Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 04. Sira -- 10 PERLUASAN Kerajaan Muhammad -- (630 dan 631 M)

This page in: -- Chinese -- English -- French -- German -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian -- Uzbek

Previous book -- Next book

04. KEHIDUPAN MUHAMMAD MENURUT IBN HISHAM

10 - PERLUASAN Kerajaan Muhammad -- (630 dan 631 M)

Kampanye Kedua Terhadap Bizantium dan Hasilnya (Oktober sampai Desember 630 M) - Delegasi Suku Badui Menghormati Muhammad (631 M)


10.01 -- Judul
10.02 -- Kampanye Kedua Terhadap Bizantium dan Hasilnya (Oktober sampai Desember 630 M)


10.01 -- PERLUASAN Kerajaan Muhammad -- (630 dan 631 M)

Menurut Muhammad Ibn Ishaq (meninggal 767 M) diedit oleh Abd al-Malik Ibn Hischam (meninggal 834 M)

Sebuah terjemahan yang diedit dari bahasa Arab, aslinya ditulis oleh Alfred Guillaume

Sebuah seleksi dengan anotasi oleh Abd al-Masih dan Salam Falaki

10.02 -- Kampanye Kedua Terhadap Bizantium dan Hasilnya (Oktober sampai Desember 630 M)

10.02.1 -- Kampanye Terhadap Orang Kristen dan Yahudi di Tabuk* (Oktober sampai Desember 630 M)

Muhammad menghabiskan waktu antara Zulhijah (bulan keduabelas), pada tahun kedelapan setelah migrasi, dan Rajab (bulan ketujuh) dari tahun ke sembilan setelah migrasi, di Medinah. Dia lalu memberikan perintah untuk maju berperang melawan bangsa Romawi Bizantium.

* “Tabuk” adalah sebuah pemukiman orang Kristen-Yahudi di utara Arabia, terletak pada jalur utama perdagangan dari Mekah ke Damaskus, sekitar 580 km Barat laut Medinah, pada garis lintang Sharm al-Sheikh moderen. Tabuk adalah titik paling selatan dari pengaruh Bizantium di Arabia.

Ketika Muhammad memberi perintah untuk mempersiapkan (mengangkat senjata), orang-orang berada dalam tekanan. Mereka sangat menderita dari panas dan hampir tidak dapat bertahan hidup. Itu adalah saat panen. Orang-orang lebih memilih untuk tinggal di rumah dengan panen buah mereka dan di dalam naungan pohon-pohon mereka. Di bawah kondisi yang demikian mereka tidak pergi ke medan pertempuran dengan sukacita. Sebagaimana kebiasaan Muhammad ketika dia melakukan sebuah kampanye militer, dia mendeklarasikan tujuan lain dari kampanye itu ketimbang apa yang sebenarnya ia maksudkan. Tetapi dengan kampanye Tabuk, dia menyatakan tujuan sesungguhnya di muka, karena jarak yang sangat jauh, waktu yang sulit pada tahun itu dan kekuatan dari musuh.* Ini dimaksudkan untuk memungkinkan rakyat untuk membuat persiapan yang layak.

* Muhammad menyadari fakta bahwa semua pertempuran di Jazirah Arabia hanya dapat berupa pertempuran-pertempuran kecil awal. Pen-gujian kekuatan yang menentukan dengan kekuatan yang besar pada Bosphorus – dengan Bizantium – masih menantikan mereka. Muhammad ingin mengarahkan pandangan para Muslim kepada tujuan mereka di masa depan, sepanjang ia masih hidup. Penaklukan Bizantium menjadi tujuan besar berikutnya dari Islam.

Suatu hari pada saat mempersiapkan pertempuran, Muhammad berkata kepada Jadd ibn Qays, seorang anggota dari Bani Salima: “Apakah engkau ingin bertempur melawan putra-putra Bizantium tahun ini?” Dia menjawab: “Jika saja engkau mau mengampuni saya dan tidak menyingkapkan saya kepada godaan! Demi Allah, rakyatku mengetahui bahwa tidak ada yang mencintai wanita-wanita cantik lebih dariku. Aku takut bila saat aku melihat wanita Bizantium, aku tidak dapat menahan diriku sendiri.” Muhammad berpaling dari dia dan mengijinkan dia untuk tinggal. Jika dia takut akan digoda oleh wanita-wanita Bizantium (yang mana bukanlah kasusnya), sehingga godaan yang membuat ia menyerah akan tetap lebih besar, dalam hal itu dia tidak mengikuti utusan Allah dan bergantung kepada hidupnya sendiri daripada dari nabinya. Neraka menantikan orang-orang seperti ini.

Beberapa dari para munafik menasehati: “Jangan keluar dalam keadaan panas yang demikian!” Mereka mengatakan hal ini karena keengganan mereka terhadap Perang Suci, karena keraguan akan kebenaran, dan mencoba dan menghasut perbedaan pendapat terhadap Muhammad. Allah menyatakan terhadap mereka: “81 … Dan mereka berkata: ‘Janganlah keluar dalam keadaan panas demikian!’ Katakanlah: ‘Api neraka terlebih panas. Jika saja mereka mau memikirkan! 82 Biarkan mereka tertawa sedikit; mereka akan meratap lebih atas pembalasan akan apa yang mereka lakukan.’” (Surah at-Tawbah 9:81-82).

Muhammad telah mendengar bahwa beberapa orang munafik telah berkumpul di rumah Suwailim sang Yahudi, yang terletak dekat Jasum. Mereka menghasut oposisi terhadap kampanye melawan Tabuk. Muhammad mengutus Talha ibn ‘Ubaid Allah dengan sejumlah Sahabat dan memerintahkan mereka untuk membakar rumah dari Suwailim di atas kepala para kerabatnya. Talha melaksanakan perintah ini.* Dhahhak ibn Khalifa melompat dari atap dan mematahkan sebuah kakinya. Sahabat-sahabatnya melakukan hal yang sama dan melarikan diri. Dhahhak lalu mengomposisi:

Di samping tempat suci dari Tuhan, / sedikit gagal tetapi Dhahhak dan putra Ubairia / telah terbakar sampai mati dalam api yang dinyalakan Muhammad. / Setelah lompatanku aku berdiri dengan kaki yang patah dan / sikut dengan kesulitan. Selamatkanlah dirimu! Aku tidak akan / mengulangi hal yang sedemikian, karena aku takut, siapapun yang ditangkap oleh / api akan dibakar!
* Ketika dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus mendapatkan penolakan kesempatan untuk tinggal bermalam di sebuah desa Samaria, dan dua orang dari murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka dengan kata-kata: “Kamu tidak sadar, roh apa yang ada padamu. Sebab Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan jiwa manusia, tetapi untuk menyelamatkannya.” (Lukas 9:52-56)

Namun, Muhammad tetap bertahan dengan niatnya dan me-merintahkan orang-orang untuk mempercepat persiapan militernya. Dia menantang orang-orang kaya untuk menyumbangkan uang dan binatang beban mereka demi tujuan Allah. Beberapa mendengarkan permintaannya, karena mereka percaya akan penghargaan dari Allah. Uthman ibn ‘Affan memberikan hadiah paling besar dari semuanya. Seorang pria, yang yakin akan situasia itu, melaporkan bahwa Uthman memberikan 1000 dinar untuk membantu pasukan yang berkebutuhan dalam kampanye melawan Tabuk, dan bahwa Muhammad dikatakan telah berkata: “Allah! Berbahagialah dengan Uthman; aku puas dengan dia!”

10.02.2 -- Penangis dan Peragu

Suatu hari tujuh orang Muslim dari antara para Sahabat dan yang lainnya datang – mereka disebut sang “penangis”. Mereka adalah orang-orang yang berkebutuhan yang meminta kepada Muhammad untuk menyediakan untuk mereka binatang beban. Muhammad berkata: “Aku tidak menemukan seekorpun untuk kebutuhanmu!” Mereka berputar kembali dan kedapatan air mata di mata mereka karena kemiskinan mereka.*

* Di manakah sejumlah unta yang disita Muhammad ketika terjadi pertempurannya? Dia tidak memiliki hati bagi yang miskin dan sakit, bahkan ketika mereka adalah bagian dari para pengikutnya.

Ketika segalanya dipersiapkan untuk kampanye, Muhammad berketatapan untuk berangkat. Namun, neberapa orang Muslim berjalan lamban dan akhirnya berada di bagian belakang, walaupun tidak termasuk di antara mereka yang peragu. Ketika Muhammad berangkat, dia berkemah di dekat Thaniyyat al-Wadaa’. Dia menunjuk Muhammad ibn Maslama al Ansari sebagai gubernur atas Medinah. Abd Allah ibn Ubayy berkemah tidak jauh dari kemah Muhammad, di Dhubab. Sebagaimana dipercaya, pasukannya tidak merupakan bagian dari divisi yang lebih kecil. Ketika Muhammad melanjutkan perjalanan, Abd Allah tetap di belakang dengan orang-orang munafik dan peragu.

Dengan perintah Muhammad, Ali juga tetap di belakang, untuk memperhatikan keluarganya. Para munafik menyediakan diri mereka atas situasi ini untuk menghasut percakapan yang berbeda pendapat. Mereka berketetapan bahwa Muhammad hanya mengijinkan Ali tinggal di belakang karena ia berpikir kampanye militer terlalu berat baginya, ia ingin membuat hal itu menjadi mudah baginya. Ketika para munafik mengatakan hal ini, Ali mengangkat senjatanya dan mengikuti Muhammad. Ia mencapainya di Jurf dan membawa pesan kepadanya tentang percakapan dari para munafik. Muhammad berkata: “Mereka telah berbohong! Aku meninggalkanmu di belakang untuk perlindungan dari keluarga kita. Berputarlah dan jadilah perwakilanku bagi keluargaku dan keluargamu. Tidakkah engkau senang mengambil posisiku, posisi yang Harun ambil dari Musa, meskipun setelah aku tidak akan datang nabi-nabi yang lain?”* Setelah ini Ali kembali ke Medinah dan Muhammad meneruskan perjalanannya.**

* Kaum Shia menganggap ini sebagai sebuah bukti penting bahwa Ali – setelah Muhammad – seharusnya menjadi Khilafah yang pertama.
** Ali masih muda pada saat itu, sekitar 25 tahun.

10.02.3 -- Abu Khaithama

Beberapa hari setelah keberangkatan Muhammad, Abu Khaithama kembali kepada keluarganya pada suatu hari yang panas. Dia menemui kedua istrinya di dalam dua tenda di tamannya. Mereka telah melembabkan tenda mereka dan mempersiapkan baginya air segar dan makanan. Ketika ia tiba di pintu masuk dari tenda dan melihat apa yang telah dilakukan istrinya baginya, ia berkata: “Utusan Allah berada di luar di bawah matahari, angina dan keringat, dan apakah aku harus menunggu di bawah naungan sejuk tempat tinggalku di depan makanan yang dipersiapkan oleh seorang wanita cantik? Itu tidak benar! Demi Allah, aku tidak akan masuk ke dalam tendamu sebelum aku menyusul Muhammad. Siapkanlah untukku bekal-bekalnya!” Istri-istrinya melakukan hal ini dan dia menaiki untanya dan mengikut sang nabi, yang ia susul di Tabuk. Di perjalanan ia berjumpa ‘Umayr ibn Wahb al-Jumahi, yang juga ingin berjumpa dengan Muhammad. Mereka berkendara bersama sampai mereka mendekati Tabuk. Abu Khaithama kemudian berkata kepada ‘Umayr: “Aku telah melakukan sebuah kesalahan. Aku tidak akan membahayakan engkau jika engkau entah bagaimana tetap berada di belakang, sampai aku telah mengunjungi Muhammad.” ‘Umayr melakukan hal ini. Ketika Abu Khaithama mendekati Muhammad di Tabuk, orang-orang berkata: “Seorang pengendara mendekati kita pada jalur kita.” Muhammad berkata: “Mungkin itu Abu Khaithama!” Mereka lalu berteriak: “Demi Allah, oh utusan Allah, memang itu adalah dia!” Ketika Abu Khaithama telah turun dari untanya, dia pergi kepada Mu-hammad dan menyampaikan salam kepadanya. Muhammad berkata: “Hati-hati, Abu Khaithama!” Ketika ia melaporkan kepada Muhammad apa yang telah terjadi, Muhammad ber-bicara dengan kata-kata yang baik kepadanya dan berharap dia baik-baik saja.

10.02.4 -- Perkemahan di Hijr*

Ketika Muhammad mencapai Hijr dan turun dari untanya, beberapa pergi mendahuluinya untuk mengambil air dari sumur di sana. Tetapi Muhammad berkata: “Jangan minum dari air yang berasal dari sumur, dan jangan mencuci dirimu sendiri dengannya sebelum berdoa! Jika engkau belum meremas adonan dengannya, berikanlah unta-untamu untuk makan dan jangan makan apapun darinya. Dan malam ini tidak ada seorangpun darimu yang boleh keluar sendirian!” Orang-orang mematuhi perintah Muhammad. Tetapi dua orang pria dari Bani Saida meninggalkan perkemahan, yang seorang untuk membuang hajat dan yang seorang lagi untuk mencari untanya. Yang seorang tercekik di sepanjang jalan dan yang lainnya terhempas oleh sebuah badai ke pegunungan Tayyi’. Ketika Muhammad mendengar kabar tentang hal itu, ia berkata: “Tidakkah aku melarang engkau untuk pergi keluar sendirian?” Dia lalu mendoakan bagi dia yang telah tercekik dan dia disembuhkan. Kemudian Bani Tayyi’ mengirim kembali ke Medinah seorang yang telah terhempas ke pegunungan Tayyi’.

* “Hijr” adalah sebuah oasis di sepanjang rute karavan sekitar 340 km Barat laut Medinah, 20 km di utara dari Dedan yang terdapat di dalam Alkitab.

Ketika Muhammad melewati Hijr, dia menarik pakaian menutupi mukanya, memacu untanya dan berkata: “Janganlah memasuki tempat tinggal para pembuat kejahatan, kecuali ketika menangis karena ketakutan. Ia bisa pergi dengan Anda seperti halnya dengan mereka!” Ketika orang-orang tidak memiliki air, mereka mengeluh kepada Muhammad. Dia lalu berdoa dan Allah mengirim awan dengan hujan. Orang-orang itu lalu memuaskan kehausan mereka dan juga dapat mengisi wadah-wadah mereka dengan air.

10.02.5 -- Muhammad Tiba Tabuk Wilayah Orang Kristen-Yahudi*

Ketika Muhammad tiba di Tabuk, dia mencari Yuhanna ibn Ru’ba, sang pangeran (Kristen) dari Aila**, dan mengadakan kontrak damai dengannya. Dia juga mengijinkan dia untuk mengumpulkan pajak perorangan. Dia melakukan hal yang sama dengan penduduk-penduduk dari Jarba’ dan Adhruh***. Muhammad memberikan mereka sebuah kontrak tertulis, yang mereka masih lindungi sampai hari ini. Kepada Yuhanna ibn Ru’ba dia memberikan tulisan berikut:

“Di dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang! Ini adalah sebuah jaminan kemanan dari Allah dan nabinya bagi Yuhanna ibn Ru’ba dan penduduk dari Aila. Kapal-kapal dan karavan-karavan mereka di laut dan darat berada di bawah perlindungan Allah dan nabinya, sebagaimana penduduk Suriah, Yaman dan pesisir, yang memihak kepada mereka. Siapapun di antara kalian yang berbuat sebuah ketidakadilan, kekayaannya tidak dapat melindunginya. Setiap orang diijinkan untuk mengambilnya. Tidak ada air yang mereka tolak untuk diminum dan juga jalan yang mereka ingin jalani, baik di daratan maupun di lautan.”

* "Tabuk” terletak sekitar 580 km di Barat laut Medinah.
** “Aila” berkorespon dengan Eilat di Israel moderen dan terletak sekitar 210 km di Barat laut Tabuk, pada titik paling utara dari Laut Merah. Di sana tinggal orang-orang Kristen dan Yahudi.
*** “Adhruh” adalah sebuah kota Yahudi di sebelah selatan Yordania moderen, sekitar 230 km utara Tabuk. Di sana terutama tinggal orang-orang Yahudi.

10.02.6 -- Muhammad mengutus Khalid kepada Ukaidir sang Kristen di Dumat al-Jandal* (Oktober 630 M)

Muhammad kemudian memanggil Khalid kepada dirinya dan mengutus dia kepada Ukaidir di Duma*. Dia dipanggil Ukaidir ibn Abd al-Malik dan adalah seorang Kristen dari suku Kinda dan adalah pangeran dari Duma. Muhammad berkata kepada Khalid: “Engkau akan bertemu dengannya pada saat perburuan banteng!” Khalid pergi sampai dia mencapai gunung Ukaidir di depan matanya. Malam itu cerah dan diterangi sinar bulan. Ukaidir berdiri bersama istrinya di teras rumahnya. Banteng-banteng liar datang dan menggosokkan tanduk-tanduk mereka di pintu gerbang dari benteng. Istrinya berkata kepadanya: “Pernahkah engkau melihat hal yang seperti ini?” Ukaidir menjawab, “Tidak, demi Allah!” Kemudian istrinya berkata: “Siapa yang akan mengijinkan mereka pergi lebih jauh?” Dia menjawab: “Tidak ada seorangpun!” Dia segera turun ke bawah, memasang pelana kudanya dan berkendara bersama saudaranya Hassan dan anggota keluarga yang lain untuk berburu. Di sana para pengendara Muhammad bertemu mereka, yang lalu membawanya sebagai tawanan dan membunuh saudaraya. Ukaidir mengenakan mantel sutra yang berbordir emas, yang Khalid lepaskan darinya dan mengirimkannya kembali kepada Muhammad bahkan sebelum ia pulang. Asim memberitahukanku dari Anas ibn Malik: “Aku melihat mantel dari Ukaidir ketika mantel itu dibawakan kepada Muhammad. Para Muslim menyentuhnya dan terpesona dengan mantel itu.** Muhammad kemudian berkata: ‘Engkau terkagum dengan mantel ini. Demi dia, yang di dalam tangannya terletak jiwa Muhammad, sapu tangan dari Sa’d ibn Ubada di firdaus lebih cantik!’ Khalid kemudian bersama Ukaidir kepada Muhammad. Dia melepaskan Ukaidir, mengadakan kontrak damai dengannya di bawah kondisi pajak perorangan dan mengijinkan dia pergi.” Ukaidir kembali ke Dumat al-Jandal. Muhammad tinggal sekitar sepuluh malam di Tabuk dan tidak pergi lebih jauh. Dia kemudian kembali ke Medinah.***

* "Duma”, atau “Dumat al-Jandal” adalah sebuah desa Kristen di tengah gurun, sekitar 620 km di utara dari Medinah dan 380 km di timur Tabuk.
** Mantel brokat dengan bordiran emas dari pangeran Kristen merefleksikan pengaruh dari budaya Bizantium yang lebih tinggi dibanding orang-orang Kristen Arab. Kekayaan, karya seni dan budaya Bizantium memiliki pengaruh yang kuat pada orang-orang Muslim.
*** Kampanye pertama di Tabuk adalah lebih daripada sebuah pertemuan ekspedisi dan bertindak lebih untuk membersihkan jalan bagi serangan-serangan di masa depan. Penaklukan suku-suku Kristen di sudut Barat laut dari Jazirah Arabia dimulai dari waktu ini. Mereka diturunkan statusnya sebagai pembayar pajak oleh Muhammad.

10.02.7 -- Bagaimana Doa Muhammad Menyebabkan Air Menyembur Keluar

Pada perjalanan pulang terdapat sebuah mata air di lembah Mushaqqaq. Airnya menetes turun dari sebuah batu karang, namun tidak cukup air bahka untuk tiga orang pengendara. Muhammad memerintahkan mereka yang di depan untuk tidak meminum air tersebut sampai ia datang. Namun, beberapa orang munafik tetap melakukan dan meminum semua air yang ada di sana. Ketika Muhammad mencapai mata air tersebut dan menemukannya dalam kondisi kering, dia bertanya siapa yang telah datang kepada air tersebut sebelum dia. Ketika dia diberikan nama-nama, dia berkata: “Tidakkah aku melarang meminum dari air ini sampai aku datang?” Oleh sebab itu Muhammad menyumpah dan mengutuk mereka oleh karenanya. Dia lalu turun dari untanya dan meletakkan tangannya di bawah retakan di batu karang. Di sana lalu menuangkan air sebegitu banyaknya ke dalam tangannya sebagaimana hal itu menyenangkan Allah. Kemudian dia menyemprotkan air tersebut di atas retakan pada batu karang itu, menyebarkannya dan berdoa, sebagaimana hal itu menyenangkan Allah. Air kemudian menggelegak begitu hebatnya, sebagaimana dilaporkan oleh seseorang yang mendengarnya, terdapat suara yang kencang seumpama Guntur. Semua orang minum dan mengisi wadah-wadah mereka.*

* Muhammad mengklaim telah meniru contoh dari Musa, yang menyebabkan air menyembur keluar dari sebuah batu karang demi rakyatnya. Hampir semua Hadis, yang melaporkn mukjizat-mukjizat Muhammad yang dapat dibandingkan, dipertimbangkan, bahkan oleh sarjana-sarjana Hadis Islam, tidak begitu meyakinkan, karena sumber-sumber utamanya adalah berasal dari keturunan Yahudi. Diklaim bahwa Muhammad tidak membutuhkan mukjizat, karena Al-Quran adalah mukjizat terbesar dan satu-satunya dari Muhammad.

