Previous Chapter -- Next Chapter
A - MUHAMMAD DI DALAM ALKITAB?
Pada tahun 1975, Ahmed Deedat mengadakan serangkaian ceramah di Balai Kota Durban, dua di antaranya bertujuan untuk membuktikan bahwa Muhammad telah dinubuatkan di dalam Alkitab. Ceramah yang pertama, yang berjudul Apa yang Dikatakan Alkitab Tentang Muhammad, membahas nubuatan dalam Ulangan 18:18 dalam Perjanjian Lama, dan dalam ceramah ini Bpk. Deedat berusaha menunjukkan bahwa Musa meramalkan kedatangan Muhammad ketika ia berbicara mengenai seorang nabi yang akan mengikutinya, yang akan sama seperti dia. Pada tahun 1976, Bpk. Deedat menerbitkan ceramah ini dalam bentuk buklet dengan judul yang sama. Dalam ceramahnya yang kedua pada tahun 1975, ia berbicara tentang Muhammad sebagai Penerus Alamiah Kristus, dan di sini ia berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus telah menubuatkan kedatangan Muhammad ketika ia menasihati murid-muridnya untuk menantikan kedatangan Dia yang disebutnya Penghibur, yang katanya, akan datang setelah-Nya.
Ceramah Deedat adalah contoh dari banyak usaha serupa yang telah dilakukan oleh para penulis Muslim selama bertahun-tahun untuk membuat kedua nubuatan ini sesuai dengan Muhammad. Usaha ini umumnya muncul dari sebuah ayat di dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa kedatangan Muhammad telah dinubuatkan di dalam Kitab Suci Yahudi dan Kristen. Ayat tersebut berbunyi:
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang Muslim telah mencari secara mendalam di dalam "Taurat dan Injil" (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) untuk mendapatkan bukti bahwa kedua kitab ini memang mengandung nubuat-nubuat tentang kedatangan Muhammad. Al-Qur'an tampaknya menunjukkan bahwa nubuat-nubuat ini akan ditemukan dalam Taurat dan Injil tanpa banyak kesulitan, tetapi ketika orang-orang Muslim berusaha untuk menemukan nubuat-nubuat yang dituduhkan ini, mereka sangat terkejut ketika menemukan bahwa dalam kedua kitab ini, Yesuslah yang menjadi subjek dari banyak nubuat di dalamnya dan bukannya Muhammad. Kelahiran Yesus, pelayanannya, perumpamaan-perumpamaan, mukjizat-mukjizat, penyaliban, kebangkitan, kenaikan, kedatangannya yang kedua kali, keilahian, kemuliaan dan kehormatannya merupakan perhatian dari teks-teks nubuat dalam Taurat dan Injil, dan begitu banyak nubuat-nubuat yang memberitakan tentang kedatangannya sebagai klimaks dari kebenaran dan kasih Allah yang diwahyukan kepada manusia, sehingga orang tidak dapat tidak terkejut dengan fakta bahwa Alkitab tidak memberikan kelonggaran untuk anti-klimaks seorang "nabi" yang akan datang setelahnya. Nubuat-nubuat seperti itu hanya terlihat jelas dari ketiadaannya.
Namun demikian, didorong oleh jaminan dalam Al-Qur'an bahwa Alkitab memang menubuatkan kedatangan Muhammad, orang-orang Muslim telah melakukan segala upaya untuk menemukan nubuat-nubuat ini. Kelangkaan materi yang jelas untuk mendukung pencarian mereka telah membuat sebagian besar dari mereka dengan bijaksana hanya mengandalkan dua nubuat yang telah kami sebutkan - satu di setiap Perjanjian -, untuk membuktikan klaim mereka. Yang lainnya, seperti Kaldani dan Vidyarthy, dengan tidak bijaksana mencoba menerapkan setiap nubuatan besar dalam Alkitab kepada Muhammad (termasuk ramalan-ramalan yang mencolok tentang penyaliban, pekerjaan penebusan dan kebangkitan Yesus Kristus dalam Yesaya 53 sebagai contohnya!), tetapi pemutarbalikan penafsiran yang tidak tahu malu yang terpaksa mereka lakukan bersama dengan pengabaian dari semua akal sehat dalam usaha mereka untuk membuktikan poin-poin mereka telah menahan orang-orang Muslim lainnya untuk tidak mengikuti langkah mereka dan karenanya mereka hanya mengandalkan dua nubuatan yang telah kami sebutkan, satu dari Musa dan satu lagi dari Yesus.
Dalam situasi ini, kita dapat berasumsi bahwa kedua nubuatan ini diyakini oleh umat Muslim sebagai yang terkuat dalam mendukung klaim mereka. Oleh karena itu, jika dapat dibuktikan bahwa teks-teks ini sama sekali tidak merujuk kepada Muhammad, atau mengantisipasi kedatangannya atau kenabiannya, maka seluruh teori yang mengatakan bahwa Muhammad telah dinubuatkan di dalam Alkitab harus segera runtuh.
Oleh karena itu, dalam buklet ini kita akan dengan murah hati mempertimbangkan bukti-bukti terkuat dari Muslim bahwa Muhammad dinubuatkan dalam dua ayat ini dan akan, dalam terang konteks masing-masing ayat, dan faktor-faktor lain yang sangat penting bagi penentuan yang tepat atas masalah ini, memutuskan apakah bukti-bukti tersebut cukup untuk membuktikan poin tersebut atau apakah kasus ini pada akhirnya harus dinyatakan berlawanan dengan mereka.
Sudah diterima secara universal di semua masyarakat beradab bahwa jika suatu masalah ingin diputuskan dengan benar, semua bukti yang relevan harus ditimbang bersama dan semua bukti yang tidak relevan harus diabaikan. Tidak peduli seberapa besar godaan untuk mengabaikan fakta-fakta yang relevan dan memberikan bobot yang tidak semestinya pada fakta-fakta yang tidak relevan, jika ini adalah satu-satunya cara agar suatu perkara dapat diputuskan untuk menguntungkan seseorang, orang yang benar-benar mencintai kebenaran dan mencari kebenaran akan menolak godaan tersebut. Harapan kami yang tulus adalah agar umat Muslim yang membaca dokumen ini juga melakukan hal yang sama.