Grace and TruthThis website is under construction ! |
|
Home Afrikaans |
Home -- Indonesian -- 18-Bible and Qur'an Series -- 026 (Alleged Contradictions in the Bible)
Previous Chapter -- Next Chapter 18. Seri Alkitab dan Al-Quran
BUKLET 3 - Sejarah Tekstual Al-Qur’an dan Alkitab
(Sebuah Jawaban terhadap Buklet Amad Deedat: Apakah Alkitab adalah Firman Allah?)
Sebuah Studi tentang Al-Qur'an dan Alkitab
8. Dugaan Kontradiksi dalam AlkitabDeedat memulai bab ketujuhnya “Uji Keasaman” (“The Acid Test”) dengan menyatakan bahwa ada kontradiksi antara 2 Samuel 24:1, di mana kita membaca bahwa Tuhan menggerakkan Daud untuk menghitung jumlah orang Israel, dan 1 Tawarikh 21:1, yang mengatakan bahwa Iblislah yang menghasutnya untuk melakukan hal itu. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Alkitab dan Al-Qur'an akan segera melihat bahwa Deedat tidak menunjukkan apa-apa selain dari pengertiannya yang sangat tidak memadai tentang ciri khas teologi kedua kitab tersebut. Di dalam Al-Qur'an sendiri kita dapati ayat-ayat yang serupa yang menjelaskan banyak hal mengenai masalah ini: Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya kami telah menempatkan setan-setan pada orang-orang kafir untuk membingungkan mereka dengan kebingungan? (Surah Maryam 19:83)
Di sini kita membaca bahwa Allah menempatkan setan-setan kepada orang-orang kafir. Oleh karena itu, meskipun Allah yang menggerakkan mereka menuju kebingungan, Dia memakai setan-setan untuk memprovokasi mereka ke arah itu. Dengan cara yang persis sama, Allahlah yang bergerak melawan Daud dan memakai setan untuk memprovokasi Daud untuk menghitung jumlah orang Israel. Demikian juga dalam Kitab Ayub dalam Alkitab kita membaca bahwa Iblis diberi kuasa atas Ayub (Ayyub dalam Al-Qur'an) untuk menindasnya (Ayub 1:12), namun kemudian Allah berfirman seolah-olah Iblislah yang digerakkan untuk melawan Ayub (Ayub 2:3). Setiap kali Iblis memprovokasi manusia, tindakan tersebut secara tidak langsung juga dapat digambarkan sebagai gerakan Allah karena tanpa izin-Nya, Iblis tidak akan dapat mencapai apa-apa. Kutipan dari tafsir Zamakshari pada Surah 2:7 (Allah telah mengunci mati pendengaran dan hati mereka) seharusnya cukup untuk menjadi kata terakhir dalam masalah ini: Pada kenyataannya, Iblis atau orang yang tidak percayalah yang telah mengunci hati. Namun, karena Allah yang telah mengaruniakan kepadanya kemampuan dan kemungkinan untuk melakukannya, maka penguncian itu dianggap berasal dari Allah dalam arti yang sama dengan tindakan yang telah ia lakukan. (Gätje, The Qur'an and its Exegesis, halaman 223).
Tampaknya para pemula seperti Deedat harus belajar teologia Qur'an dari para sarjana terkenal seperti Zamakshari sebelum mengekspos diri mereka sendiri untuk ditertawakan melalui serangan-serangan yang tidak beralasan terhadap Alkitab. Pendapat Deedat selanjutnya mengenai tiga atau tujuh tahun malapetaka dalam 2 Samuel 24:13 dan 1 Tawarikh 21:11 serta perbedaan-perbedaan lain yang serupa, semuanya dianggap sebagai kesalahan-kesalahan kecil dalam penyalinan, di mana para ahli kitab salah mengartikan satu angka dengan angka yang lain. Sebagai contoh, dalam bahasa Ibrani satu kata yang sangat kecil digunakan untuk 2000 dalam 1 Raja-raja 7:26 dan kata ini sangat mirip dengan angka 3000 yang terdapat dalam 2 Tawarikh 4:5 (lihat Deedat, Is the Bible God's Word?, hal. 42). Bagi orang yang obyektif, jelaslah bahwa juru tulis dalam kasus yang terakhir ini salah mengartikan 2000 sebagai 3000. Dalam semua kasus yang dikemukakan oleh Deedat, kita mendapati kesalahan-kesalahan kecil dari penyalin yang dapat dengan mudah dikenali, dan bukan merupakan pertentangan-pertentangan dalam arti yang sebenarnya, seperti yang dikatakan oleh Deedat. Tidak ada seorangpun yang pernah menunjukkan kepada kita apa pengaruh kesalahan-kesalahan yang tidak berarti ini terhadap isi Alkitab secara keseluruhan. Kita dapat dengan mudah menuduh bahwa ada kontradiksi yang nyata dalam Al-Qur'an di mana satu hari bersama Allah digambarkan sebagai “seribu tahun” dalam perhitungan kita (Surah al-Sajdah 32:5), sementara dalam Surah sebelumnya, satu hari seperti itu digambarkan sebagai “lima puluh ribu tahun” (Surah al-Ma'arij 70:4). Daripada mempermasalahkan fakta bahwa 2 Tawarikh 9:25 berbicara tentang empat ribu tahun, sedangkan 1 Raja-raja 4:26 berbicara tentang empat puluh ribu tahun, yang ia gambarkan sebagai suatu “perbedaan yang mencengangkan (sic!) sebesar 36.000” (Is the Bible God's Word?, halaman 44), lebih baik Deedat menjelaskan suatu perbedaan yang lebih mencengangkan lagi, yaitu “49.000” tahun yang secara keseluruhan telah lenyap dari perhitungan satu hari di hadapan Allah di dalam Al-Qur'an. |