10.02.8 -- Mesjid Permusuhan (Desember 630 M)

Muhammad kemudian meneruskan barisannya kembali sampai ia mencapai Dhu Awaan, yang terletak sekitar satu jam dari Medinah. Di sana ia turun dari untanya. Sejak ia mulai mempersiapkan senjata untuk kampanye di Tabuk, orang-orang dari Mesjid Permusuhan telah mendatanginya dan berkata kepadanya: “Wahai utusan Allah, kami telah mendirikan sebuah masjid bagi orang yang tidak mampu dan lemah, untuk kondisi musim dingin dan untuk malam-malam berhujan. Kami akan senang bila engkau bersedia untuk memimpin doa di dalamnya.” Muhammad telah menjawab pada saat itu: “Aku sekarang sedang dalam persiapan untuk berangkat dan terdapat beberapa hal yang harus aku selesaikan. Jika Allah menginginkan, kami akan berdoa di dalamnya ketika kami kembali.” Ketika ia sekarang berkemah di Dhu Awaan, hal-hal yang sedang terjadi di dalam masjid ini mendapat perhatiannya. Dia memanggil Malik ibn al-Dukhsham, seorang saudara dari Bani Salim, dan Ma’n ibn Adi dan berkata kepada mereka: “Pergilah ke masjid dari orang-orang yang adalah para pembuat kejahatan dan rubuhkan dan bakarlah.” Mereka pergi dengan terburu-buru kepada Bani Salim, suku dari Malik. Malik berkata kepada Ma’n: “Nantikanlah sampai aku mem-bawa api dari rakyatku!” Dia kemudian masuk ke dalam, mengambil sebuah cabang palem, menyulutnya dan lari, ditemani oleh Ma’n, ke dalam masjid itu. Dia menyalakan api dan merubuhkannya. Orang-orang yang ada di dalam melarikan diri. Oleh sebab itu dinyatakan di dalam Al-Quran: “Dan mereka yang mengadopsi sebuah masjid untuk melakukan kejahatan dan di dalam ketidakpercayaan, dan bertujuan untuk memecah belah orang-orang percaya …”* (Surah at-Tawbah 9:107)

* Sekte baru Islam di Jazirah Arabia membentuk sebuah gerakan oposisi terhadap Islam di Medinah. Untuk meyakinkan, Muslim-muslim ini percaya kepada Allah, namun mereka tidak menundukkan diri mereka kepada permintaan politik dari Muhammad. Di sisi lain, Muhammad tidak menerima penyembahan Allah tanpa ketundukan tanpa syarat kepada otoritas Muhammad. Hal ini dihubungkan dengan tanggung jawab untuk berpartisipasi di dalam kampanye-kampanye perangnya.

10.02.9 -- Bagaimana Tiga Pria yang Tetap Tinggal Dihajar

Muhammad kembali ke Medinah. Selain banyak orang munaf-ik juga terdapat tiga pria lain yang tetap tinggal, yang adalah orang-orang percaya yang baik, tanpa keraguan dan tanpa kemunafikan. Mereka adalah: Ka‘b ibn Malik, Murara ibn Rabi‘a dan Hilal ibn Umaiyya. Muhammad berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Janganlah berbicara dengan satupun dari ketiga pria tersebut!” Orang-orang munafik yang tetap tinggal kemudian mendatangi Muhammad, meminta pengampunan dan bersumpah. Tetapi Muhammad berpaling dari mereka. Baik Allah maupun utusannya tidak mengampuni mereka. Tidak ada satupun Muslim yang berbicara dengan ketiga pria yang disebutkan. Ka‘b ibn Malik menjelaskan: “Aku terlibat di dalam semua kampanye Muhammad, hanya tidak yang dari Badr. Namun pada saat itu baik Allah maupun utusannya menegur mereka yang tetap tinggal, karena Muhammad mengerjar karavan dari suku Quraisy hanya karena barang dagangan mereka, dan Allah mengabulkan ia untuk bertemu dengan musuh tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Di sisi lain aku bersama dengan Muhammad pada saat kami bersekutu dengan dia, dan aku lebih menyukai persetujuan ini akan kehadiranku di Badr, meskipun kampanya ini telah menjadi lebih terkenal sejak saat itu.*

* Pernyataan dari salah seorang pendamping perjalannya adalah sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa sang nabi dari orang Arab hanya mengejar tujuan-tujuan materi di dalam kampanye-kampanye militer pertamanya. Orang-orang sezamannya mengakui hal itu. Pertempuran Badr tidak memiliki obyektif religius, tetapi hanya untuk mengambil jarahan perang.

Sekarang mengenai kondisiku yang tinggal pada saat kampanye Tabuk, aku tidak sekuat dan sehat sebagaimana aku dulu, karena, demi Allah, tidak pernah juga aku memiliki dua ekor unta seperti yang aku miliki dulu. Muhammad biasanya mengumumkan tujuan lain kapanpun dia keluar untuk bertempur, sampai dia akhirnya mengambil kampanye melawan Tabuk. Kesempatan ini diikuti oleh panas yang hebat dengan jarang yang panjang melawan musuh yang kuat. Di sana ia mengumumkan kebenarannya, sehingga orang-orang dapat membuat persiapan yang diperlukan. Jumlah mereka yang mengikut Muhammad adalah besar, tanpa tertulis nama-namanya, sehingga mereka yang tetap tinggal biasanya dapat berharap bahwa hal itu tidak diperhatikan, asalkan Allah tidak menyatakan apapun mengenai mereka. Ketika Muhammad pergi ke Tabuk, buahnya telah matang. Seseorang mencari tempat-tempat di keteduhan dan merasa tertarik kepada mereka. Ketika Muhammad dan orang-orang percaya mempersiapkan diri mereka untuk kampanye, aku ingin melakukan hal yang sama, namun menahan diri darinya. Aku tidak melakukan apapun dan berpikir aku dapat melakukannya segera pada saat aku memiliki keinginannya. Hal ini terus berlangsung sampai orang-orang menganggap serius dan Muhammad pergi bersama orang-orang tersebut. Pada saat itu aku masih belum membuat persiapan untuk memulai. Aku sedang berpikir, aku akan mengikuti mereka antara besok atau sehari setelah besok. Mengikuti keberangkatan mereka aku akhirnya ingin mempersenjatai diriku sendiri tetapi kem-bali menahan diri dari melakukannya. Dan jadi hal itu berlanjut sampai pasukan telah jauh di depan. Aku meneruskan berpikir tentang berangkat dan menyusul mereka. Oh, jika saja aku telah melakukannya! Tetapi aku tidak melakukannya. Betapa sering, mengikuti keberangkatan Muhammad, aku pergi di antara orang-orang, hanya untuk bermasalah dengan melihat hanya pria-pria yang dicurigai akan kemunafikan, atau lemah dan diampuni oleh Allah. Muhammad tidak berpikir tentang aku sampai ia mencapai Tabuk. Tetapi ketika ia sedang duduk di sini di antara orang-orang, ia bertanya: ‘Apa yang Ka’b ibn Malik lakukan?’ Seseorang dari Bani Salima menjawab: ‘Mantel sutranya dan nalurinya akan kesejahteraan menahannya.’ Mu’adh kemudian membalas: ’Seharusnya engkau malu akan kata-kata ini! Demi Allah, wahai utusan Tuhan, kami hanya tahu yang baik tentang dia.’ Muhammad tidak mengatakan apapun.

Ketika aku mendengar bahwa Muhammad telah kembali ke Tabuk, kondisi saya yang menyedihkan aku menjadi jelas bagiku. Aku memikirkan kebohongan-kebohongan untuk melepaskan diri dari kemarahannya dan mendapatkan nasehat dari anggota-anggota keluargaku yang cukup masuk akal. Tetapi ketika ketibaan Muhammad diumumkan, aku membatalkan berbohong, karena aku mengakui bahwa hanya kebenaran yang dapat menyelamatkan aku. Aku bertekad untuk mengakui kebenaran kepadanya. Adalah kebiasaan Muhammad, setelah kembali dari sebuah perjalanan, untuk terlebih dahulu melakukan doa di dalam tempat suci dengan dua sujud sebelum keluar dan bergabung dengan orang-orang. Ketika ia melakukan hal ini, mereka yang tinggal di belakang datang kepadanya. Ada sekitar delapan puluh pria yang memohonkan pengampunannya. Muhammad menerima deklarasi dan sumpah mereka, memohon rahmat Allah atas nama mereka dan mengijinkan mereka untuk dihakimi berdasarkan pikiran-pikiran rahasia mereka.

Ketika aku berjalan dan menyapanya, dia tersenyum seperti seseorang yang sangat marah dan memanggilku kepadanya. Ketika aku duduk di hadapannya, dia bertanya: ‘Apa yang membuatmu tetap tinggal? Apakah engkau tidak membeli unta-unta?’ Aku menjawab: ‘Demi Allah, jika aku duduk bersama orang yang lain aku akan mencoba untuk menenangkan dia melalui setiap alasan, karena aku dapat mengarang beberapa alasan. Tetapi, demi Allah, aku tahu jika aku berbohong dan memuaskanmu hari ini, maka besok Allah dapat kembali menyebabkan engkau untuk marah terhadap aku. Tetapi bila aku memberitahumu kebenarannya dan engkau kemudian marah kepadaku, maka aku berharap paling tidak Allah akan membayar aku untuk hal ini. Tidak, demi Allah, aku tidak memiliki alasan. Aku tidak pernah lebih kuat dan lebih baik.’ Muhammad kemudian berkata: ‘Baiklah, dalam hal ini engkau tulus. Berdirilah, sampai Allah mengumumkan penghakiman atasmu.’ Aku berdiri, dan pria-pria dari Bani Salima mengikutku dan berkata: ‘Demi Allah, kami tidak tahu bahwa engkau akan pernah melakukan sebuah dosa. Itu adalah sebuah kelemahan di dalam dirimu untuk tidak mengarang sebuah alasan seperti yang lainnya, yang tinggal di belakang, lakukan. Doa Muhammad untukmu akan menebus kesalahanmu!’ Orang-orang begitu menyerangku sehingga aku ingin kembali ke Muhammad dan membantah kata-kataku sendiri. Aku kemudian bertanya: ‘Pernahkah hal ini terjadi kepada orang lain sebagaimana ia terjadi padaku?’ Mereka menjawab: ‘Muhammad ibn Rabi al-Amri dan Hilal ibn Abi Umaiyya al-Waqif berbicara sepertimu dan Muhammad berurusan dengan mereka sebagaimana ia lakukan denganmu.’ Ketika mereka menyebut nama dari kedua orang saleh ini kepadaku, yang dari mereka aku dapat mengambil contoh, aku menjadi terdiam. Muhammad kemudian melarang siapapun untuk berbicara kepada kami, dan kami adalah satu-satunya yang tinggal di mana hal ini berlaku kepada kami. Orang-orang menghindari kami dan perilaku mereka terhadap kami berubah, yang bahkan terlihat aneh untukku. Tampak bagiku bahwa seluruh negeri tidak lagi dikenal. Situasi ini berlangsung selama lima puluh malam. Kedua pendampingku tetap tinggal di rumah karena kerendahhatian. Tetapi aku, karena aku lebih mudah dan kuat, hadir pada doa publik berjalan-jalan di pasar-pasar, meskipun tidak satu orangpun berbicara denganku.

Aku juga pergi kepada Muhammad ketika dia, setelah selesai berdoa, mengadakan pertemuannya. Aku menyapanya dan bertanya kepada diriku sendiri: ‘Apakah ia membuka bibirnya untuk membalas sapaanku atau tidak?’ aku kemudian berdoa dekat dia dan melempar beberapa lirikan curi-curi kepadanya. Aku memperhatikan bahwa ketika aku berdoa dia melihat kepadaku dan ketika aku memandang sekilas kepadanya dia melihat ke sisi lain. Ketika situasi yang memuakkan ini pada bagian orang-orang Muslim tertarik, aku memanjat tembok taman dari sepupuku Abu Qatada, yang aku sangat sukai, dan menyapanya. Tetapi, demi Allah, dia tidak membalas sapaanku. Aku kemudian berkata: ‘Wahai Abu Qatada, aku memohon kepadamu demi Allah, tidakkah engkau tahu bahwa aku mengasihi Allah dan utusannya?’ Dia tetap diam. Aku memohon kepadanya tiga kali. Dia kemudian berkata: ‘Allah dan utusannya tahu lebih baik!’ Kemudian air mata mengalir dari mataku. Aku kembali melompati tembok dan pergi ke bazar.

Pada saat saya berlalu dari sana, seorang Nabatean dari Suriah bertanya tentang aku, seseorang yang menjual barang-barang makanan di Medinah. Dia bertanya: ‘Siapa yang akan membawaku kepada Ka’b ibn Malik?’ Orang-orang menunjuk kepadaku dan dia mendatangiku. Dia memberikan kepadaku sepucuk surat yang tertutup di dalam penutup sutra dari Pangeran Ghassan*. Surat itu berisi hal berikut: 'Jadi kami telah mendengar tuanmu menyinggung perasaanmu. Tapi Allah tidak akan meninggalkanmu untuk dicemooh atau dirusak. Datanglah kepada kami; kami bersamamu.'

* Suku Ghassan memerintah satu dari wilayah Arab yang di-Kristenkan di bagian Barat laut Jazirah Arabia. Mereka mulai menyadari bahaya yang diwakili oleh Islam yang diperkuat dan berusaha membujuk Muslim yang telah didisiplinkan Muhammad untuk datang ke pihak mereka.

Ketika aku membaca surat ini, aku berpikir: ‘Ini adalah sebuah penderitaan baru. Hal ini sudah pergi begitu jauh sehingga seorang yang tidak percaya ingin memenangkan saya kepadanya.’ Aku membawa surat itu ke tungku dan melemparnya ke dalam. Dengan cara seperti ini empat puluh dari lima puluh hari berlalu. Lalu datanglah seorang utusan dari Muhammad kepadaku dan berkata: ‘Utusan Allah memerintahkan engkau untuk memisahkan diri dengan istrimu.’ Aku bertanya: ‘Apakah aku harus menceraikan dia atau apa yang Muhammad katakan?’ Dia menjawab: ‘Tidak, hanya pisahkanlah dirimu darinya dan jangan menyentuh dia!’ Kedua pendampingku menerima pesan yang sama. Aku berkata kepada istriku: ‘Pergilah kepada keluargamu dan tinggallah bersama mereka sampai Allah memutuskan kehendaknya di dalam masalah ini.’ Istri dari Hilal ibn Umaiyya pergi kepada Muhammad dan berkata: ‘Wahai utusan Allah, Hilal adalah orang tua yang ditinggalkan, tanpa pembantu. Tidakkah aku boleh melayani dia?’ Muhammad menjawab: ‘Lakukanlah, tetapi jangan pergi ke dekat-dekat dia! Aku kemudian berkata: ‘Wahai utusan Allah, dia tidak memiliki keinginan untukku. Demi Allah, sejak dia menyadari apa yang telah diketahui, dia tidak berhenti menangis, yang mana aku bermasalah dengan penglihatannya.’ Kemudian seorang dari keluargaku berkata kepadaku: ‘Mengapa engkau tidak meminta istrimu kepada Muhammad juga, karena ia mengijinkan istri Hilal untuk melayani suaminya?’ Aku menjawab: ‘Aku tidak akan melakukannya, karena aku adalah seorang pria yang lebih muda aku tidak tahu apa yang akan menjadi jawabannya.’ Lalu sepuluh hari lagi berlalu. Sudah lima puluh hari sejak Muhammad melarang siapapun untuk berbicara kepada kami.

Pada pagi hari kelima puluh, aku melaksanakan Shalat Pagi di teras dari salah satu dari rumah kami dengan kondisi yang dijelaskan oleh Allah mengenai kami: ‘… bumi menjadi sempit (bagi kami), terlepas dari semua napasnya, dan hidupku menjadi sebuah beban bagiku …’ (Surah at-Tawbah 9:119, juga lihat ayat 25). Ketika aku pada waktu itu ada di dalam tenda yang aku bangun bagi diriku di ketinggian di Sala, aku mendengar sebuah suara dari atas berteriak kepadaku dengan kekuatan penuh: ‘Terimalah kabar baik, Ka’b ibn Malik!’ Aku terjatuh untuk berdoa dan menyadari bahwa aku telah diampuni. Sebagaimana Muhammad melaksanakan shalat Pagi, dia telah mengumumkan kepada orang-orang bahwa Allah telah mengampuni kami. Orang-orang keluar untuk memberitahukan kami. Beberapa pergi kepada kedua pendampingku. Seorang pria memacu kudanya untuk mendatangiku, tetapi seorang pria dari Aslam berlari menaiki gunung dan suaranya sampai kepadaku sebelum sang pengendara tiba.

Ketika pria tersebut yang suaranya aku dengan datang kepadaku dan membawakan berita sukacita tersebut, aku melepaskan kedua pakaianku dan memberikannya kepada dia sebagai upah seorang utusan, meskipun aku, demi Allah, tidak memiliki pakaian lain dan harus memakai pakaian yang aku pinjam. Aku lalu pergi dan mendatangi Muhammad dan orang-orang mendatangi aku dan menyatakan kepadaku rahmat Allah, dengan mereka berkata: ‘Kiranya pengampunan Allah membawakan engkau keberuntungan yang baik!’ Aku akhirnya tiba di masjid di mana Muhammad duduk dikelilingi oleh orang-orang. Talha ibn ‘Ubaid Allah berdiri, menyambut dan menyelamati aku. Selain dari dia tidak ada Emigran lain yang berdiri di hadapanku. Ketika aku menyapa Muhammad, dia berkata kepadaku dengan wajah bergembira yang berseri-seri: ‘Bergembiralah pada hari terbaik yang engkau pernah alami sejak engkau lahir!’ Aku berkata: ‘Apakah hal ini datang darimu atau dari Allah?’ Dia menjawab: ‘Dari Allah!’ (Karena setiap kali dia mengumumkan kabar baik, dia memiliki wajah seperti bulan yang bersinar. Kami sering memperhatikan keanehan ini dengan dia.) Ketika aku duduk di hadapannya, aku berkata: ‘Wahai utusan Allah, selain perbuatan tobatku yang lain, aku akan mempersembahkan semua hartaku kepada Allah dan utusannya!’ Muhammad menanggapi: ‘Simpanlah satu bagian darinya, itu lebih baik bagimu!’ Aku berkata: 'Maka aku akan menyimpan porsiku yang dari Khaybar.’ Aku kemudian berkata: ‘Allah telah menyelamatkanku melalui ketulusanku. Sebagai pertobatan mulai sekarang aku, selama aku hidup, hanya akan membicarakan kebenaran.’ Demi Allah, sejak aku mengatakan hal ini kepada Muhammad, aku telah menemukan bahwa tidak ada orang lain yang Allah berikan ujian lebih di dalam menyatakan kebenaran daripada aku. Demi Allah, sampai hari ini aku tidak pernah secara sengaja mengatakan sebuah kebohongan dan berharap bahwa Allah, sampai akhir hari-hariku, menjagaku dari hal itu.”*

* Berbicara kebenaran tidaklah terbukti dengan sendirinya di dalam Islam, melainkan pengecualian. “Roh Kebenaran” tidak berdiam di dalam Al-Quran atau Muslim, sebagaimana Yesus janjikan kepada pengikut-pengikutnya (Yohanes 14:16-17, 15:26 dan 16:13).

