang-orang Yahudi-lah yang berbicara tentang seorang tokoh yang akan datang, yang mereka beri nama Mesias, karena mereka menggunakan gelar ini secara tegas dalam Kitab Suci mereka untuk menggambarkan Dia (Daniel 9:26). Di dalam Kitab Suci para nabi terdahulu, mereka dengan tepat menemukan nubuat-nubuat yang terus menerus mengenai kedatangan Yang Diurapi Allah, seseorang yang bukan hanya seorang nabi biasa, tetapi Juruselamat utama bagi seluruh dunia. (Contohnya adalah Yesaya 7:14; 9:6-7; 42:1-4; Yeremia 23:5-6; Mikha 5:2-4; dan Zakharia 6:12-13). Dia akan mengokohkan kerajaan Allah selamanya dalam keadilan dan kebenaran dan akan memerintah bangsa-bangsa. Pada awalnya Ia akan direndahkan (Yesaya 53:1-12) dan dilenyapkan dari negeri orang hidup (Daniel 9:26), tetapi pada kedatangan-Nya kembali di akhir zaman, Ia akan membawa keselamatan dan penghakiman Allah, memerintah dalam keadilan dan kemuliaan atas umat-Nya yang benar, dan membawa musuh-musuh-Nya dari seluruh penjuru dunia untuk bertekuk lutut di bawah kaki-Nya (Mazmur 110:1). Orang-orang Yahudi tahu bahwa sosok yang ditinggikan ini, Mesias, akan datang dan ketika Yesus datang, mereka secara terbuka berspekulasi apakah mungkin itu Dia (Yohanes 7:31, 41-43; 10:24; Matius 26:63). Dalam beberapa kesempatan, Yesus secara terbuka menegaskan bahwa Ia memang Mesias (Yohanes 4:26; Matius 16:17; Markus 14:62) dan mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Ia akan datang kembali dalam awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar, dan mereka akan melihat-Nya duduk di sebelah kanan Allah (Matius 26:64). Tidak perlu “menyulap kata-kata” yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen (Christ in Islam, hal. 13) untuk meninggikan Yesus menjadi Juruselamat dan Mesias Allah yang kekal. Orang-orang Yahudi sendiri tahu bahwa Mesias tidak akan terbuat dari “logam sederhana” seperti nabi-nabi lainnya, tetapi, sebagai perbandingan, Mesias adalah “emas yang berkilau”, dan Yesus memang demikian! Orang-orang Yahudi secara tragis menolak Mesias mereka, penggenapan dari harapan mereka, dan kemudian disingkirkan tidak lama setelah itu (tahun 70 M), dan sampai hari ini agama mereka telah kehilangan semua makna dan kemuliaan aslinya. Tragedi yang lebih ironis lagi adalah sikap dunia Muslim, yang di satu sisi mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, namun di sisi lain menyatakan bahwa dia hanyalah seorang nabi. Makna yang sebenarnya dari gelar tersebut tidak dipahami sepenuhnya dalam Islam. Yesus Kristus adalah Juruselamat eksklusif dunia, Mesias unik yang diutus Allah untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Gelar ini adalah milik-Nya sendiri dan meninggikan-Nya ke status yang hanya dinikmati-Nya sendiri di antara anak-anak manusia - Raja Kemuliaan yang akan memerintah selama-lamanya. |