Mengenai hal ini Allah menyatakan: “117 Allah telah memberi pertobatan kepada sang nabi, para Emigran dan para Penolong, yang mengikutinya pada masa percobaan, setelah hati dari sebagian dari mereka hampir berpaling dari jalan yang benar. Dia lalu memberi pertobatan kepada mereka, juga. Dia lembut dan maha penyayang terhadap mereka, 118 juga kepada ketiga pria yang ditinggalkan, …” sampai kepada kata-katanya: “119 … Jadilah mereka yang penuh kebenaran!” (Surah at-Tawbah 9:117-119). Ka’b melanjutkan berkata: “Karena Ia memimpinku kepada Islam, Allah tidak memberiku bantuan yang lebih besar dari hari dia membiarkan aku mengatakan kebenaran kepada Muhammad. Melalui kebohongan aku akan lenyap seperti yang lainnya yang berbohong kepada dia, tentang siapa Allah menurunkan hal terburuk yang pernah dikatakan tentang siapa pun, dengan mengatakan: “95 ‘Mereka akan bersumpah kepadamu demi Allah, ketika engkau berbalik kepada mereka, supaya engkau dapat berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena mereka adalah kekejian, dan tempat perlindungan mereka adalah Neraka – sebagai bayaran atas apa yang telah mereka kumpulkan. 96 Mereka akan bersumpah kepadamu, bahwa engkau akan sangat senang terhadap mereka. Tetapi jika engkau juga sangat senang terhadap mereka, maka Allah tentu saja tidak akan senang terhadap mereka, yang mengerikan.’” (Surah at-Tawbah 9:95-96. Ka’b lebih lanjut berkata, “Kami bertiga telah tertinggal di belakang mereka, yang permintaan maafnya Muhammad terima setelah mereka telah bersumpah kepada dia, dan untuk mereka dia telah memohon pengampunan Allah. Oleh sebab itu dia juga menunda permasalah itu dengan kami, sampai Allah menyatakan dirinya mengenai masalah itu. Kata-kata dari Allah ‘dan ketiganya yang tertinggal’ (Surah at-Tawbah 9:118), berhubungan dengan masalah ini, yang mana mereka yang tertinggal dalam kampanye militer tidak dimaksudkan dengan sengaja, tetapi melainkan tetap berada di belakang mereka yang melalui sumpah mereka menerima grasi dari Muhammad, sementara keputusan mengenai ketiganya masih tertunda.”*

* Pendisiplinan yang dilakukan Muhammad kepada komunitasnya membuat sebuah impresi yang mendalam pada pengikut-pengikutnya yang setia. Namun, tujuan dari disiplin ini bukanlah pertumbuhan di dalam iman dan kasih, tetapi terlebih melayani tujuan akan partisipasi di dalam Perang Suci. Tujuan dari pelatihan Islami bukanlah hidup yang lebih suci atau pelayanan kepada orang-orang percaya lain, tetapi lebih kepada sebuah pertempuran sampai pada kematian.

10.02.10 -- Konversi dari Suku Thaqif* (Desember 630 M)

Di bulan Ramadan (bulan ke sembilan) dari tahun ke sembilan mengikuti hijrah, Muhammad kembali dari Tabuk ke Medinah. Di bulan yang sama datanglah perwakilan dari suku Thaqif kepada Muhammad. Ketika Muhammad pergi tanpa mereka, ‘Urwa ibn Ma’sud dari suku Thaqif mengikut dia. Dia menyusul Muhammad sebelum tiba di Medinah dan mengakui Islam. Dia kemudian bertanya kepada Muhammad jika dia dapat kembali kepada rakyatnya sendiri dan memproklamirkan Islam kepada mereka. Muhammad menanggapi: “Mereka akan membunuhmu!” Muhammad tahu bahwa mereka telah menunjukkan determinasi hebat di dalam penolakan mereka akan Islam. Tetapi ‘Urwa berpikir: “Wahai utusan Allah! Aku lebih berharga bagi mereka daripada putra-putra yang pertama lahir bagi mereka!” Di dalam kebenaran dia dikasihi dan rakyatnya mendengarkan dia. Jadi dia kembali untuk memanggil rakyatnya kepada Islam dan berharap, karena posisinya, bahwa ia tidak akan bertemu dengan oposisi.

* Suku Thaqif tinggal di wilayah sekitar 100 km timur dari Mekah dan sekitar 340 km selatan dari Medinah. Pusatnya ada di Ta’if, yang Muhammad telah dengan sia-sia mencoba untuk merebutnya di bulan Februari 630 M.

Ketika ia memanjat sebuah pondok untuk memanggil mereka kepada Islam, olehnya mengungkapkan imannya kepada mereka, mereka menembakkan panah-panah kepadanya dari segala sisi. Satu panah mengenai dan membunuhnya. Ketika pria yang sedang sekarat itu ditanya: “Bagaimana engkau sekarang memandang darahmu yang tercurah?” Dia menjawab: “Aku melihatnya sebagai kebaikan Allah dan sebagai kesyahidan, yang ia telah berikan kepadaku. Aku melihat diriku sebagai salah satu dari para syahid yang terbunuh di sisi Muhammad sebelum ia keluar. Oleh sebab itu kuburlah aku di samping mereka.” Dan itu adalah yang terjadi. Dikatakan bahwa Muhammad mengatakan mengenai ‘Urwa, bahwa di antara rakyatnya ia memiliki kedudukan yang sama dengan Yasin.*

* Karena kematian ‘Urwa, para Muslim dipaksa untuk membalas dendam darah. Dari saat itu suku Thaqif adalah penjahat dan terus menerus di dalam bahaya kehilangan nyawa mereka selama perjalanan mereka.

Suku Thaqif bersikeras di dalam permusuhan mereka selama beberapa bulan setelah pembunuhan ‘Urwa. Mereka mendiskusikan di antara mereka dan mengakui bahwa mereka tidak cukup kuat untuk memerangi bangsa Arab di sekitar mereka yang telah membayar upeti kepada Muhammad dan menerima Islam. Lalu mereka berkonsultasi di antara mereka sendiri. Yang seorang berkata kepada yang lain: “Tidakkah kalian lihat bahwa tidak seorangpun dari kita yang masih aman? Tidak ada yang dapat meninggalkan kota tanpa diganggu. Setelah pertimbangan yang mendalam mereka bertekad untuk mengirimkan seorang utusan kepada Muhammad, sebagaimana mereka telah mengirim ‘Urwa sebelumnya. Mereka bicara dengan Abd Yaalil, yang usianya sama dengan ‘Urwa, dan menyarankan dia menjadi sang utusan. Namun Abd Yaalil, menolak, karena ia takut apa yang terjadi pada ‘Urwa akan terjadi pada dirinya. Dia merespon: “Aku tidak akan melakukannya kecuali kalian mengirim pria lain bersamaku.” Akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim tiga orang suku Thaqif dan dua sekutu bersamanya. Abd Yaalil, pemimpin dan penguasa dari delegasi itu, bepergian bersama mereka. Dia membawa yang lainnya bersama karena takut apa yang terjadi pada ‘Urwa akan terjadi padanya. Dia berharap bahwa, mengikuti kepulangan mereka, setiap mereka akan meyakinkan anggota dari sukunya.

Ketika mereka turun dekat Qanat, di daerah sekitar Medinah, mereka berjumpa dengan Mughira ibn Shu’ba. Saat itu adalah gilirannya untuk membawa unta-unta Sahabat Muhammad ke padang rumput, karena itu adalah praktek yang dilakukan oleh para Sahabat untuk bergiliran di dalam pelayanan ini. Ketika ia melihat sang Thaqif, dia meninggalkan kawanan unta tersebut kepada mereka dan berlari secepatnya untuk menginformasikannya kepada Muhammad. Sebelum ia sampai kepada Muhammad, ia bertemu Abu Bakr dan memberitahunya tentang sang Thaqif yang telah datang untuk menyembah Muhammad dan menerima Islam dengan syarat bahwa dia menerbitkan kontrak keamanan bagi rakyat mereka, tanah mereka dan harta milik mereka kepada mereka. Abu Bakr berkata kepada Mughira: “Aku memohon kepadamu, demi Allah, jangan pergi kepada Muhammad sebelum aku, supaya aku dapat memberitahukan hal ini kepadanya sendiri.” Mughira mematuhi dan Abu Bakr memberitahu Muhammad tentang ketibaan suku Thaqif. Mughira kemudian menemani delegasi tersebut ke teman-temannya, membiarkan unta-unta beristirahat dengan mereka, dan memberi petunjuk kepada mereka tentang bagaimana mereka seharusnya menyapa Muhammad. Namun mereka tetap persisten dengan sapaan kafir mereka.

Ketika mereka datang kepada Muhammad, ia mengijinkan mereka untuk mendirikan sebuah tenta di samping mesjidnya. Khalid ibn Sa’id adalah penengah di antara suku Thaqif dan Muhammad, sampai akhirnya kontraknya telah dibuat, yang ditulis sendiri oleh Khalid. Suku Thaqif tidak memakan makanan yang dikirim oleh Muhammad kepada mereka. Hanya setelah Khalid telah mencobanya dan hanya setelah mereka mengakui Islam barulah mereka memakannya.

Mereka telah meminta Muhammad untuk mengijinkan mereka untuk tetap menyimpan berhala mereka Lat untuk tiga tahun lagi. Ketika Muhammad menolak mereka meminta dia untuk dua tahun, lalu untuk satu tahun dan akhirnya untuk satu bulan. Namun Muhammad tidak ingin memberikan kepada mereka perpanjangan dalam bentuk apapun. Delegasi tersebut mengatakan tujuan satu-satunya untuk perpanjangan itu adalah untuk melindungi mereka dari orang-orang bodoh dari suku mereka, istri-istri dan anak-anak mereka. Tidak dapat disepakati oleh mereka untuk menjatuhkan ketakutan kepada rakyat mereka dengan penghancuran berhala itu sebelum Islam bahkan masuk ke antara mereka. Namun Muhammad tetap bersikeras akan hal itu. Abu Sufyan dan Mughira ibn Shu’ba ditugaskan untuk menghancurkan Lat. Berhubungan dengan permintaan untuk menjaga berhala mereka adalah permintaan yang lain, yaitu untuk terhindari dari doa dan bahwa mereka tidak dipaksa untuk menghancurkan berhala tersebut dengan tangan mereka sendiri. Tentang hal ini Muhammad menanggapi: “Mengenai penghancuran berhala dengan tanganmu sendiri, kami akan membebaskan kalian dari hal itu. Namun, kami tidak akan membebaskan kalian dari doa, karena tidak ada hal baik di dalam sebuah agama yang tidak memiliki doa.” Akhirnya mereka berkata kepada Mu-hammad: “Kami setuju dengan segalanya, bahkan ketika itu adalah sebuah penghinaan untuk kami.” Ketika mereka berkonversi dan kontrak telah ditandatangani, Muhammad menunjuk Uthman ibn Abi al-‘As untuk menjadi atasan mereka. Meskipun dia adalah salah seorang yang paling muda di delegasi itu, dia adalah salah seorang yang paling bersemangat di dalam mempelajari Islam dan mempelajari Al-Quran.

10.02.11 -- Penghancuran Berhala di Ta’if

Ketika suku Thaqif kembali ke rumah, Muhammad mengirim Abu Sufyan dan Mughira dengan mereka. Mereka bertugas menghancurkan berhala. Ketika mereka datang ke Ta’if, Mughira ingin mengirim Abu Sufyan lebih dahulu. Tetapi ia berkata: “Engkau pergilah dahulu kepada rakyatmu.” Dia sendiri tetap tinggal di propertinya di Dhu al-Hadm. Ketika Mughira datang ke dalam kota, dia menjatuhkan berhalanya dan menghancurkannya dengan menggunakan kapak. Pria-pria sesukunya, Bani Mu’attib, berdiri di sekitar dia, karena mereka takut dia akan terkena panah atau terluka seperti ‘Ur-wa. Para wanita suku Thaqif menangis dan berteriak:

O biarlah sungai-sungai airmata mengalir!
Para pecundang telah menyerahkan Lat;
Mereka telah bertempur dengan payahnya.

Ketika Mughira sedang memotong kecil-kecil berhala-berhala dengan kapak, Abu Sufyan berteriak: “Celakalah engkau! Engkau pantas mendapatkan ini!” Ketika Mughira telah selesai memotong kecil-kecil berhala-berhala itu, dia menyerahkan harta benda dan dekorasi-dekorasi mereka kepada Abu Sufyan. Dekorasi tersebut ditaruh bersama dengan potongan-potongan yang berbeda; terdiri dari emas dan batu-batu berharga.

Bahkan sebelum delegasi itu pergi kepada Muhammad – segera setelah pembunuhan ‘Urwa – Abu Mulaih ibn ‘Urwa dan Qarib ibn al-Aswad telah berhasil mencapai Muhammad dan memutuskan hubungan dengan suku Thaqif, yang dengannya mereka tidak ingin ada kontak lebih lanjut. Mereka lalu masuk Islam. Muhammad berkata kepada mereka: “Ambillah untuk Tuhanmu siapapun yang engkau inginkan!” Mereka menjawab: “Kami akan mengambil Allah dan utusannya sebagai Tuhan kami.” Muhammad menambahkan: “Dan Abu Sufyan, paman dari sisi ibumu.” Mereka berkata: “Dan Abu Sufyan, paman dari sisi ibu kami.”

Setelah konversi dari suku Thaqif – Muhammad mengirim Abu Sufyan dan Mughira ke Ta’if untuk menghancurkan berhala-berhala – Abu Mulaih meminta kepada Muhammad untuk me-nyelesaikan hutang di mana ayahnya ‘Urwa yang telah dikeluarkan dari harta dari berhala tersebut. Muhammad setuju. Qarib kemudian berkata: “Selesaikan juga hutang dari ayahku Aswad!” (Al-Aswad adalah saudara dari Urwa dari pihak ayah dan ibunya). Muhammad menanggapi: “Al-Aswad mati sebagai seorang penyembah berhala!” Qarib menanggapi: “Tetapi hal ini berhubungan dengan seorang Muslim yang berelasi dengan aku.” Muhammad kemudian memerintahkan Abu Sufyan untuk menyelesaikan hutang dari keduanya dari harta yang terdapat di dalam berhala-berhala itu. Ketika Mughira telah mengumpulkan harta tersebut, dia mengingatkan Abu Sufyan perintah Muhammad, di mana Abu Sufyan lalu membayar hutang tersebut.

Tulisan Muhammad kepada suku Thaqif menyatakan: “Di dalam nama Allah, yang pengasih, yang penyayang. Dari Muhammad, sang nabi, utusan Allah, kepada orang-orang percaya: Hutan-hutan Wajj dan hak untuk berburu di dalamnya tidak akan dilanggar. Namun, jika ada orang yang melakukan hal ini maka dia akan ditelanjangi dan dicambuk. Siapapun yang mengulangi pelanggaran ini akan ditangkap dan dibawa ke hadapan nabi Muhammad. Ini adalah hal yang memprihatinkan Muhammad, sang nabi dan utusan Allah. Khalid ibn Sa’id menulis ini atas perintah Muhammad ibn Abd Allah. Jangan ada orang yang melawannya di dalam hal apa yang Muhammad, utusan Allah, perintahkan kepadanya. Jika tidak, dia akan melanggar jiwanya sendiri.”

10.02.12 -- Keempat Bulan Suci (Januari sampai April 631 M)

Muhammad tinggal di sisa bagian dari bulan Ramadhan (bulan ke sembilan) dan bulan Syawal (bulan ke sepuluh) dan bulan Zulkaidah (bulan ke sebelas) di Medinah. Dia lalu menunjuk Abu Bakr untuk memimpin para peziarah. Dia ingin melakukan ziarah dengan orang-orang percaya pada tahun ke sembilan setelah Hijrah. Tetapi orang-orang tidak percaya juga melaksanakan ziarah ke kemah-kemah mereka yang berbeda. Setelah Abu Bakr telah berangkat, Surah al-Baraa’a (nama lain dari Surah ke sembilan, at-Tawbah) diwahyukan dan persetujuan antara Muhammad dan orang-orang tidak percaya ditarik, yang menurut perjanjian itu tidak ada peziarah yang akan dilarang ke masjid dan tidak ada seorangpun yang perlu takut akan apapun selama bulan suci tersebut. Kontrak ini adalah perjanjian umum antara Muhammad dengan para politeis.* Lebih lanjut lagi terdapat persetujuan khusus antara Muhammad dengan suku-suku secara individual, yang telah dibuatkan kontrak untuk jangka waktu tertentu, seperti dengan orang-orang munafik yang tidak ikut serta dalam kampanye militer di Tabuk.

* Awalnya di Medinah Muhammad telah menoleransi orang-orang munafik yang tidak percaya dan suku-suku Badui non-Muslim yang kuat. Begitu ia memiliki cukup kekuatan, dia menjadi intoleran, bersifat diktator dan menuntut ketertundukan yang tanpa syarat.

Sebuah wahyu mengenai kata-kata mereka muncul, satu yang di dalamnya Allah mewahyukan pemikiran-pemikiran yang paling dalam dari mereka yang ingin menampilkan sesuatu yang bukan diri mereka. Beberapa dari mereka disebutkan berdasarkan nama. Di sana dikatakan: “1 Sebuah pembebasan, dari Allah, dan utusannya, kepada para penyembah berhala yang dengan mereka engkau membuat perjanjian. 2 ‘Bepergianlah dengan bebas di tanah selama empat bulan; dan engkau tidak dapat menggagalkan kehendak Allah, dan bahwa Allah merendahkan orang-orang kafir.’” (Surah at-Tawbah 9:1-2)*

* Ayat ini adalah dasar yang paling penting di dalam Al-Quran untuk membatalkan kontrak yang ada dengan orang-orang tidak percaya.
Yesus tidak merubah janji-janji dan peringatan-peringatan-Nya dan Dia juga tidak membatalkan Perjanjian-Nya atau ancaman-Nya akan penghakiman. Dia tidak pernah mencoba untuk menundukkan orang-orang, keluarga-keluarga atau suku-suku dengan pedang untuk membuat mereka mengikuti Dia. Dia memperoleh pengikut-pengikut-Nya melalui kata-kata-Nya. Kata ini dari Anak Allah adalah dasar yang abadi dari Perjanjian Baru, sehingga Dia dapat mengatakan: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Matius 24:35). Yesus adalah kebenaran di dalam satu pribadi (Yohanes 14:6).

Pesan lebih lanjut dari Allah dan utusannya kepada rakyat pada hari ziarah besar tersebut adalah bahwa Allah dan utusannya tidak lagi memiliki kewajiban kepada para animis: “3 … dan jika engkau bertobat, akan lebih baik bagimu, tetapi jika engkau berbalik, ketahuilah bahwa engkau tidak dapat merintangi Allah. Dan mengumumkan penyiksaan yang menyakitkan bagi mereka yang kafir! 4 Dikecualikan adalah para penyembah berhala yang dengan mereka engkau membuat perjanjian, dan mereka yang tidak mengecewakanmu dalam hal apapun, juga tidak memberikan bantuan kepada siapapun melawanmu. Dengan mereka engkau harus memenuhi perjanjianmu sampai waktu yang ditentukan telah berlalu. Allah mengasihi mereka yang saleh. telah berlalu. Allah mengasihi mereka yang saleh. 5 Dan ketika (empat) bulan-bulan suci itu telah berakhir, maka bunuhlah para penyembah berhala itu di manapun engkau menemui mereka. Ambilah mereka dan kepunglah mereka, dan berbaringlah dalam penyergapan untuk mereka di manapun.* Tetapi jika mereka bertobat, dan melaksanakan shalat, dan membayar zakat, maka biarlah mereka bebas. Allah maha pengampun dan maha penyayang. 6 Dan jika ada dari para penyembah berhala mencari perlindungan padamu, maka berilah kepadanya perlindungan sampai ia mendengar firman Allah. Kemudian tetapkan tempat perlindungan baginya. Ini adalah demikian karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.” (Surah at-Tawbah 9:3-6)

* Pembunuhan kaum animis, musuh-musuh dari Muhammad dan mereka yang telah keluar dari Islam, dianggap oleh Muslim sebagai perintah dari Allah. Siapapun yang melaksanakan perintah ini adalah bersalah dalam menolak untuk mematuhi perintah Allah dan sendirinya juga akan dihukum.
Hal ini bertentangan dengan Yesus! Dia mengajarkan kita untuk mengasihi musuh-musuh kita. Siapapun yang tidak mematuhi firman-Nya memisahkan dirinya dari kasih Allah (Matius 5:43-48).

7 Bagaimana seharusnya para penyembah berhala memiliki sebuah perjanjian dengan Allah dan utusannya, kecuali mereka, yang dengannya engkau membuat perjanjian di Mesjid Suci? Selama mereka berperilaku dengan benar terhadap engkau, berperilakulah dengan benar terhadap mereka juga. Allah sesungguhnya mengasihi mereka yang saleh. 8 Bagaimana (bisa ada perjanjian yang sedemikian), jika mereka tidak mematuhi hubungan atau perjanjian, ketika mereka menjadi lebih berkuasa daripadamu. Mereka memuaskanmu dengan mulut mereka, tetapi hati mereka menolak (untuk tunduk) dan kebanyakan dari mereka adalah pembuat kejahatan. 9 Mereka telah membeli dengan ayat-ayat Allah (hal-hal yang) bernilai kecil, sehingga menahan orang lain dari jalan-Nya. Sesungguhnya, apa yang mereka lakukan menjadi jahat. 10 Mereka tidak menganggap hubungan maupun perjanjian. Mereka adalah yang berlaku dengan permusuhan. 11 Namun jika mereka bertobat, melaksanakan shalat dan memberikan zakat, maka mereka adalah saudara-saudaramu dalam agama. Dan kami membuat ayat-ayat ini berbeda bagi mereka yang tahu” (Surah at-Tawbah 9:7-11).

Sejak Surah al-Baraa’a diwahyukan kepada Muhammad setelah ia telah mengirim Abu Bakr sebagai pemimpin dari para peziarah, dia ditanya: “Wahai utusan Allah, tidakkah engkau akan mengirim wahyu ini kepada Abu Bakr?” Dia menjawab: “Hanya seseorang dari keluargaku dapat mewakili aku!” Dia lalu memanggil Ali dan berkata kepadanya: “Pergi keluar dengan wahyu tersebut, sebagaimana ia tertulis di awal Surah Baraa’a*, dan buatlah ia diketahui pada hari pengorbanan, pada saat orang-orang berhimpun di Mina (dekat Mekah), bahwa tidak ada orang kafir akan datang ke firdaus, tidak ada penyembah berhala boleh diijinkan untuk berziarah setelah tahun ini, dan bahwa tidak satupun dari mereka boleh mengitari Kabah lagi. Terlebih lagi, kontrak yang dibuat dengan Muhammad akan dianggap berlaku hanya sampai habis masa berlakunya.”

* “Baraa’a” adalah nama lain dari Surah ke sembilan, hari ini biasanya dienal sebagai Surah at-Tawbah.

Ali lalu pergi dengan unta Muhammad bernama ‘Adhba (dia yang manis) kepada Abu Bakr. Ketika Abu Bakr melihat dia, dia bertanya: “Apakah engkau datang sebagai seorang emir atau dengan sebuah penugasan khusus?” Ali menjawab: “Dengan sbuah pengutusan khusus.” Mereka lalu meneruskan bersama. Abu Bakr memimpin para peziarah, sementara suku Badui sisanya berkemah sekali lagi tahun itu seolah mereka berada di dalam masa jahiliyah. Pada hari pengorbanan Ali berdiri dan membuat diketahui akan penugasannya dari Muhammad. Dia berkata: “Wahai orang-orang! Tidak ada kafir akan masuk ke dalam firdaus. Setelah tahun ini tidak akan lagi diijinkan bagi para penyembah berhala untuk berziarah ke Mekah. tidak ada yang boleh mengitar Kabah dengan telanjang. Hanya sebuah kontrak yang telah dibuat dengan Muhammad akan tetap berlaku sampai dengan masa kedaluwarsanya.” Dia kemudian memberikan waktu empat bulan kepada para kafir sebagai tenggat waktu, supaya setiap mereka dapat kembali ke sebuah tempat yang aman di tanah air mereka sendiri. Hanya kontrak atau perjanjian perlindungan yang akan berlanjut seperti yang telah disepakati dengan Muhammad untuk waktu tertentu. Setelah pemberitahuan ini Ali dan Abu Bakr kembali kepada Muhammad.*

* Pembatalan kontrak menandakan sebuah deklarasi perang melawan seluru penghuni-penghuni non-Islam dan penguasa dari Jazirah Arabia. Muhammad ingin tidak hanya untuk membawa sebuah agama baru, tetapi berkeinginan juga untuk membentengi dan memperluas negara agamanya – dengan kekerasan jika diperlukan.
Namun Yesus dan rasul-rasul-Nya, tidak pernah mencoba sesuatu yang seperti ini.
Pada kenyataannya Yesus mengakui di hadapan Piltus bahwa Dia adalah seorang “raja”, tetapi Dia menjelaskan bahwa kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini. Dia tidak menuntut pajak dan tidak mengeluarkan panggilan untuk dipersenjatai, tetapi memanggil untuk kerendahhatian, kelembutan hati, kesederhanaan dan kasih di dalam Roh Kudus.

Ini adalah pemisahan dari para penyembah berhala, yang memiliki kontrak umum, dan dari mereka yang memegang kontrak khusus, berlaku untuk waktu tertentu. Allah kemudian memerintahkan utusannya untuk memerangi para penyembah berhala juga, yang pada kenyataannya memiliki sebuah kontrak khusus, tetapi telah melanggarnya. Semua yang tidak memiliki kontrak adalah tanpa perlindungan setelah empat bulan tersebut. Tetapi jika seseorang melakukan aksi kekerasan, dia harus dibunuh. Dikatakan: “Apakah engkau tidak akan melawan orang-orang yang melanggar sumpah mereka dan bertujuan untuk mengusir pembawa pesan, dan siapa yang mulai melawanmu? Apakah engkau takut kepada mereka? Allah memiliki lebih banyak hak untuk ditakuti, jika engkau adalah orang percaya. 14 Lawanlah mereka; Allah akan menyiksa mereka dengan tanganmu dan menurunkan derajat mereka, dan menolong engkau menang atas mereka, dan akan menyembuhkan dada-dada dari orang yang percaya 15 dan dia akan membiarkan kemarahan dari hati-hati mereka untuk pergi; dan Allah akan memberikan pertobatan kepada mereka yang ia kehendaki; dan Allah maha tahu dan bijaksana. 16 Atau apakah engkau berpikir bahwa engkau akan ditinggalkan sendirian, dengan Allah tidak mengetahui kalian yang berjuang (di dalam peperangan) dan (kalian) yang tidak berasosiasi dengan siapapun, kecuali dengan Allah dan utusannya dan orang-orang percaya? Dan Allah memiliki pengetahuan akan apa yang engkau lakukan.”* (Surah at-Tawbah 9:12-16)

* Balas dendam dan kebencian seringkali adalah kekuatan pendorong di dalam hati para Muslim. Mereka tidak mengetahui adanya perintah untuk rekonsiliasi tak bersyarat, pengampunan dan mengasihi para musuh – sebagaimana diajarkan di dalam Injil.

28 … para penyembah berhala sesungguhnya adalah najis; jadi jangan biarkan mereka datang mendekati Mesjid Suci (dengan Kabah) setelah ini, tahun mereka. Jika engkau takut kemiskinan, Allah tentunya akan memberikan kekayaan kepadamu dari kebaikannya yang melimpah, jika ia mau. Sesungguhnya, Dia maha tahu dan bijaksana. 29 Perangilah (dengan senjata) mereka yang tidak percaya kepada Allah maupun Hari Akhir dan (melawan mereka yang) tidak menyatakan terlarang apa yang Allah dan utusannya dengan penghakiman yang benar, bagi mereka yang Kitab itu (dari Alkitab) telah dibawa (dalam pewahyuan), sampai mereka membayar (sebagai minoritas) jizyah (diakui) mereka adalah kecil (dan tidak signifikan)” (Surah at-Tawbah 9:28-29).

(Dengan ayat yang penting ini di dalam Surah yang dinamakan “Pertobatan”, Muhammad memerintahkan semua Muslim untuk terlibat dalam sebuah perjuangan berdarah melawan Yahudi dan orang Kristen – bukan dalam sebuah usaha untuk membawa mereka merubah pikiran mereka – tetapi supaya mereka akan membayar jizyah yang diskriminatif sebagai subyek yang inferior dan dengan begitu membantu membiayai perang-perang keagamaan dari para Muslim.)*

* Dengan pewahyuan ini maka perang terhadap Yahudi dan orang Kristen diproklamirkan. Para Animis harus dibunuh dengan tanpa ampun jika mereka tidak menerima Islam. Namun Yahudi dan orang Kristen harus ditundukkan. Mereka harus menderita kondisi sebagaimana mereka yang telah direndahkan dan dibuat menjadi warganegara kelas dua, karena meskipun mereka memiliki kitab-kitab suci, mereka tidak menerima Islam.
Tetapi Yesus berkata: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Amanat agung Yesus tidak berisi panggilan untuk mempraktekkan kekerasan – tetapi hanya perintah untuk menginjili, membaptis dan mengajar melalui kehadirannya yang kekal (Matius 28:19-20).

Wahai engkau yang percaya, banyak rabi dan biarawan sesungguhnya mengkonsumsi harta milik dari rakyat di dalam kesia-siaan dan dilarang dari jalan Allah. Dan mereka yang mengumpulkan emas dan perak*, dan tidak mengeluarkannya di dalam jalan Allah – nyatakanlah kepada mereka siksaan yang menyakitkan” (Surah at-Tawbah 9:34).

Muhammad mengetahui sesuatu tentang kekayaan dari gereja-gereja dan biara-biara Ortodoks dan Katolik. Dia akan dengan sukacita menyita kekayaan ini untuk menolong membiayai perang-perangnya.

Wahai engkau yang percaya, banyak rabi dan biarawan sesungguhnya mengkonsumsi harta milik dari rakyat di dalam kesia-siaan dan dilarang dari jalan Allah. Dan mereka yang mengumpulkan emas dan perak*, dan tidak mengeluarkannya di dalam jalan Allah – nyatakanlah kepada mereka siksaan yang menyakitkan” (Surah at-Tawbah 9:34).

Muhammad mengetahui sesuatu tentang kekayaan dari gereja-gereja dan biara-biara Ortodoks dan Katolik. Dia akan dengan sukacita menyita kekayaan ini untuk menolong membiayai perang-perangnya.

Dengan Allah, jumlah bulan-bulan adalah dua belas bulan, di dalam kitab Allah (sejak) hari ia menciptakan surga dan bumi; ada empat yang suci. Itu adalah agama yang benar. Jadi janganlah saling menyalahkan selama …” (Su-rah at-Tawbah 9:36).

Zakat untuk orang miskin dan membutuhkan, dan mereka yang terlibat di dalam (mengumpulkan)nya, juga mereka yang hatinya menjadi terbiasa kepada Islam. Lebih lanjut lagi ia seharusnya digunakan untuk budak-budak, untuk orang-orang yang berhutang, untuk Perang Suci* dan bagi para penjelajah. Kewajiban ini adalah dari Allah. Dan Allah maha mengetahui, bijaksana” (Surah at-Tawbah 9:60).

* Zakat tidak untuk dimengerti sebagai sebuah pajak amal sosial saja, karena ia juga membantu untuk membiayai Perang Suci. Ia membantu membeli kebebasan para Muslim yang telah menjadi budak, atau untuk menebus para budak yang telah menjadi Muslim, juga sebagai sebuah pertolongan pemula untuk membantu petobat-petobat baru dan menghapuskan hutang para Muslim yang timbul terhadap musuh-musuh Islam, sehingga mereka tidak terus menerus bergantung kepada mereka. Jadi zakat tidak digunakan hanya untuk maksud sosial, tetapi juga membantu menyebarkan Islam.

Mereka yang mencela para sukarelawan di antara orang percaya mengenai pemberian zakat, dan mereka yang tidak menemukan apapun (di dalam aksi sosial ini) dibanding usaha mereka dan kemudian menghina mereka: Allah telah menghina mereka; dan mereka akan mendapatkan siksaan yang menyakitkan” (Surah at-Tawbah 9:79). Yang patuh adalah Abd al-Rahman in Auf dan Asim in Adi, seorang saudara dari Bani al-Ajlan. Muhammad telah mengeluarkan perintah penting untuk memberikan zakat. Abd al-Rahman kemudian membawa 4.000 dirham dan Asim 100 pikulan kurma. Kemudian mereka mengkritik keduanya dan berkata: “Kalian hanya berpura-pura saleh.” Satu-satunya yang bekerja keras untuk menghasilkan zakat adalah Abu Aqil, seorang saudara dari Bani ‘Unaif. Dia membawa se-Saa (ukuran tong) kurma. Mereka mencemooh dia karena hal ini dan berkata: “Allah tidak membutuhkan ukuran sedemikian dari Abu Aqil!”

Beberapa suku Badui hanya mengambil untuk diri mereka sendiri untuk menghabiskan (untuk zakat) di bawah keterpaksaan dan menantikan giliran keberuntungan melawanmu. Tetapi pergantian keberuntungan yang jahat akan melawan mereka. Allah maha mendengar dan maha mengetahui!” (Surah at-Tawbah 9:98)

Namun mengenai suku Badui yang jujur dan percaya, kami membaca: “Dan di antara suku Badui terdapat beberapa, yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir, dan ambillah itu, yang mereka berikan, sebagai sarana untuk mendekati Allah, dan doa-doa dari sang utusan. Tentunya hal ini bagi mereka adalah suatu cara untuk mendekati Allah …” (Su-rah at-Tawbah 9:99)

10.02.13 -- Puisi Hassan

Di puisi berikut, Hassan ibn Thabit menceritakan pertempuran-pertempuran di mana para Penolong gigih bersama Muhammad dan menyebutkan situs-situs di mana mereka berkemah. Yang lain mengatakan bahwa puisi ini adalah dari Abd al-Rahman.

Bukankah engkau adalah yang paling luar biasa dari Ma’d, / sendirian dan sebagai rekan seperjuangan? / Mungkinkah engkau dinilai bersama atau sendirian? / Mereka adalah orang-orang yang bertengkar dengan teguh dengan Rasul di Badar. / Tidak ada seorang yang melarikan diri atau murtad terdapat di antara mereka. / Mereka memberi penghormatan kepadanya, dan tidak ada seorangpun di antara mereka yang melanggar sumpahnya. / Iman mereka melampaui semua keraguan. / Mereka bersamanya pada hari ketika mereka berada di Lembah Uhud / pukulan keras menimpa mereka, membakar laksana panasnya api. / Juga pada Hari Dhu Qarad, ketika dia memanggil mereka untuk bertempur di atas kuda-kuda yang mulia. / Mereka tidak lemah dan pengecut. / Mereka menyerang Dhu al ‘Ushaira, pengendara-pengendara mereka dipersenjatai dengan ketopong dan tombak, / dan pada Hari Waddan mereka berkendara dengan kuda-kuda para penghuni sebelum / mereka, sampai tanah berbatu dan gunung-gunung memberikan kepada mereka sebuah tujuan. / Beberapa malam mereka mencari musuh-musuh mereka di jalan Allah, / dan Allah memberi penghargaan kepada mereka atas apa yang mereka lakukan. / Pada pertempuran Najd mereka juga keluar bersama sang Rasul menghadapi musuh, / dan mereka menemukan lagi jarahan-jarahan lainnya. / Juga pada Malam Hunain mereka bertempur di sisinya. / Di sana dia memimpin mereka sekali lagi ke tempat perang yang berair. / Pada pertempuran al-Qaa’ kita mencerai-beraikan para musuh, / seperti sebuah kawanan menyimpang dari lubang air/ / Pada hari Penghormatan mereka berjanji untuk bertempur bagi dia, / dan mereka berdiri bersama dia dan tidak gentar. / Pada penaklukkan Mekah mereka bergabung bersama tuan rumahnya. / Mereka tidak pemarah atau terburu-buru. / Pada hari Khaybar mereka berada di dalam pasukannya, / dan pergi seperti pahlawan, memandang rendah kematian, / mengacungkan pedang terhunus di tangan kanan mereka, / pedang-pedang yang cepat melengkung di dalam pertempuran tetapi segera menjadi lurus lagi. / Pada hari Rasul Allah keluar menghadapi Tabuk, / memperhitungkan penghargaan dari Tuhan, / mereka adalah pembawa-pembawa panji dan komandan-komandannya yang pertama pada saat perang tiba, / kapan pun terlintas dalam pikiran untuk maju ke depan atau ke belakang. / Orang-orang ini yang melindungi sang Nabi. / Mereka adalah bangsaku; aku adalah milik mereka. / Mereka secara mulai menawarkan hidup mereka dan tidak melanggar perjanjian. / Bilamana mereka terbunuh, mereka mati di jalan Allah.*
* Di dalam pujian akan pembantaian, 12 dari 38 kampanye militer mengutip bahwa Muhammad memerintahkan, dan yang mana dalam kebanyakan bagian, dia sendiri ikut berpartisipasi.
Mengenai Yesus, kita tidak membaca adanya perang, tetapi banyak mukjizat yang mana Dia menyembuhkan orang sakit, mengusir setan-setan dan menyelamatkan murid-murid-Nya dari badai dan kelaparan.

10.03 -- Delegasi Suku Badui Menghormati Muhammad (631 M)

10.03.1 -- Tahun Perutusan (631 M)

Setelah Muhammad telah menaklukkan Mekah dan telah kembali dari Tabuk dan setelah suku Thaqif telah berpindah keyakinan dan memberi penghormatan kepada dia, datanglah kepadanya perutusan-perutusan dari seluruh wilayah Arabia. Ini adalah di tahun ke sembilan setelah Hijrah, dan itulah alasannya mengapa disebut juga sebagai “Tahun Perutusan”. Suku Badui menantikan untuk melihat bagaimana pertempuran antara suku Quraisy dan Muhammad akan berakhir. Suku Quraisy adalah pemimpin-pemimpin yang menjadi teladan di Semenanjung Arabia, tuan-tuan dari Kabah suci, keturunan Ismael yang dibangkitkan, putra Abraham. Juga adalah suku Quraisy yang pertama kali bertentangan dengan Muhammad dan mendorong perang melawan dia. Tetapi setelah Mekah ditaklukkan dan suku Quraisy telah tundauk kepada Muhammad, suku Badui yang bertetanggaan mengetahui bahwa mereka tidak dapat memiliki kekuatan untuk dengan sukses memerangi Muhammad. Oleh sebab itu mereka mengakui iman mereka pada Allah. Seseorang membaca: “1 Ketika kemenangan Allah datang dengan penaklukkan yang sukses, 2 dan engkau menyaksikan pria-pria memasuki agama Allah dalam jumlah besar*, 3 maka pujilah dengan pujian akan Tuhanmu dan carilah pengampunannya. Sebenarnya dia telah sering menyebabkan pertobatan.” (Surah an-Nasr 110:1-3).

* Konversi massal kepada Islam kebanyakan bukan karena keyakinan dan iman, tetapi karena alasan oportunisme. Meskipun begitu, Muhammad memuji Allah karena penyebaran Islam di Jazirah Arabia. Untuk dia, Islam bukan hanya iman dan agama, tetapi di atas segalanya kekuasaan dan penaklukkan.
“Iman” di dalam Islam seringkali berhubungan dengan penaklukkan karena rasa takut. Iman yang demikian tidak ada hubungan dengan iman yang adalah hasil dari kasih dan kepercayaan, yang Yesus bawa.
Gabriel malaikat yang benar berkata kepada Yusuf: “Dia (Yesus) akan menyelamatkan umatnya dari dosa” (Matius 1:21), dan di dalam Lukas 24:46-47 Yesus menubuatkan: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa.

10.03.2 -- Kontes dari para Penyair

Bersama dengan delegasi suku Badui lainnya, datang juga dari suku Tamim Utarid ibn Hajib kepada Muhammad. Dia menemukan dirinya ditemani oleh orang-orang Tamim yang mulia seperti al-Aqra ibn Habis, Zibriqan ibn Badr dan Amr ibn al-Ahtam al-Habhab. Al-Hutatlah yang dikaitkan Muhammad dalam persahabatan persaudaraan dengan Mu'awiya ibn Sufyan.

Di antara sahabatnya Muhammad telah menjalin persaudaraan antara: Abu Bakar dengan Umar, Utsman ibn 'Af-fan dengan Abd al-Rahman ibn Auf, Talha ibn' Ubaid Allah dengan Zubair ibn al-Awwam, Abu Dzar al-Ghifari dengan Mi-qdad ibn Amr al-Bahrani , Mu'awiya dengan Hutat ibn Jazid al-Mujashi. Hutat wafat di bawah kekhalifahan Mu'awiya, dan Mu'awiya mengambil alih properti Hutat karena persaudaraan tersebut. Farazdaq (di antara lain) kemudian menujukan ayat berikut kepada Mu'awiya:

Wahai Mu'awiya, ayah dan pamanmu meninggalkan warisan. / Kerabat mereka harus menjadi orang yang memperoleh ini. / Mengapa engkau melahap jatah Hutat, / padahal yang tersisa dari bagian Harb / dipegang di tanganmu?

Ketika delegasi suku Tamim datang ke Kabah, mereka memanggil di belakang tempat tinggal Muhammad: “Keluarlah menemui kami, Muhammad!” Kegaduhan ini tidak menyenangkan Muhammad, namun ia tetap keluar menjumpai mereka. Mereka kemudian berkata: “Wahai Muhammad, kami telah datang untuk melibatkan engkau di dalam kompetisi puisi. Ijinkan penyair dan pembicara kami untuk bermadah:

Segala puji bagi Allah, yang diagungkan di atas kita. / Kepunyaan-Nya kehormatan di atas segalanya. / Dia telah membuat kita menjadi pangeran dan memberi kita harta benda yang besar, / yang dengannya kita harus berbuat baik. / Dia telah membuat kita menjadi yang terkuat dari semua / penghuni dari timur, / yang paling banyak dan paling dilengkapi. / Siapa yang seperti kami di antara suku bangsa? / Bukankah kita adalah pemimpin umat manusia, / yang paling disukai dari semuanya? / Siapapun yang berusaha untuk melawan ketenaran kami, / biarkan dia menambahkan apa yang bisa kami hitung. / Jika kami mau, kami bisa mengatakan lebih banyak lagi. / Kami hanya malu untuk berbicara banyak tentang apa yang dia berikan kepada kami. / Untuk ini kami juga dikenal. / Katakanlah ini agar engkau dapat menghasilkan hal yang sama seperti kami, / atau bahkan lebih baik.

Setelah ini dia duduk lagi dan Muhammad berkata kepada Thabit ibn Qays ibn al-Shammas:* “Bangkitlah dan lawanlah ucapan pria ini!”

* Thabit adalah seorang penyair Islam dari latar belakang Kristen, yang dapat dikenali dari elemen-elemen Alkitabiah di dalam puisinya.

Thabit berdiri dan berkata:

Kiranya Allah dipuji, yang menciptakan langit dan bumi, di mana ia menyelesaikan tujuan-tujuannya, yang kebijaksanaannya meliputi takhtanya, melalui kebaikannya saja semua hal ada. Di dalam kemahakuasaannya dia menjadikan kita pangeran-pangeran dan dari ciptaannya yang terbaik dia memilih seorang utusan, yang paling mulia dalam garis keturunannya, yang paling jujur di dalam pidatonya dan paling luar biasa di dalam kemuliaannya. Dia mengungkapkan Kitab Suci kepadanya dan mempercayakan kepadanya makhluk-makhluknya. Dia adalah yang dipilih dari antara semua makhluk. Dia memanggil orang-orang untuk percaya padanya. Kerabatnya dan para Emigran dari bangsanya percaya padanya, laki-laki dari generasi paling mulia, paling menarik dalam penampilan dan berkarakter terbaik. Kami adalah orang pertama yang meminjamkan telinga kepada Rasulullah, ketika dia berseru kepada Allah. Kami adalah Pembantu Allah dan wakil utusannya. Kami melawan orang-orang sampai mereka percaya kepada Allah. Siapapun percaya kepada Allah dan utusannya, menyelamatkan dirinya dan harta bendanya. Siapa yang menolak Allah kami akan memeranginya secara terus menerus dan dan tidak peduli akan kematiannya.* Ini adalah kata-kataku. Kiranya Allah mengampuniku dan semua pria dan wanita yang percaya! Damai besertamu!
* Fundamental pemikiran Islam ini bukan hanya pendapat pribadi dari sang penyair, melainkan merupakan bagian integral dari hukum Islam. Setiap orang Eropa, Asia, Afrika dan Amerika harus mengingat prinsip-prinsip Islam ini: “Kami memerangi orang-orang sampai mereka percaya kepada Allah. Siapapun yang percaya kepada Allah dan Rasulnya menyelamatkan baik dirinya maupun harta miliknya. Siapapun yang menolak Allah akan kami perangi secara terus menerus dan dan menganggap remeh kematiannya.

Zibriqan kemudian berdiri dan berbicara:

Kami adalah yang mulia! Tidak ada suku yang setara dengan kami. Dari antara kami datanglah para pangeran. Perdagangan berkembang melalui kami. Kami telah menundukkan banyak suku dalam pertempuran berkuda. Kekuatan kami sepantasnya dikenal. Kami menyantap panggangan kami bahkan di tahun-tahun kelaparan, ketika kondisi di luar dari negara adalah berat. Oleh sebab itu engkau melihat rakyat paling mulia di antara banyak suku bangsa datang kepada kami di malam hari. Kami menyibukkan diri kami dalam memberikan mereka makan dan membunuh seluruh kawanan unta demi kehormatan dari suku kami, sehingga tamu-tamu yang datang kepada kami dapat dipuaskan. Sesering kami berkompetisi dengan suku lain demi ketenaran, engkau dapat melihat dia direndahkan, berjalan pergi dengan kepala tertunduk. Siapa yang kita kenal dalam semua ini yang ingin bersaing dengan ketenaran kita? Rakyat mungkin kembali ke rumah mereka. Kabar akan hal ini akan tersebar. Kami melawan semua sementara tidak ada yang melawan kami. Jadi kami bangkit kepada ketenaran yang terus meningkat.

Hassan tidak hadir, jadi Muhammad memanggilnya. Hassan menjelasan sendiri: “Utusan Muhammad datang kepadaku dan berkata bahwa Muhammad telah memanggilku untuk memberikan jawaban kepada penyair dari Bani Tamim. Aku pergi kepada Muhammad dan menyusun yang berikut:

Kami melindungi Rasulullah terhadap yang tidak puas dan tidak mau di Ma’d, saat ia tinggal bersama kami. Kami melindunginya dari setiap penghujat dan pembuat kejahatan dengan pedang-pedang kami, sementara ia tinggal di antara kami di dalam sebuah rumah yang terisolasi, yang kekuatan dan kekuasaan terletak dalam Jabiya al-Jaulan, di tengah-tengah orang-orang asing. Apakah ketenaran bertumpu pada sesuatu yang lain dari pada pemerintahan kuno, di dalam kemurahhatian, di dalam kedudukan yang mewah dan di dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang sulit?

Ketika aku mencapai Muhammad dan para penyair sedang melafalkan syair-syairnya kepada orang-orang, aku melafalkan di dalam cara yang serupa, membantahnya. Ketika ia selesai dan Muhammad memanggilku untuk menjawabnya, aku memulai:

Para pemimpin dari Fihr (sebuah suku dari suku Badui) dan saudara-saudara mereka telah menandai jalan kemana orang-orang akan pergi. Siapapun yang takut akan Allah di dalam jiwanya, menemukan kepuasan, dan semua yang baik akan menjadi bagiannya. Itu adalah orang-orang yang membawakan kehancuran kepada musuh-musuh mereka ketika mereka berperang dengan musuh-musuhnya dan menguntungkan para pengikutnya sendiri. Itu sudah menjadi sifat mereka sejak dahulu kala; dan mengetahui bahwa kejahatan di dalam rakyatnya terletak di dalam inovasi mereka. Ketika yang lain di antara orang-orang mengambil alih kepemimpinan, begitu juga setiap inisiatif maju hanya merupakan suksesi dari inisiatif sebelumnya. Tidak ada seorangpun yang dapat memperbaiki apa yang tangan-tangan mereka hancurkan di dalam perang, ataupun merobek apa yang telah mereka perbaiki. Ketika mereka berkompetisi dengan orang-orang, merekalah yang mendapatkan hadiahnya, dan ketika mereka bertarung atas kemurahhatian, merekalah yang unggul atas mereka. Mereka bajik. Kebajikan mereka dipuji dalam wahyu. Mereka tidak mengotori diri mereka sendiri, dan tidak ada keinginan berlebihan yang menjerumuskan mereka ke dalam kehancuran. Mereka tidak mengingini milik tetangga-tetangga mereka, dan tidak ada ketamakan membawa mereka ke dalam kontak dengan kecemaran. Ketika kita keuar melawan sebuah suku, kami tidak berjalan kaki dengan perlahan seperti unta, di belakang pemburu yang mengejar buruannya. Kami memanjat lebih tinggi ketika cengkeraman perang mencapai kami, ketika para pengecut menyusut. Ketika kami memukul musuh, kami tidak menyombongkan diri dan ketika kami dipukul kami tidak menjadi lemah hati dan penuh ketakutan. Di dalam peperangan, ketika kematian dekat dengan kami, kami adalah seperti singa-singa Halya*, yang memiliki sendi kaki yang terkilir. Apakah kami marah, maka terimalah dari kami apa yang kami tawarkan dengan murah hati. Janganlah mencari barang-barang yang telah kami tolak. Jika kami berperang, maka takutlah akan rasa permusuhan kami dan anggaplah itu sebagai kehancuran, yang kedalamnya engkau akan tenggelam, dikelilingi oleh tanaman-tanaman beracun dan pepohon sala. Terhormatlah orang-orang yang mengikuti Rasulullah, ketika tuan rumah pertempuran lain bubar karena hasrat mereka. Tidak ada hati yang memberinya pujian yang keinginannya didukung oleh bahasa yang fasih dan bangga. Ia adalah orang-orang yang paling unggul di antara semua suku, apakah mereka berbicara tentang hal-hal yang remeh atau penting.
* Sebuah area di Yaman di mana terdapat banyak singa (menurut kamus: Lisan al-‘Arab).

Zibriqan kemudian bangkit dan merespon dengan ayat-ayat berikut:

Kami telah datang kepadamu supaya orang-orang dapat mengenali keunggulan kami, bila mereka berdebat mengenai perayaan-perayaan yang sedang mendekat. Tidak seorangpun di dalam seluruh Hijaz dapat mengukur dirinya sendiri melawan Darim. Kami menyerang balik mereka yang terkemuka ketika mereka dengan sombong berjalan berlalu, dan memukul kepala-kepala dari para pemimpin-pemimpin yang sombong. Kepada kamilah kepemilikan seperempat dari setiap kampanya perang yang kami ambil melawan Najd dan beberapa tempat lainnya.

Hassan kemudian bangkit dan berkata:

Apakah ketenaran terletak pada sesuatu yang lain daripada dominasi, kemurahhatian kuno, dan ketahanan akan kondisi-kondisi yang sulit? Kami menyambut nabi Muhammad dan mendukung dia, apakah hal ini menyenangkan Ma’d atau tidak, dengan sebuah suku yang terisolasi yang asalnya adalah di Jabia al-Jaulan, di ten-gah orang-orang asing. Ketika ia menetap di antara kami, kami mendukung dia dengan pedang-pedang kami melawan yang keji dan pembuat kejahatan. Kami melindungi dia dengan putra-putra dan putri-putri kami, dan kami tidak penuh kesedihan padanya ketika ia mengambil alih barang jarahan. Kami menyerang orang-orang dengan ujung pedang yang tajam dan dapat memotong, sampai mereka mengikuti imannya. Kami telah melahirkan suku Quraisy yang paling unggul, sang nabi keselamatan dari suku Hashim. Wahai putra-putra Darim, jangan menyombongkan diri, supaya bualanmu tidak memimpin kepada kehancuranmu ketika kebajikan disebutkan. Kiranya engkau menjadi yatim piatu! Engkau berharap untuk meninggikan dirimu di atas kami, namun engkau adalah milik kami, hamba-hamba dan budak-budak kami. Jika engkau telah datang untuk melindungi barang-barang dan darahmu, agar kamu tidak dibagikan seperti rampasan lainnya, kemudian jangan mengasosiasikan sekutu dengan Allah, menjadi Muslim dan jangan berpakaian menurut kebiasaan dari orang asing!

Ketika Hassan telah melafalkan puisinya, al-Aqra mengatakan: “Demi ayahku, pria ini pantas untuk diikuti. Perwakilannya lebih baik daripada kita. Penyairnya melewati penyair kita dan suara mereka lebih keras dari suara kita.” Mereka lalu pindah agama menjadi Islam dan Muhammad menghadiahi mereka dengan hadiah-hadiah yang mewah. Di antara para delegasi, Amr ibn al-Ahtam telah tinggal bersama dengan unta-unta, karena ia adalah yang paling muda. Qays ibn Asim, yang membencinya, berkata kepada Muhammad: “Wahai Rasulullah! Salah seorang dari kami tinggal bersama unta-unta!” Dan ia dengan menghina menambahkan: “Ia adalah seorang bocah laki-laki!” Namun, Muhammad memberikan hadiah kepadanya sebagaimana ia memberikan kepada yang lainnya. Ketika Amr mendengar bagaimana Qays telah menghina dia, dia melafalkan:

Engkau telah menodai aku dari belakang, dan menghina aku di hadapan sang rasul. Engkau tidak berbicara kebenaran dan tidak mencapai niat untuk itu. Kami telah memaksakan sebuah pemerintahan hebat atasmu, sedangkan aturanmu seperti orang yang duduk di ekornya dan membuka mulutnya sampai gigi belakangnya terekspos.

Di dalam Al-Quran dinyatakan mengenai hal ini: “Tentunya, mereka yang memanggilmu dari belakang (tembok dari) ruangan-ruangan adalah orang-orang yang paling bodoh!”* (Surah al-Hujarat 49:4).

* Pertempuran para penyair adalah bentuk duel intelektual dan diparafrasekan dalam bentuk puisi persepsi dan budaya animisme dan Muslim yang hidup di Semenanjung Arab pada saat itu. Pertempuran, kemenangan, kehormatan dan benar akhirnya lebih penting daripada iman, kasih dan pengharapan. Kerendahan hati dan kelembutan hati kekurangan dan pengampunan dosa tidak dicari.

10.03.3 -- Dua Musuh Allah dan Nasib Mereka

Di antara delegasi dari Bani Amir* yang datang kepada Muhammad, terdapat Amir ibn Tufail, Arbad ibn Qays, Khalid ibn Ja’far dan Jabbar ibn Salma. Ini adalah para pemimpinnya dan setan-setan** dari suku tersebut. Amir ibn Tufail, musuh Allah, datang kepada Muhammad untuk mengkhianati dia. Orang-orang sesukunya berkata kepadanya: “Semua orang menjadi Muslim! Engkau, juga, berpindahlah!” Kepada hal ini dia menjawab: “Demi Allah, aku telah bersumpah tidak akan beristirahat sampai semua suku Arab mengikuti jejak kakiku! Haruskah aku sekarang mengikuti Quraisy ini?” Dia lalu berkata kepada Arbad: “Ketika kita datang kepada pria tersebut, aku akan menarik perhatiannya darimu. Jika ini terjadi, maka timpalah dia dengan pedangmu!” Ketika mereka datang kepada Muhammad, Amir berkata: “Wahai Muhammad, ijinkan aku berbicara denganmu berdua saja!” Muhammad menjawab: “Demi Allah, tidak sebelum engkau percaya kepada Allah, yang satu-satunya.” Amir mengulang permintaannya dan mengatakan hal yang lain kepada Muhammad, yang mana ia mengharapkan Arbad melakukan hal yang ia telah perintahkan kepadanya. Tetapi Arbad tidak beraksi sebagaimana ia telah harapkan. Ketika Amir melihat ini, dia mengulang lagi permintaannya, tetapi Muhammad menanggapi: “Tidak sebelum engkau percaya kepada Allah, dan hanya dia tanpa sekutu.” Ketika Muhammad bersiteguh dengan penolakannya, Amir berkata: “Demi Allah, aku akan memenuhi bumi dengan pengendara-pengendara dan pria-pria berjalan kaki melawanmu!” Ketika dia menarik diri, Muhammad berkata: “Allah, lindungi aku dari Amir ibn Tufail!”

* Bani Amir ibn Sa’sa’a hidup di area sekitar 300 sampai 550 km Timur laut dari Mekah.
** Lawan utama Muhammad lagi dan lagi disebut “setan-setan”.

Ketika kedua pria meninggalkan Muhammad, Amir berkata kepada Arbad: “Celakalah engkau! Mengapa engkau tidak melaksanakan perintah yang aku berikan kepadamu? Demi Allah, aku tidak takut seorangpun di seluruh bumi sebagaima-na aku takut kepadamu. Tetapi mulai sekarang aku tidak takut kepadamu sama sekali.” Arbad menanggapi: “Kiranya engkau menjadi seorang pria yang yatim! Jangan terburu-buru akan penghakimanmu atas diriku!”

“Demi Allah, begitu aku memikirkan perintahmu, engkau melangkah di antara aku dan pria itu, sehingga aku hanya melihatmu. Haruskah aku menyerangmu dengan pedang?” Lalu mereka mencoba kembali ke tanah air mereka. Tetapi dalam perjalanan pulang ke rumah Allah mengirimkan sebuah wabah pes pada leher Amir dan membunuhnya di dalam rumah seorang wanita dari Bani Salul. Amir berkata: “Haruskah bisul seperti bisul unta muda menimpaku - dan hal ini terjadi di rumah seorang wanita Bani Salul?” Setelah Amir dikubur, sahabat-sahabatnya berhasil masuk ke dalam tanah Bani Amir, untuk melewati musim dingin di sana. Ketika mereka mencapai rumah, anggota suku Arbad bertanya apa yang ia bawa. Dia menjawab: “Tidak ada, demi Allah. Dia memanggil kami untuk menyembah sesuatu yang, jika saya membawanya bersama saya, saya akan menembakkannya dengan panah untuk membunuhnya!” Sehari atau dua setelah dia telah mengatakan kata-kata ini, dia keluar dengan seekor unta yang ia ingin jual. Allah lalu mengirimkan sambaran petir yang menyambar dia dan untanya.

10.03.4 -- Dimam ibn Tha‘laba, Delegasi dari Bani Sa’d ibn Bakr*

Bani Sa’d ibn Bakr mengirim satu dari pria-pria mereka yang bernama Dimam ibn Tha’laba kepada Muhammad. Ketika dia datang ke Medinah, untanya berlutut di depan pintu masjid dan kemudia dia mengikatnya dengan kuat. Kemudian dia masuk ke dalam masjid, yang mana Muhammad sedang duduk dikelilingi oleh para sahabatnya. Dimam adalah seorang pria berbulu yang kuat dengan dua jambul. Ketika ia berdiri di hadapan Muhammad, dia bertanya: “Siapa di antaramu yang adalah putra dari Abd al-Muttalib?” Muhammad menjawab: “Aku!” – “Apakah engkau Muhammad?” – “Ya” – “Aku ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting kepadamu. Apakah engkau akan menganggapnya salah?” – “Tidak, tanyakanlah apa yang anda inginkan!” – “Aku mendesakmu demi Allah, Allahmu, demi Allah dari nenekmoyangmu dan mereka yang mengikutimu: Apakah Allah mengirimmu kepada kami sebagai seorang utusan?” – “Demi Allah, ya!” – “Aku mendesakmu demi Allah, Allahmu, demi Allah dari nenekmoyangmu dan mereka yang mengikutimu: Apakah Allah memerintahkanmu untuk menegur kami untuk menyembah Dia saja, untuk tidak mengasosiasikan sekutu kepadanya, dan untuk menyingkirkan allah-allah yang nenekmoyang kita layani di samping dia?” – “Demi Allah, ya.” – “Aku mendesakmu demi Allah, Allahmu, demi Allah dari nenekmoyangmu dan mereka yang mengikutimu: Apakah Allah memerintahkanmu untuk menentukan ke lima kali shalat setiap hari?” – “Ya”. Dia lalu menyebutkan persyaratan dari Islam, satu demi satu, zakat, puasa, ziarah, serta tata cara yang lain, memohon kepadanya setiap kali, sebagaimana ia lakukan di awalnya. Ketika dia selesai, dia berkata: “Aku bersaksi bahwa tidak Allah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusannya. Aku akan melaksanakan tata cara ini, meninggal-kan semua yang dilarang, tidak menambahkan apapun dan tidak mengambil apapun.” Dia lalu kembali kepada untanya. Muhammad berkata: “Jika pria dengan jambul ini tulus, dia akan pergi ke firdaus.” Dimam melepaskan ikatan untanya dan kembali kepada anggota sukunya. Ketika mereka berkumpul di sekeliling dia, kata pertamanya adalah: “Lat dan Uzza telah menjadi aib!” Rakyatnya berteriak: “Diamlah, Dimam! Takutlah akan kusta, sakit gajah-gajahan, dan kegilaan!” Tetapi Dimam berkata: “Celakalah engkau! Demi Allah, mereka (para allah) tidak dapat menolong maupun mencelakakan engkau. Allah telah mengirim rasulnya dan menyatakan sebuah Kitab Suci kepadanya, yang mana Dia telah menebus engkau dari kondisimu saat ini. Aku bersaksi bahwa Allah itu satu, tanpa sekutu, dan bahwa Muhammad adalah pembantu dan utusannya. Aku membawa kepadamu perintah dan larangannya.” Sebelum malam tiba, seluruh pria dan wanita di dalam kemah ini telah menganut Islam. Mengikuti kisah Ibn ‘Abbas, belum pernah terdengar sebuah delegasi yang begitu luar biasa seperti Dimam.

* Bani Sa’d ibn Bakr tinggal di sebuah wilayah sekitar 130 km timur laut Mekah.

10.03.5 -- Jarud sang Kristen* Menjadi seorang Muslim

Setelah ini, Jarud ibn Amr mendatangi Muhammad. Dia adalah seorang Kristen. Ketika ia datang ke hadapan Muhammad, sang Nabi memperkenalkannya kepada Islam dan menanamkan kepada dirinya keinginan untuk menerimanya.

* Jarud adalah bagian dari Bani ‘Abd l-Qays, yang tinggal di bagian timur dari Jazirah Arabia di bawah pengaruh Sassanid, sekitar 1100 km timur dari Medinah, pada teluk Arabia, di seberang dari Kerajaan Bahrain moderen. Dia kemungkinan adalah seorang Kristen Nestorian.

Jarud kemudian berkata: “Wahai Muhammad! Aku memiliki iman yang sekarang akan menyerah kepada demi imanmu. Dapatkah engkau menjaminku sebuah pengganti yang dapat diterima bagi imanku?” Muhammad menjawab: “Ya, aku menjaminmu bahwa Allah telah memandumu kepada sebuah iman yang lebih baik daripada imanmu.” Jarud lalu berpindah kepada Islam dan para sahabatnya juga.* Dia lalu bertanya kepada Muhammad tentang binatang beban. Muhammad menanggapi: “Demu Allah, aku tidak memiliki seekorpun untuk kuberikan!” Jarud kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, antara aku dan tanah airku ada banyak orang yang tersesat.** Haruskah kita kembali ke tanah airku kepada orang-orang demikian?” Muhammad menjawab: “Tidak, jauhilah mereka. Mereka adalah api di neraka.” Al Jarud kemudian kembali kepada sukunya dan menjadi Muslim yang baik, yang tetap teguh di dalam imannya sampai dia meninggal. Tetapi dia berbicara kepada rakyatnya dan meminta mereka untuk bertahan di dalam Islam dan berkata: “Aku bersaksi, wahai rakyat, bahwa tidak ada Allah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah pembantunya dan utusannya. Aku menyatakan dia yang tidak percaya sebagai seorang kafir.”

* Beberapa orang Kristen mengenali, setelah penerimaan mereka yang terburu-buru akan Islam, apa saja yang mereka telah kehilangan. Mereka menjauh dari Islam dan lalu belakangan dikuasai dan ditaklukkan oleh para Muslim.
** Mereka yang "tersesat" adalah orang-orang Kristen, yang pada saat berada di gurun pasir keterpisahan dari Allah harus mati dari kehausan, untuk percaya kepada Allah, sang Bapa dan sang Anak. Muhammad menjelaskan mereka sebagai "bahan bakar untuk Api (Neraka)". (Surah Al ‘Im-ran 3:10)

10.03.6 -- Kedatangan delegasi Bani Hanifa bersama Musaylima

Setelah ini datanglah delegasi dari Bani Hanifa.* Di antara mereka terdapat Musaylima** ibn Habib, sang pembohong. Mereka menurunkan putri dari al-Harith, istri dai salah seorang sahabat dari Bani al-Najjar. Delegasi Bani Hanifa mendatangi Muhammad tetapi meninggalkan Musaylima di belakang di kemah. Ketika mereka telah mengaku Islam, mereka menyebutkan Musaylima dan berkata: “Kami telah meninggalkan salah seorang dari sahabat kami di dalam kemah dengan unta-unta, untuk menjaga mereka.” Muhammad memerintahkan mereka untuk memberikan kepadanya sama seperti apa yang Sahabat-sahabatnya telah terima dan berkata: “Dia tidak menempati tempat yang paling buruk di antara kalian.” Kemudian mereka meninggalkan Muhammad dan membawakan Musaylima apa yang Muhammad telah berikan kepadanya. Tetapi ketika mereka mendatangi Yamama, musuh Allah yang murtad, mengaku sebagai nabi, membohongi mereka dan berkata: “Aku adalah rekannya.” Kepada para delegasi ia berkata: “Tidakkah dia berkata kepadamu, ketika engkau menyebutkan diriku, bahwa tempatku bukanlah yang terburuk di antara kalian? Hal ini karena engkau tahu bahwa aku adalah rekannya dalam hal ini.” Dia lalu berbicara kepada mereka dengan ritma dan berkata, sambil meniru Al-Quran:

Allah telah berbelas kasih kepada mereka yang hamil
Dia melahirkan dari mereka makhluk yang hidup dan bergerak
Di antara perut dan usus-usus

Musaylima mengizinkan mereka minum anggur dan pelacur dan membebaskan mereka dari kewajiban berdoa. Namun dia tetap mengakui bahwa Muhammad adalah seorang nabi, dan Bani Hanifa setuju dengannya.

* Bani Hanifa tinggal barat daya dari Bani ‘Abd al-Qays, di area Teluk Ara-bia, di wilayah yang terletak 860 sampai 1100 km timur dari Medinah.
** Di dalam Islam Musaylima menjadi perwujudan nabi palsu, jadi perkataan: “Dia berbohong seperti Musaylima.” Bentuk mengecilkan dari “Maslama”, adalah untuk membuat dia kelihatan konyol.

10.03.7 -- Kedatangan Zaid al-Khail Bersama Delegasi dari Tayyi’*

Di antara para delegasi yang mendatangi Muhammad dari Tayyi’, terdapat juga pemimpin mereka Zaid al-Khail. Muhammad menjelaskan Islam kepada mereka. Mereka berpindah dan menjadi Muslim-muslim yang saleh. Menurut laporan dari seorang Tayyi’ yang dapat dipercaya, Muhammad berkata kepada mereka: “Tidak ada seorang Badui yang pernah begitu dipuji oleh aku yang, ketika ia mendatangiku, ternyata kurang dari reputasinya, kecuali di dalam kasus Zaid al-Khail, yang apa yang dikatakan tidaklah cukup.” Muhammad lalu memanggil dia “Zaid al-Khair” (Zaid, yang baik atau yang terbaik), memberikan kepadanya jaraham dan beberapa tanah dan memberinya akta yang sesuai. Setelah ini Zaid kembali kepada sukunya. Muhammad berkata: “Zaid tidak akan lolos dari demam Medinah!” Ketika Zaid mendatangi air Farda di Najd demam menguasainya dan dia meninggal.

* Bani Tayyi’ tinggal di pusat Arabia, sekitar 380 sampai 550 km timur laut Medinah.

10.03.8 -- Pangeran Kristen ‘Adi ibn Hatim menjadi Muslim

‘Adi ibn Hatim menjelaskan: “Tidak ada orang suku Badui yang pertama kali mendengar tentang Muhammad dan membencinya lebih dari aku. Aku adalah orang yang dihormati, seorang Kristen. Rakyatku mengakuiku sebagai pimpinan mereka, yang mereka berikan seperempat (dari penghasilan mereka). Aku, menurut pengertianku, berada di dalam iman yang benar. Oleh sebab itu aku membenci Muhammad ketika aku pertama kali mendengar tentang dia, dan berkata kepada para budak Arabku, yang menjaga unta-untaku: ‘Maukah engkau menjadi yatim! Persiapkanlah bagiku unta-unta jinak dan gemuk, dan ketika engkau mendengar pasukan Muhammad masuk ke tanah ini, kemudian beritahukanlah kepadaku!’ Para budak mematuhi perintah ini. Suatu pagi dia datang dan berkata: “Wahai ‘Adi, sekarang lakukanlah apa yang engkau telah tekadkan untuk lakukan ketika para pengendara Muhammad menyerang. Aku telah melihat panji-panji dan mencari informasi mengenai mereka. Aku diberitahu bahwa itu adalah pasukan Muhammad.’ Aku membawa unta-untaku di hadapanku, menempatkan istri dan anak-anakku di atasnya dan bertekad untuk pergi ke Suriah, kepada sesama orang percaya di dalam iman. Aku berjalan melalui al-Jaushiya, tetapi meninggalkan saudariku di dalam kemah. Para pengendara Muhammad, yang segera menyusul, membawa saudariku kepada Muhammad, bersama tawanan-tawanan lain dari Tayyi’. Dia telah mendengar bahwa aku telah melarikan diri ke Suriah. Saudariku dibawa ke dalam sebuah pon-dok yang berdiri di depan pintu masjid, di mana para tahanan dikurung. Ketika Muhammad melewati saudariku, dia berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah! Ayahku telah meninggal dan pria yang menyediakan bagiku telah pergi. Ampuni aku, dan Allah akan sangat bermurah hati kepadamu!’ Muhammad bertanya: “Siapakah pria ini yang seharusnya menjagamu?” Dia menjawab: “’Adi, putra Hatim!’ Muhammad lalu bertanya: “Diakah yang telah melarikan diri dari Allah dan rasulnya?” Dia lalu melanjutkan perjalanannya.

“Pada hari berikutnya”, jadi si gadis menjelaskan, “dia kembali melewati aku. Aku berbicara kepadanya dengan cara yang sama dan dia memberikan jawaban yang sama kepadaku. Ketika pada keesokan harinya dia kembali lewat dan ketika aku telah menyerah akan semua harapan, seorang pria yang berdiri di belakang dia memberikan isyarat kepadaku untuk berdiri dan berbicara kepadanya. Aku berdiri dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, ayahku telah meninggal, orang yang harusnya menjagaku sudah pergi, jadi ampuni aku dan Allah akan bermurah hati kepadamu!’ Dia menjawab: ‘Jadilah seperti itu, tetapi jangan terburu-buru untuk berangkat sampai engkau menemukan orang-orang dari sukumu yang engkau dapat percaya, sehingga mereka dapat membawamu kembali ke negara asalmu. Kemudian berilah kabar kepadaku tentangnya!’ Dia kemudian bertanya mengenai pria yang telah memberikan tanda kepadaku untuk berbicara kepada Muhammad. Aku diberitahu bahwa ia adalah Ali. Aku tinggal sampai sebuah karavan dari Baliy atau Quda’a datang, karena aku ingin pergi kepada saudaraku di Suriah. Aku kemudian mengatakan kepada Muhammad: “Beberapa pria dari sukuku yang aku percaya telah datang untuk membawaku kembali ke negara asalku!’ Muhammad memberikan kepadaku sepotong gaun, seekor unta dan makanan-makanan kebutuhan dan aku berjalan bersama karavan ke Suriah.”

“Demi Allah,” ‘Adi menceritakan, “Aku duduk bersama keluar-gaku ketika aku melihat bagaimana seorang pengelana mendatangi kami. Aku berkata: ‘Itu adalah putri dari Hatim, dan memang dia. Ketika ia berdiri di hadapanku, kata-kata tercurah darinya: ‘Engkau pembuat kejahatan, yang merobek ikatan kekerabatan. Engkau pergi bersama istrimu dan anak-anakmu dan meninggalkan sisa dari ayahmu, rasa malumu, di belakang!’ Aku menjawab: ‘Adik kecil, bicaralah hanya yang baik, aku tidak memiliki alasan. Aku melakukan apa yang engkau katakan.’

Dia turun dan tinggal bersamaku. Karena dia adalah seorang yang bijaksana, aku bertanya kepadanya: ‘Menurutmu bagaimana pria ini?’ Dia menjawab: ‘Pendapatku adalah, demi Allah, engkau seharusnya segera mendatangi dia, karena dia adalah seorang nabi. Siapapun yang pertama menda-tanginya akan mendapatkan sebuah keuntungan. Jika dia menjadi kuat seperti seorang pangeran, engkau tidak akan dipermalukan oleh hal ini, karena lalu Yaman akan menjadi kuat juga.’ Aku menjawab: ‘Demi Allah, ini adalah penilaian yang baik,’ dan maka aku mendatangi Muhammad di Medinah.

Dia ada di dalam masjid. Aku masuk ke dalam dan menyapanya. Dia bertanya: “Siapakah pria ini?” Aku menjawab: “’Adi, putra Hatim.” Dia berdiri pergi bersamaku ke ru-mahnya. Di perjalanan kita bertemu dengan seorang wanita tua dan lemah, yang membantu dia berdiri. Dia tetap berdiri dengannya untuk waktu yang lama, dan wanita itu menyatakan permintaannya kepada Muhammad. Aku berpikir: “Demi Allah, itu bukanlah seorang raja!” Ketika dia akhirnya memasuki rumahnya bersamaku, dia mengambil sebuah bantal kulit yang berisi ijuk dan melemparnya kepadaku, sembari berkata: “Duduklah di atasnya!” Aku menanggapi: “Tidak, engkaulah yang duduk di atasnya.” Dia menanggapi: “Tidak, engkau!” Aku duduk dan dia duduk di lantai yang kosong. Aku berpikir: “Demi Allah, itu bukanlah perilaku yang serupa raja!” Dia lalu berkata: “Sekarang, ‘Adi, bukankah engkau seorang Rakusian*?” – “Ya, tentu saja!” – “Tidakkah engkau menerima seperempat dari rakyatmu?” – “Pasti!” – “Tetapi agamamu tidak mengijinkan hal itu!” – “Demi Allah, engkau benar!” – Aku sekarang mengakui dia adalah seorang nabi yang dikirim Allah, yang mengetahui apa yang tidak diketahui oleh orang lain. Dia lalu berkata: “Mungkin engkau tidak mau menerima iman kami, karena rakyatnya sangat miskin.** Tetapi, demi Allah, waktunya tidaklah jauh ketika uang dan kekayaan akan bersama kita di dalam kelimpahan sehingga tidak akan ditemukan seorangpun yang mengambilnya.*** Atau apakah angkanya yang kecil dan angkanya yang besar dari musuh-musuh mereka membuat engkau takut? Tetapi, demi Allah, engkau akan segera mendengar bahwa seorang wanita akan datang berkendara ke sini di atas untanya tanpa takut dari Qadisiya untuk mengunjungi Kabah. Atau engkau tidak mau menerima iman kami karena kekuatan dan kekuasaan terletak pada yang lain-lain? Tetapi, demi Allah, engkau akan segera mendengar bahwa kastil-kastil marmer putih dari Babel telah ditaklukkan.” Sesudah itu aku berpindah.”****

* Rakusian adalah pengikut dari sebuah agama yang imannya adalah campuran antara ke-Kristenan dan Sabianisme.
** Muslim-muslim Mekah, mengikuti migrasi ke Medinah dan terlepas dari serangan-serangan dan peperangan mereka, tidaklah menjadi terlalu kaya. Para penghuni dari Yaman yang subur dan kaya dengan air memiliki standar hidup yang lebih tinggi daripada para Badui yang sekarang menetap di stepa yang kering dan gurun dari Jazirah Arabia.
*** Visi Muhammad yang besar akan kekayaan bagi Islam dipenuhi melalui penaklukkan di kemudian hari dan melalui penemuan minyak di waktu-waktu yang lebih moderen. Namun kekayaan dari suku Arab tetap terbatas kepada beberapa suku yang berkuasa. Masih ada Badui di Arab Saudi hari ini yang hidup di dalam kemiskinan total berdampingan dengan yang lainnya di dalam kemewahan yang paling mencolok.
**** Laporan ini membuat menjadi jelas bahwa konversi kepada Islam pada umumnya terjadi karena daya tarik material, namun tanpa sebuah perubahan di dalam hati. Hanya ada sedikit persamaan antara Islam dengan konversi Alkitabiah. Di dalam Kisah Para Rasul kita membaca: “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kisah Para Rasul 2:37-38)

‘Adi kemudian berkata: “Dua dari kondisi-kondisi ini telah tergenapi, dan yang ketika akan, demi Allah, juga digenapi. Aku telah melihat bagaimana kastil-kastil putih Babel telah ditaklukkan* dan bagaimana seorang wanita berkendara di atas untanya tanpa rasa takut dari Qadisiya ke ziarah di Kabah. Demi Allah, nubuat ketiga juga akan digenapi; uang akan ada dalam kelimpahan sehingga tidak ada orang yang menggenggamnya sama sekali.”

* Di dalam kejadian nubuat-nubuat ini adalah inspirasi dari Muhammad, mereka bangkit dari sumber-sumber jahat, serupa dengan cobaan Yesus: “Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.’” (Matius 4:8-9)
Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10). Ini menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat berjuang untuk penyembahan yang benar dan rampasan perang, Roh Kudus dan uang, Allah dan kekuasaan duniawi pada saat yang bersamaan. Seorang harus memutuskan bagi yang satu melawan yang lainnya. Islam memilih uang dan kekuasaan duniawi.

10.03.9 -- Kedatangan dari Farwa ibn Musaik al-Muradi

Farwa ibn Musaik memisahkan dirinya dari pangeran-pangeran yang tersisa dari Bani Kinda* (yang Kristen) dan mendatangi Muhammad. Tidak lama sebelum Islam menjadi diterima sebuah pertempuran pecah antara Hamdan dan Murad, di mana Hamdan memperoleh sebuah kemenangan utuh dan Murad, dalam satu hari saja disebut “al-Radm”, secara keseluruhan ditaklukkan. Pemimpin dari Murad adalah al-Adja’ ibn Malik. Ketika dia mendatangi Muhammad, sang Rasul bertanya kepadanya: “Apakah engkau terganggu atas apa yang menimpa rakyatmu pada Hari al-Radm?” Dia menjawab: “Wahai Rasulullah! Pria apa yang tidak akan menjadi tertekan jika rakyatnya harus mengalami apa yang aku dapati pada Hari al-Radm?” Muhammad lalu menjawab: “Tetapi itu akan membawa kepada rakyatmu lebih banyak keberuntungan!” Muhammad lalu menunjuk dia menjadi gubernur atas Murad, Zubayrd dan Madhhij dan mengirim Khalid ibn Sa’id ibn al-‘As sebagai administrator untuk zakat bersamanya. Khalid tinggal bersamanya di tanah airnya sampai kematian Muhammad.**

* Orang Kristen Bani Kinda ini tinggal di Hadramawt, sekitar 1500 km tenggara dari Mekah pada Laut Hindia (hari ini sebagian dari Yaman).
** Suku Badui memiliki naluri akan kekuatan militer dan bergabung dengan Muhammad. Muhammad mengirim komisaris bersama dengan pasukan-pasukan kepada yang baru berpindah agama, yang bertujuan untuk mendukung pelindung-pelindung mereka dan pemimpin-pemimpin keagamaan dengan zakat mereka. Pengorbanan, kerendahan hati dan bantuan bukanlah tema di dalam ekspansi Islam, tetapi kampanye militer, kemenangan dan zakat. Muhammad mendirikan kerajaan duniawi, sebuah kerajaan di dunia ini.

10.03.10 -- Kedatangan al-Ash‘ath ibn Qays Bersama Delegasi Kristen Bani Kinda

Kemudian al-Ash‘ath ibn Qays, bersama dengan delapan puluh pengendara dari Bani Kinda*, mendatangi Muhammad di masjid. Sebelum ini mereka telah menyisir rambut mereka, mewarnai kelopak mata mereka dengan arang dan mengenakan mantel yang terbuat dari bahan bergaris, yang dikelim dengan sutra. Muhammad bertanya kepada mereka jika mereka belum menjadi Muslim. Mereka menjawab: “Tentu saja!” Muhammad kemudian berkata: “Lalu apa arti dari sutra** di sekeliling lehermu?” Mereka lalu merobeknya dan membuangnya. Al-Ash’ath kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, kami adalah putra-putra Aqil al-Murar, sebagaimana dirimu.” Muhammad tersenyum dan berkata: “Engkau menghubungkan garis keturunan kepada ‘Abbas ibn Abd al-Muttalib dan al-Harith Rabi‘a, yang, ketika mereka bepergian sebagai pedagang di antara suku Badui, menyombongkan diri ketika mereka ditanya mengenai garis keturunan mereka, dengan mengatakan ‘Kami adalah putra-putra Aqil al-Murar,’ karena Bani Kinda adalah para penguasa.” Dia lalu berkata: “Tidak demikian, kami adalah putra-putra dari Nadr ibn Kinana. Kami tidak menolak ibu kami dan menyangkal ayah kami.” Al-Ash’ath kemudian berkata: “Apakah engkau selesai, engkau Bani Kinda? Demi Allah, jika aku mendengar siapapun mengatakan hal ini lagi aku akan memberikan dia delapan puluh cambukan dengan menggunakan cambuk.”***

* Cabang Bani Kinda ini tinggal di wilayah Dumat al-Jandal, sekitar 590km utara dari Medinah.
** Pakaian terbuat dari sutra, sebagaimana perhiasan yang terbuat dari emas dan perak, telah dibenci dan tidak diinginkan oleh pria-pria menurut tradisi Islam.
*** Musuh-musuh Islam harus memperhitungkan sebuah cambukan yang akan mencabik punggung mereka menjadi bubur jika mereka meremehkan nama Muhammad. Kata Muhammad berlaku untuk mereka yang memerangi Islam: “Ini adalah balasan dari mereka yang berperang melawan Allah dan Nabi-Nya, dan bergegas di bumi, untuk melakukan korupsi di sana: mereka harus dibunuh, atau disalib, atau tangan-tangan dan kaki-kaki mereka harus dipotong sebagai penggantinya, atau mereka harus dibuang dari tanah mereka. itu adalah sebuah penurunan bagi mereka di dunia ini; dan di dunia yang akan datang yang menanti mereka sebuah siksaan yang hebat.” (Surah al-Ma’idah 5:33)
Namun Yesus berdoa bagi mereka yang menyalibkan Dia: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).

10.03.11 -- Kedatangan Surad ibn Abd Allah al-Azdi*

Lalu Surad ibn Abd Allah al-Azdi mendatangi Muhammad, bersama dengan orang-orang tambahan dari sukunya, dan menjadi seorang Muslim yang baik.** Muhammad meletakkan dia atas orang-orang percaya pada sukunya dan memerintahkan dia untuk berperang melawan suku-suku Yaman yang belum percaya yang bertetangga dengan mereka. Surad melaksanakan perintah Muhammad, dan mengepung Jurash.*** Pada waktu itu Jurash adalah sebuah kota yang berbenteng di mana beberapa suku Yaman yang lebih lemah tinggal. Di situ juga adalah tempat di mana Khath’am telah melarikan diri pada waktu mereka mendengar tentang kedatangan para Muslim. Surad mengepung kota itu untuk hampir satu bulan penuh. Dia lalu menarik diri ke gunung Shakar. Ketika rakyat dari kota itu percaya dia telah menarik diri dari mereka, mereka mengejar dia. Tetapi ketika mereka mengejar dia, dia berbalik dan membunuh mereka dalam jumlah yang cukup besar.

* Pria ini adalah bagian dari suku Bani Azd Shanu’a, yang tinggal di sebuah wilayah di Laut Merah 260 sampai 340 km selatan dari Mekah, antara Mekah dan Yaman.
** Seorang Muslim yang baik adalah seorang yang “bertempur bagi Islam dengan senjata di tangan dan berperang dengan “penuh tipu muslihat” untuk membinasakan musuh-musuh Allah”.
*** ”Jurash” terletak sekitar 490 km selatan dari Mekah, di sekitar rute karavan yang ke Yaman.

Rakyat Jurash telah mengirim dua orang kepada Muhammad. Mereka harus melihat apa yang terjadi dan untuk memohon kepada Muhammad untuk belas kasihan. Suatu malam ketika mereka sedang duduk dengannya setalah shalat sore, Muhammad bertanya kepada mereka: “Di dalam negara Allah yang mana Shakr bisa ditemukan?” Dua orang pria Jurash la-lu berdiri dan berkata: “Di negara kami ada sebuah gunung yang namanya ‘Kashar’”. (Rakyat Jurash memanggilnya dengan nama ini.) Muhammad menanggapi: “Gunung itu tidak dipanggil ‘Kashar’ tetapi ‘Shakar.’”* Mereka lalu bertanya: “Dan ada apa dengan gunung ini?” Muhammad menjawab: “Unta-unta yang dikorbankan untuk Allah** sedang disembelih di sana sekarang.” Kedua pria itu lalu duduk bersama Abu Bakr atau kemungkinan Uthman. Dia lalu berkata: “Celakalah engkau! Muhammad telah mengumumkan kematian atas anggota sukumu. Berdirilah dan memohon kepadanya untuk berdoa kepada Allah supaya Dia mengampuni sukumu!” Mereka pergi dan meminta Muhammad untuk melakukan hal demikian, dan dia berkata: “Allah! Tahanlah mengenai mereka!” Kemudian mereka kembali ke tanah air mereka dan menemukan bahwa bangsa mereka telah dibunuh oleh Surad pada hari dan jam tersebut yang diumumkan Muhammad kepada mereka. Delegasi dari Jurash kemudian kembali kepada Muhammad dan menganut Islam. Muhammad kemudian membuat semua ladang mereka di sekitar kota mereka ditandai dengan tanda-tanda khusus berupa kuda-kuda, unta-unta dan ternak yang bertujuan untuk membajak. Jika ada orang asing yang membiarkan hewannya merumput di tanah ini, dia harus mendenda mereka.

* Transposisi konsonan tanpa perubahan artinya adalah fenomena yang umum dalam bahasa Arab.
** Lawan Islam di sini ditandai dengan “pengorbanan unta-unta Allah” yang disembelih (dengan cara digorok lehernya). Namun, Yesus adalah Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Islam tidak mengenali pengorbanan yang mewakili dan menebus. Namun Muslim yang mati di dalam Perang Suci diangkat sebagai sebuah tipe “pengorbanan” yang melaluinya mereka akan mengamankan pembenaran mereka (Surah al-Baqarah 2:207).

10.03.12 -- Kedatangan utusan dari pangeran-pangeran dari Himyar*

Setelah Muhammad kembali dari Tabuk, seorang utusan membawa sepucuk surat dari pangeran-pangeran dari Himyar. Isinya adalah kabar konversi dari pangeran-pangeran al-Harith ibn Abd Kulal, Nua’im ibn Abd Kulal, Nu‘man,yang juga disebut Dhu Ru’ayn, Ma’afir dan Hamdan. Nama utusan itu adalah Malik ibn Murra al-Rahawi. Dia dikirim dari Zur’a Dhu Yazan dengan berita bahwa mereka telah menerima Islam dan meninggalkan politeisme dan pengikut-pengikutnya. Muhammad mengirim surat berikut kepada mereka:

“Di dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang. Dari Muhammad, Rasulullah, sang nabi, kepada Harith ibn Abd Kulal, Nua’im ibn Abd Kulal, Nu‘man Dhu Ru’ayn, Ma’afir dan Hamdan. Aku memuji Allah, yang satu-satunya, di hadapanmu. Lalu aku mengkonfirmasi bahwa utusanmu mendatangi kami di Medinah, mengikuti kepulangan kami dari wilayah Bizantium, dan menyampaikan pesan kalian kepada kami. Dia melaporkan kepada kami tentang situasi kalian dan menyam-paikan kepada kami bahwa kalian telah menjadi Muslim dan menginginkan untuk berperang melawan orang-orang tidak percaya.** Allah telah mengabulkan kepadamu pimpinan-Nya. Jika kalian saleh, ikutlah Allah dan rasulnya, laksanakan shalat, bersedah dan berikanlah seperlima dari jarahan kepada pembagian Allah, seperti juga yang harus diberikan kepada rasulnya. Berikan juga apa yang ditentukan untuk zakat! Dari hasil produksi yang diairi oleh mata air dan hujan, sepersepuluh harus diberikan, dan untuk yang diari dengan ember, setengah. Dari empat puluh unta berikan (sebagai zakat) seekor betina muda yang memasuki tahun ketiga; dari tiga puluh, berikan seekor jantan muda; untuk lima, berikan seekor domba; untuk sepuluh, berikan dua ekor domba. Untuk empat puluh ternak, berikan seekor sapi; dari tiga puluh, berikan seekor anak sapi. Untuk empat puluh domba, berikan seekor yang dapat merumput sendiri. Pajak ini ditentukan oleh Allah kepada orang-orang percaya. Siapapun yang melakukan lebih banyak kebaikan, melakukannya untuk pahalanya sendiri. Tetapi siapa yang memenuhi hanya hal ini, menjadi saksi ke-Islamannya dan mendukung orang-orang percaya melawan para politeis, menjadi milik orang-orang percaya dan berbagi bersama mereka hak istimewa dan kewajiban. Allah dan Rasulnya melindungi dia.”

* Bani Himyar tinggal di dekat Yaman, lebih dari 1.000 km selatan dari Mekah, pada Samudera Hindia.
** “Untuk menjadi seorang Muslim dan berperang menggunakan senjata untuk Islam” berjalan beriringan. Menangkap barang rampasan tetap menjadi “tenaga penggerak” dalam Islam, dan setiap Muslim mendapatkan impresi atas dirinya bahwa membayar zakat adalah sebuah tugas penting.

“Yahudi dan Kristen yang menerima Islam juga berbagi ber-sama orang-orang percaya lain hak-hak istimewa dan kewajiban-kewajiban. Mereka yang tetap di dalam iman mereka tidak harus dipaksa untuk murtad.* Namun, mereka harus membayar Jizya, yaitu, untuk setiap orang dewasa, baik wanita maupun pria, orang bebas atau budak, satu dinar dengan takaran penuh menurut nilai dari Ma’afir, atau sesuatu dengan nilai yang setara. Siapapun yang membayar ini kepada Rasulullah menerima perlindungan dari Allah dan Rasulnya. Siapapun yang menolak adalah musuh Allah dan Rasulnya.”

* Menurut Al-Quran dan Shariah, orang-orang Yahudi dan Kristen tidak perlu menjadi Muslim. Mereka memiliki hak untuk hidup sebagai warga negara kelas dua di dalam lingkaran Islam selama mereka membayar Jizya, yang harus dibedakan dari Zakat yang dibayarkan Muslim.

“Lalu Muhammad, sang Nabi, Rasulullah, mengirimkan delegasi ke Zur’a, yaitu Mu‘adh ibn Jabal, Abd Allah ibn Zaid, Malik ibn Ubada, Uqba ibn Namir, Malik ibn Murra dan rombongan mereka. Mengumpulkan jizy dan zakat dari distrik-distrik kalian dan memberikannya kepada utusan-utusanku, yang pemimpinnya adalah Mu’adh ibn Jabal, supaya mereka dapat kembali ke rumah dengan puas!”

“Lalu akuilah bahwa tidak ada Allah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulnya dan budaknya!”

“Malik ibn Murra al-Rahawi melaporkan kepadaku bahwa engkau adalah yang pertama di antara suku Himyar yang menjadi Muslim dan telah bertempur dengan para politeis. Oleh sebab itu terimalah kabar baik! Perlakukan suku Himyar dengan baik; jangan mempraktekkan penipuan dan pengkhianatan! Rasulullah adalah pelindung bagi orang miskin di antara kalian, demikian juga kepada yang kaya. Jizya adalah tidak dapat diganggu gugat oleh Muhammad maupun keluarganya. Tujuannya adalah untuk memurnikan jiwa dari si pemberi* dan digunakan sebagai sedekah bagi orang-orang percaya yang miskin dan pengelana tanpa harta. Malik melaporkan segala sesuatu kepadaku dan menyimpan rahasianya. Aku menyerahkan dia kepadamu. Aku mengirimkan orang-orang yang terbaik, orang-orang percaya yang paling setia dan sarjana-sarjana terpelajar. Perlakukanlah mereka dengan baik, sebagaimana dapat diharapkan. Damai dan kasih sayang Allah bersamamu!”**

* Donasi dan pajak keagamaan (jizya) berfungsi membenarkan si pemberi di dalam Islam.
** Damai di dalam Islam adalah damai yang terletak pada pedang. Ini bukanlah damai spiritual, yang “melewati semua pengertian” (Filipi 4:7). Damai di dalam Islam dibawa melalui ketertundukan. Oleh sebab itu salam dari Muslim adalah “damai sejahtera besertamu.” Namun damai Kristus adalah secara keseluruhan berada dalam natur yang berbeda. Hal ini ditawarkan dan dapat ditolak. Ini bukan sesuatu yang dipaksakan. Orang itu tidak dirampok dari tanggung jawabnya. Setelah kebangkitan-Nya, Kristus berkata kepada murid-murid-Nya: “Damai sejahtera besertamu!” Oleh sebab itu orang Kristen Arab mengatakan “Salam lakum” (damai adalah milikmu). Dengan ekspresi “Salam ‘aleikum”, seseorang dikenali sebagai seorang Muslim.

10.03.13 -- Pengutusan Mu‘adh ke Yaman

Abd Allah ibn Abi Bakr melaporkan kepadaku bahwa diberita-hukan kepadanya waktu Muhammad mengirim Mu’adh, dia memberinya segala macam peringatan untuk misinya. Akhirnya dia telah berkata: “Jadikanlah mudah, tidak sulit. Umumkan kebaikan kepada mereka, dan jangan mengusir mereka. Engkau akan bertemu dengan pria-pria dari Kitab Suci, yang akan bertanya kepadamu: ‘Apa kunci ke Firdaus?’* Jawablah mereka: ‘Pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya dan dia tidak memiliki sekutu.’” Mu’adh kemudian berangkat ke Yaman dan berlaku sebagaimana perintah Muhammad.

* Dalam Islam, penolakan Anak Allah dan Roh Kudus adalah “Kunci ke Firdaus.” Dalam realita, dengan penolakan Muslim akan Allah Tritunggal, dia mengunci dirinya sendiri di luar firdaus. Muslim lalu mengeraskan hati mereka terhadap keselamatan di dalam Kristus.

Satu waktu di Yaman seorang wanita mendatanginya dan berkata: “Wahai sahabat Rasulullah! Hak-hak apa yang seorang suami boleh klaim dari istrinya?” Mu’adh menjawab: “Celakalah engkau! Sang istri tidak dapat memenuhi semua kewajibannya kepada suaminya. Oleh karena itu terapkan dirimu untuk memenuhi sebanyak yang engkau mungkin lakukan.” Dia lalu menanggapi: “Jika engkau adalah sahabat Rasulullah, maka engkau seharusnya tahu apa hak-hak yang sang suami dapat klaim.”* Mu’adh menanggapi: “Celakalah engkau! Ketika engkau mendatangi suamimu dan mengamati bahwa darah dan kotoran mengalir dari hidungnya, dan engkau kemudian menghisapnya sehingga berhenti, bahkan saat itu engkau belum melakukan semua untuknya yang seharusnya engkau lakukan.”

* Kedudukan hukum dari seorang Muslim terhadap istri-istrinya adalah menyeluruh di dalam Islam. Dia mengatur mereka dan memiliki hak untuk mendisiplinkan mereka dengan hukuman fisik begitu dia memiliki impresi bahwa mereka memberontak terhadap dia. Sebaliknya, istri-istrinya memiliki tanggung jawab total untuk melayani dia.
Paulus, berlawanan dengan ini, mendeskripsikan misteri dari sebuah pernikahan yang bahagia yaitu kasih dan kerendahan hati Kristus. Sebagaimana seorang Kristen menundukkan diri kepada Yesus dengan kehendak bebasnya sendiri, dengan jalan yang sama seorang istri tunduk kepada suaminya. Dan seperti Kristus mengasihi gerejanya dan memberikan Diri-Nya untuk hal itu, demikian juga seorang suami harus mengasihi istrinya dan mempraktekkan pengorbanan-diri bagi keluarganya.
Di dalam pernikahan Kristen kekuasaan dan kekerasan tidak boleh bertahta, tetapi roh kasih, pelayanan, dan saling ketergantungan. Bila di dalam pernikahan seorang suami mempraktekkan kekerasan terhadap istrinya, dia berlaku berlawanan dengan Roh Yesus (Efesus 5:21-33)

10.03.14 -- Konversi dari Gubernur Mu’an

Farwa ibn Amr ibn al-Nafira mengirim seorang utusan kepada Muhammad untuk menginformasikan kepadanya mengenai konversinya dan memberikan kepadanya seekor bagal putih. Farwa adalah gubernur Bizantium dari Mu’an dan atas wilayah Arab dari Suriah. Ketika orang Bizantium mendengar tentang konversinya mereka menangkapnya dan melemparkannya ke dalam penjara. Ketika mereka kemudian bertekad untuk menyalibkan dia di samping air di Afra di Palestina, Farwa mengarang yang berikut:

Sudahkah Salma mendengar bahwa yang dikasihinya / berada di air di Afra duduk di atas seekor unta, / seekor unta yang ibunya tidak pernah dinaiki oleh kuda jantan, / cabangnya dicukur dengan sabit?

Menurut Zuhri dia melafalkan yang berikut ketika mereka membawanya pergi untuk dipancung dan disalib:

Umumkan kepada para pemimpin orang beriman, / bahwa saya menyerahkan diriku kepada Tuhan, / tulang , tubuh dan seluruh keberadaanku.*
* Jika informasi ini benar, maka bupati Arab telah dibuka kedoknya sebagai mata-mata Muhammad oleh Bizantium dan dieksekusi. Permusuhan antara Islam dan Kristen tumbuh. Tidak ada lagi ruang untuk berdialog, karena kaum Muslim terpaku pada penaklukan dan kemenangan.

10.03.15 -- Konversi dari Bani al-Harith ibn Kab sang Kristen (Juli sampai September 631 M)

Pada bulan Rabiul akhir (bulan keempat) atau Jumadil awal (bulan kelima) Muhammad mengirim Khalid ibn Walid kepada Bani al-Harith ibn Ka‘b in Najran* dan memerintahkan kepadanya untuk memanggil mereka kepada Islam dalam waktu tiga hari. Hanya jika mereka tidak mendengarkan dia maka dia boleh menyerang mereka. Ketika Khalid mendatangi mereka, dia mengirim pengendara-pengendara dari berbagai arah untuk memanggil mereka kepada Islam. Mereka berteriak: “Wahai orang-orang, berpindahlah (kepada Islam) dan engkau akan diampuni!”** Orang-orang mendengar panggilan tersebut dan berpindah agama. Khalid tinggal bersama mereka untuk mengajarkan Islam, kitab Allah dan kebiasaan-kebiasaan sang nabi kepada mereka, seperti yang Muhammad telah perintahkan bila mereka berpindah keyakinan dan tidak lagi berperang. Khalid kemudian menulis kepada Muhammad: “Dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang. Kepada Muhammad, sang nabi dan Rasulullah, dari Khalid ibn Walid. Kiranya damai bersamamu, Rasulullah! Kasih sayang dan berkat Allah bersamamu! Aku memujimu, Allah, yang satu-satunya. Wahai Rasulullah, yang kepadanya Allah menunjukkan kasihnya, engkau mengirim aku kepada Bani al-Harith dan memerintahkan kepadaku untuk tidak memerangi mereka selama tiga hari, tetapi memanggil mereka kepada Islam, dan untuk melihat mereka sebagai orang-orang percaya jika mereka mengikuti panggilan, dan untuk menginstruksikan mereka di dalam pengajaran Islam, kitab Allah dan kebiasaan-kebiasaan sang nabi, namun untuk memerangi mereka jika mereka tidak menerima Islam. Sekarang aku memiliki, sesuai dengan perintah dari Rasulullah, memanggil mereka kepada Islam selama tiga hari, mengirim keluar pengendara-pengendara yang berteriak: ‘Wahai kalian Bani al-Harith! Terimalah Islam, maka kalian akan diampuni!’ Mereka berpindah keyakinan (kepada Islam) dan tidak berperang. Sekarang saya tinggal bersama mereka dan menginstruksikan mereka di dalam hukum-hukum Islam dan kebiasaan-kebiasaan sang nabi, sambil waktunya Rasulullah menulis kepadaku. Kiranya damai bersamamu, Rasulullah! Kasih sayang dan berkat dari Allah bersamamu!”

* “Najran”, area permukiman Bani al-Harith ibn Ka’b yang Kristen, terletak sekitar 640 km tenggara dari Mekah, di bagian utara dari Yaman.
** Konversi yang dipaksa kepada Islam, dimotivasi oleh penyelamatan-diri, semakin menjadi prinsip di balik penyebaran Islam.

Muhammad menjawab dan menulis kepadanya: “Di dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang, dari Muhammad, sang nabi dan Rasulullah, kepada Khalid ibn Walid. Kiranya damai bersamamu! Aku memuji Allah, yang satu-satunya, untukmu. Suratmu telah datang kepadaku melalui kurirmu, yang mana engkau melaporkan kepadaku bahwa Bani al-Harith telah berpindah keyakinan sebelum engkau harus memerangi mereka, bahwa mereka mendengarkan panggilan kepada Islam dan mengakui bahwa tidak ada Allah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah pembantunya dan utusannya dan bahwa Allah telah memandu mereka. Nyatakanlah damai kepada mereka, tegurlah mereka dan kembalilah dari mereka dengan perwakilan! Kiranya damai bersamamu dan berkat dan kasih sayang Allah!”

Khalid lalu kembali kepada Muhammad. Bersamanya ada delegasi dari Bani al-Harith: Qays ibn al-Husayn Dhu al-Ghusa, Yazid ibn Abd al-Madan, Yazid ibn al-Muhajjal, Abd Allah ibn Qurad al-Ziyadi, Shaddad ibn Abd Allah al-Qanani dan Amr ibn Abd Allah al-Dibabi. Ketika Muhammad melihat mereka datang, dia bertanya: “Siapakah orang-orang ini yang kelihatan seperti orang India?”* Dia menerima jawaban: “Mereka adalah Bani al-Harith ibn Ka’b” Ketika mereka berdiri di hadapan Muhammad, mereka menyapanya dan berkata: “Kami mengakui bahwa engkau adalah Rasulullah dan bahwa tidak ada Allah selain Allah.” Muhammad menanggapi: “Dan aku mengakui bahwa tidak ada Allah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah.” Muhammad lalu bertanya: “Apakah Anda orang-orang yang begitu sering didorong mundur dan terus maju?” Orang-orang tetap diam dan tidak ada yang menjawab. Bahkan ketika ia mengulang pertanyaan ini dua kali tidak ada yang menjawab. Hanya ketika dia bertanya keempat kalinya Yazid ibn Abd al-Madan berkata: “Ya, Rasulullah, kami adalah mereka yang ketika kami didorong mundur kembali terus maju.” Dia mengulang ini empat kali. Muhammad berkata: “Jika Khalid tidak menulis kepadaku bahwa engkau telah menjadi penganut Islam tanpa peperangan, aku akan melemparkan kepalamu di bawah kakimu.” Yazid lalu berkata: “Tetapi, demi Allah, kami tidak bisa berterima kasih kepadamu ataupun Khalid untuk hal ini.” Muhammad menjawab: “Lalu kepada siapakah engkau harus berterima kasih untuk ini?” Yazid menjawab: “Kami memuji Allah, yang mengarahkan kami melalui engkau, Rasulullah.” Muhammad berkata: “Engkau telah berkata dengan jujur!” Dia lalu bertanya kepada mereka: “Dengan cara apa engkau menaklukkan orang-orang kafir, mereka yang berperang melawan engkau? Mereka menjawab: “Kami mengalahkan mereka melalu kesatuan kita. Kami tidak pernah menjadi terpecah dan tidak satu orangpun dari kami yang pernah melakukan suatu aksi kekerasan.” Muhammad berkata: “Engkau telah berbicara dengan benar!” Dia lalu menunjuka Qays ibn al-Husayn menjadi pemimpin atas Bani al-Harith, dan kemudian delegasi mereka kembali pada akhir bulan Syawal (bulan kesepuluh) atau awal dari Zulkaidah (bulan kesebelas, yaitu bulan Februari 632 M) kepada rakyat mereka sendiri. Tidak sampai empat bulan kemudian Muhammad meninggal. Kiranya Allah menunjukkan belas kasihan kepadanya dan memberkati dia!

* Pesisir selatan dari Semenanjung Arabia terletak lebih dekat ke India daripada ke Mediterania. Budaya India telah bercampur di sana dengan Semitik.

10.03.16 -- Bagaimana Muhammad Mengirim Amr ibn Hazm kepada Mereka

Mengikuti keberangkatan dari delegasi itu, Muhammad mengirim Amr ibn Hazm kepada Bani al-Harith, dengan tujuan untuk menginstruksikan mereka di dalam hukum-hukum, kebiasaan-kebiasaan dan pengajaran Islam, dan untuk mengambil tanda terima atas pajak keagamaan (jizya). Dia juga memberikan kepada mereka tulisan berikut, yang berisi persyaratan-persyaratan dan perintah-perintahnya:

“Di dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang. Ini adalah aturan dari Allah dan Rasul-Nya.* Wahai engkau yang percaya, penuhilah kesepakatannya! Ini adalah sebuah mandar dari Muhammad, sang nabi dan Rasulullah, kepada Amr ibn Hazm, ketika dia mengirimnya ke Yaman. Dia memerintahkan Amr untuk takut kepada Allah di dalam segala hal, karena Allah bersama mereka yang takut kepada-Nya dan berbuat baik. Dia memerintahkan Amr untuk bertindak tegak, seperti perintah Allah. Dia harus mengumumkan kabar baik kepada orang-orang dan menanamkan apa yang baik kepada mereka. Dia harus mengajarkan orang-orang tentang Al-Quran dan menjelaskan hukum-hukumnya, juga untuk menjaga mereka tidak menyentuh Al-Quran ketika mereka masih najis. Dia harus mendeklarasikan kepada mereka apa yang mereka dapat harapkan dan apa yang mereka diharuskan lakukan. Dia harus memperlakukan mereka dengan baik ketika mereka berbuat baik dan dengan keras ketika mereka berbuat salah, karena Allah menghina yang salah dan melarangnya yang di dalamnya dikatakan: “… Tentunya kutukan Allah akan turun atas para pembuat kejahatan!’ (Surah Hud 11:18). Dia harus menyampaikan kepada orang-orang tentang Firdaus dan tanda-tandanya yang ajaib dan mengancam dengan Neraka dan semua konsekuensinya, dan untuk menyibukkan dirinya dengan orang-orang sampai mereka diinstruksikan di dalam iman dan mengetahui syarat-syarat dan kebiasaan-kebiasaan berziarah, yang lebih besar dan yang lebih kecil. Dia harus melarang seseorang untuk memakai pakaian orang lain yang lebih kecil untuk shalat, jika mereka tidak dapat membungkus kedua ujungnya di sekeliling pundak mereka. Juga, tidak ada seorangpun boleh mengenakan pakaian orang lain jika pakaian itu tidak menutupi area kemaluannya. Lebih lanjut lagi, melarang para pria untuk membiarkan rambutnya bergantung pada leher mereka dengan kepangan, dan juga untuk berteriak minta tolong kepada suku atau klan mereka jika mereka menemukan diri mereka dalam kegaduhan. Mereka harus memanggil satu-satunya Allah, yang tidak memiliki sekutu. Siapapun yang memanggil suku atau klannya untuk pertolongan harus disakiti dengan pedang sampai ia berteriak kepada Allah.

* Siapapun yang berhati-hati membaca surat dari Muhammad ini akan menemukan di dalamnya tanggung jawab, perintah, hukum dan tatacara di dalam perjanjian, yang semuanya harus diikuti oleh Muslim. Tetapi di dalam semua ini tidak ada satu halpun yang menyebutkan apa yang Allah akan lakukan untuk mereka.
Islam tetap, dengan sistem pembenaran oleh perbuatan, pada level sebuah agama yang legalistik. Ia bukanlah agama kasih karunia dan penebusan, yang mana Allah yang telah melakukan segalanya, dan daripadanya satu-satunya ekspektasi dari pengikut-pengikut Kristus adalah untuk menerima keselamatan-Nya dengan iman dan untuk dengan sukarela mematuhi karena rasa syukur.
Jika semua pembuat kejahatan, yang berdiri di bawah kutuk Allah, akan dihancurkan, siapa yang akan tetap dapat diselamatkan? Tidak ada orang yang benar di hadapan Allah; kita semua adalah pelanggar-pelanggar dari hukum. Oleh karena itu Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang (Lukas 19:10). Dengan kematiannya yang mewakili Dia membuat pembenaran karena kasih karunia tersedia bagi semua pendosa, yang adalah satu-satunya hal yang memiliki validitas di hadapan Allah.

Dia juga harus memerintahkan orang-orang untuk membersihkan diri mereka sama sekali sebelum shalat, muka, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Mereka juga harus mengelap kepala mereka, seperti diperintahkan Allah. mereka harus melaksanakan shalat pada jam-jam tertentu dan sepenuhnya bersujud dan merendahkan diri mereka, yaitu, ketika pagi merekah, ketika matahari tengah hari mulai bersandar ke arah barat, pada sore hari ketika matahari sedang menurun, pada malam hari, ketika senja mendekat, dan sebelum bintang-bintang dapat terlihat, dan pada bagian pertama dari malam hari.* Seorang juga harus menghadiri shalat Jumat ketika dikumandangkan, dan seorang harus pertama-tama membersihkan diri sebelum shalat. Muhammad lebih lanjut memerintahkannya untuk mengambil seperlima dari barang rampasan bagi Allah, juga untuk pajak-pajak; sepersepuluh dari hasil yang diairi oleh mata air atau air hujan, dan setengah dari tempat-tempat di mana air harus dibawa; dari sepuluh unta, dua domba; dari dua puluh, empat; dari empat puluh ternak satu sapi; dari tiga puluh seorang anak sapi; dari empat puluh domba yang merumput, satu domba. Itu adalah ketetapa dari Allah mengenai pajak keagamaan dari orang percaya. Siapapun yang melakukan melebihi ini, melakukannya untuk kesejahteraannya sendiri.

* Kelima waktu shalat telah diakui pada hari-hari awal Islam sebagai sebuah tugas yang sah. Shalat-shalat ini mengijinkan Muslim untuk tidak memiliki wacana pribadi dengan Allah, tetapi lebih berisi sebuah liturgi sederhana, satu yang begitu sederhana bahkan ia dapat dilafalkan dan dipraktekkan oleh mereka yang buta huruf. Kebanyakan kata-kata yang terdapat di dalamnya berfungsi sebagai penyembahan dan pemuliaan Allah. Jika orang-orang Kristen tidak memikirkan kembali dan memperbaharui pemikiran mereka dan lebih secara sadar dan dengan intensif memuji Bapa, Anak dan Roh Kudus, membawa semua pertanyaan dan permasalahan mereka secara terbuka di hadapan-Nya, mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan Islam.

Orang Yahudi dan Kristen yang dengan sukarela dan motivasi yang murni berpindah keyakinan kepada Islam dan bertingkah laku menurut iman harus diperlakukan sebagai orang beriman dengan segala manfaat dan kewajibannya. Siapapun yang tetap di dalam Yudaisme dan ke-Kristenan tidak dibuat untuk murtad. Tetapi ambillah dari setiap orang dewasa, baik orang merdeka ataupun budak, pria atau wanita, sebuah dinar penuh atau nilainya dalam bentuk pakaian.* Siapapun yang membayar pajak ini menikmati perlindungan Allah dan Rasulnya. Seorang yang menolak adalah musuh Allah, rasulnya, dan semua orang percaya. Kiranya rahmat Allah beserta Muhammad! Damai, kasih sayang dan berkat beserta dia!”

* Pada saat itu sebuah dinar dapat disamakan dengan nilai yang besar, yang harus dibayarkan oleh orang setiap Kristen dan setiap orang Yahudi setiap tahun. Dengan berjalannya waktu harganya juga secara terus menerus meningkat, sehingga orang Kristen dan Yahudi menjadi miskin dan Muslim menjadi kaya.

10.03.17 -- Kedatangan Delegasi dari Hamdan*

Di antara delegasi dari Hamdan yang mendatangi Muhammad adalah Malik ibn Namat, Abu Thaur, Malik ibn Aifa’, Dimam ibn Malik al-Salmani dan ‘Amira ibn Malik al-Khaarifiy. Mereka mendatangi Muhammad ketika mereka kembali dari Tabuk. Mereka pendek, berpakaian bergaris dan turban dari Aden dan memiliki pelana yang terbuat dari jerami jagung pada unta-unta mereka dari Mahra dan Arhab (dua suku dari Yaman). Malik ibn Namat melafalkan:

Suku Hamdan adalah yang terbaik di antara bangsa, / dan pangeran-pangeran mereka mencari yang seperti mereka di dunia. / Tempat tinggalnya adalah benteng yang kokoh / dan darinya pahlawan-pahlawan telah muncul. / Di sana pangeran-pangerannya duduk di atas tahta, / dan di sana mereka menemukan kenikmatan hidup yang terbesar.
* Suku Bani Hamdan tinggal di bagian timur Yaman, pada perbatasan dengan gurun Rub’ al-Khali, sekitar 850 km tenggara Mekah.

Malik ibn Namat berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah! Para kepala dari suku Hamdan yang menetap dan mengembara mendatangimu dengan menggunakan unta-unta yang muda dan cepat, untuk memahami pelipatan Islam, agar mereka sama sekali tidak menyinggung Allah. Mereka datang dari wilayah-wilayah Kharif*, Yam dan Shakir (dua suku Yaman yang lain) dan adalah orang-orang ketuanan dan bimbingan. Mereka telah mematuhi panggilan dari Rasulullah dan meninggalkan berhala-berhala dan kuil-kuil mereka. Mereka tidak melanggar ucapan mereka, sepanjang (gunung) La’la berdiri dan rusa berlarian pada bumi yang lembut.”

* Wilayahnya di sekitar San’aa hari ini, ibu kota Yaman.

Muhammad memberikan kepada mereka tulisan berikut:* “Di dalam nama Allah, yang Pengasih, yang Penyayang. Ini adalah sebuah tulisan dari Muhammad, Rasulullah, kepada para penghuni dari wilayah Kharif, dan suku-suku yang berkemah dekat Gunung Hadb dan dekat dengan bukit berpasir, dikirimkan melalui delegasi mereka Dhu al-Mish’aar Malik ibn Namat. Ini juga berlaku untuk anggota suku yang telah berpindah keyakinan kepada Islam bersamanya. Mereka tetap menjadi pemilik dari dataran tinggi dan rendah mereka, selama mereka melaksanakan shalat dan memberikan sedekah. Mereka harus menikmati makanan mereka dan memimpin hewan-hewan mereka ke tanah yang berumput. Untuk hal itu mereka memiliki janji Allah dan perlindungan dari rasulnya. Para Emigran dan Penolong Sahabat adalah saksi-saksi.”

* Surat-surat ini adalah surat-surat perlindungan, kontrak dan persetujuan yang dilakukan antara Muhammad dan suku-suku Arab secara individu. Surat-surat tersebut hanya sah selama Muhammad hidup. Belakangan surat-surat tersebut dibatalkan dan digantikan dengan yang baru.

10.03.18 -- Si Pembohong Musaylima al-Hanafi dari Yamama (Dekat Bahrain) dan al-Aswad al-‘Ansi dari San‘aa (Yaman)

Pada masa hidup Muhammad ada dua orang pembohong, Musaylima ibn Habib berbicara kepada Bani Hanifa di Yamama dan al-Aswad ibn Ka‘b al-‘Ansi di San‘aa, dua pembohong. Ini adalah klaim yang dapat dipercaya bahwa Muhammad pernah berkata dari mimbar mengenai kedua pria ini: “Wahai kalian orang-orang! Aku telah melihat malam predestinasi dan melupakannya lagi. Aku kemudian melihat pada tanganku dua buah cincin emas, tetapi mereka tidak menyenangkanku. Aku meniup mereka dan mereka terbang pergi, dan aku mengerti mereka sebagai dua orang pembohong dari Yaman dan Yamama.” Muhammad kemudian menambahkan: “Waktu untuk kebangkitan tidak akan tiba sebelum tiga puluh antikristus* bangkit, menyatakan diri mereka sebagai nabi.”

* Menarik bahwa Muhammad menerima pribadi Antikristus dari Injil dan memberinya sebuah interpretasi baru. Dia memperingati pengikutnya di awal mengenai tiga puluh mesias palsu dan nabi-nabi anti-Islam. (Matius 24:5; 1 Yohanes 2:18, 22-2, 4:1-3).

10.03.19 -- Pengiriman Emir dan Komisaris untuk Pengumpulan dari Pajak Keagamaan

Muhammad mengirim emir dan gubernur ke setiap wilayah dari Semenanjung Arabia yang telah tunduk di bawah Islam untuk mengumpulkan pajak keagamaan. Dia mengirim Muhajir ibn Abi Umaiya ke San‘aa, namun al-‘Ansi, yang ada di sana, menjadi marah padanya. Sebagai tambahan, dia mengirim Ziyad ibn Labid, sang Penolong, ke Hadramawt, untuk mengumpulkan pajak. Dia mengirim ‘Adi ibn Hatim ke Tayyi’ dan ke Bani Asad, Malik ibn Nuwaira ke Bani Handhala. Untuk meminta pajak dari Bani Sa’d, dia mengutus dua orang dari antara mereka. Dia mengirim Zibriqan ibn Badr ke satu bagian dan Qays ibn Asim ke bagian lain. Dia mengirim Ala ibn al-Hadrami ke Bahrain dan Ali ke Najran, untuk memungut pajak keagamaan dan membawakan dia jizya.*

* Mengumpulkan pajak di sebuah wilayah yang sebesar ukuran antara Madrid dan Warsawa hanya dimungkinkan melalui sebuah organisasi yang dibangun atas kepercayaan para komisaris.

10.03.20 -- Tulisan Musaylima*

Musaylima ibn Habib menulis kepada Muhammad: “Dari Musaylima, utusan Allah, kepada Muhammad, Rasulullah. Kiranya damai bersamamu! Ketahuilah kemudian bahwa, sebagai pendampingmu, aku mempercayakanmu dengan otoritas. Setengah dunia adalah milik kita dan setengah yang lain milik suku Quraisy; tetapi mereka adalah pembuat kejatahan.” Dua utusan membawa kepada Muhammad tulisan ini. Setelah Muhammad telah membaca suratnya, dia bertanya kepada para kurir: “Dan apa pendapat kalian tentang surat ini?” Mereka menjawab: “Kami berbicara seperti dia.” Muhammad kemudian berkata: “Jika pewarta tidak tak tersentuh, aku akan memenggal kepala kalian!” Dia lalu menulis kepada Musaylima: “Di dalam nama Allah, yang pengasih, yang Penyayang. Dari Muhammad, Rasulullah kepada Musaylima, si pembohong: Kiranya damai bersama dia yang mengikuti petunjuk. Bumi milik Allah! Dia memberikannya sebagai warisan kepada pembantu-pembantu-Nya, kepada siapa yang Dia pilih.** Kepada yang takut allah akan mendapatkan hasil yang baik.” Ini adalah pada akhir tahun kesepuluh setelah Hijrah.

* Musaylima adalah milik Bani Hanifa, yang tinggal dekat Bahrain, sekitar 1100 km timur dari Medinah.
** Di sini Muhammad seharusnya memaksudkan dirinya sendiri. Tetapi bukan kepadanya namun kepada Yesus Kristus bahwa Allah memberikan dunia (Lihat Mazmur 2 dan 110, Matius 28:18, Yohanes 17:2 dan Ibrani 1:1-14). Semua kuasa dan otoritas telah diberikan kepada-Nya di surga dan di bumi. Anggapan yang luar biasa pada bagian Muhammad! Lebih dan lebih dia mengerti Islamnya adalah mencakup semua kuasa duniawi.

10.04 -- Tes

Pembaca yang budiman,
Jika anda telah dengan teliti mempelajari volume ini, anda akan dengan mudah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Siapa saja yang mampu menjawab 90% pertanyaan dari 11 volume dari seri ini akan menerima sebuah sertifikat penghargaan tertulis dari pusat kami tentang:

Studi Lanjutan
mengenai kehidupan Muhammad di bawah terang Injil

- sebagai sebuah penyemangat untuk pelayanan bagi Kristus di masa depan.

  1. Mengapa Muhammad menyatakan tujuan sebenarnya ketika dia memerintahkan persiapan untuk dibuat bagi kampanye militer melawan Tabuk?
  2. Mengapa Muhammad menghancurkan sebuah masjid pada saat kembalinya dari Tabuk?
  3. Bagaimana Muhammad menghajar Muslim yang telah tinggal di belakang di Medinah untuk menghindari tertarik ke dalam peperangan?
  4. Bagaimana dan mengapa berhala-berhala di Ta’if dihancurkan?
  5. Apa tujuan Muhammad memberikan kelonggaran selama empat bulan suci? Apa perintah Allah yang harus dilakukan oleh Muslim setelah kedaluwarsa keempat bulan ini?
  6. Apakah kontes penyair itu?
  7. Bagaimana konversi kepada Islam dari Jarud sang Kristen terjadi?
  8. Dari bagian-bagian Arabia mana Muhammad menerima delegasi-delegasi?
  9. Mengapa suku Kriten Bani al-Harith berpindah kepada Islam?
  10. Klaim apa yang Musaylima ajukan dekat Bahrain dan al-Aswad di Yaman ketika mereka muncul?
  11. Apa tujuan Muhammad mengirim emir dan komisaris kepada suku-suku sekutu di Arabia?

Setiap peserta yang mengambil bagian dalam tes ini diijinkan untuk memanfaatkan buku yang tersedia atapun bertanya kepada orang yang ia percaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Kami menantikan jawaban tertulis anda, termasuk alamat lengkap Anda pada selembar kertas atau e-mail. Kami berdoa kepada Yesus, Tuhan yang hidup, bagi Anda, bahwa Ia akan memanggil, memimpin, menguatkan, memelihara dan menyertai anda setiap hari dalam kehidupan anda!

Dalam persatuan dengan Anda dalam pelayanan untuk Yesus,
Abd al-Masih dan Salam Falaki.

Kirimkanlah jawaban Anda ke:
GRACE AND TRUTH
POBox 1806
70708 Fellbach
Germany

Atau melalui e-mail ke:
info@grace-and-truth.net

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on October 21, 2020, at 01:10 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)