KESIMPULAN (Memahami Ummah Islam)
Islam menekankan pentingnya kelompok di atas individu. Al-Qur'an memberi tahu umat Muslim:
Hal ini ditekankan berulang-ulang dalam Al-Qur'an dan dalam semua ajaran Muhammad. Dengan demikian umat Muslim mengakui diri mereka sebagai anggota dari satu kelompok, yang menurut Al-Qur'an adalah komunitas Muslim, atau Ummah.
Ini mungkin menjelaskan mengapa kita menemukan seorang Muslim di Barat, yang belum pernah berada di luar negaranya, tidak berbicara bahasa lain, namun berbicara tentang Muslim di Cina atau Nigeria sebagai satu bangsa dengannya.
Ini mungkin kualitas persatuan dan solidaritas yang sangat terpuji, tetapi memiliki kelemahan. Terlepas dari seberapa berkomitmen seorang Muslim, di latar belakang pikiran setiap Muslim adalah perkataan Al-Qur'an:
Pertama dan terutama, mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari Ummah Muslim (Bangsa Muslim) yang utama dan unggul, dan identitas nasional mereka adalah hal sekunder bagi mereka. Itulah sebabnya dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat ratusan Muslim kelahiran barat dan terkadang orang-orang barat yang masuk Islam melakukan perjalanan melintasi ke bagian lain di dunia ini untuk bergabung dengan Muslim lain dalam perang melawan negara kelahiran mereka. Bagi setiap Muslim, kesetiaannya yang pertama adalah kepada Ummah dahulu, dan jika ada konflik antara apa yang dianggapnya sebagai Ummah dan negara asalnya, kesetiaannya harus kepada Ummah. Dan seperti identitas setiap kelompok, kebebasan individu dihilangkan. Apa pun yang dilakukan orang tersebut harus dilihat melalui lensa kelompok dengan kepentingan kelompok sebagai yang terpenting, dan harus memajukan agenda kelompok. Inilah sebabnya mengapa Anda akan menemukan di negara atau komunitas mayoritas Muslim di mana saja terdapat batasan yang sangat besar kepada kebebasan pribadi, karena bangsa adalah yang terpenting dan bukan individunya. Bahkan di masa awal dalam Islam, Al-Qur'an hanya memberikan perhatian yang kecil kepada pengikut Muhammad sebagai individu. Meskipun Muhammad memiliki lebih dari seratus ribu sahabat, kita menemukan hanya satu nama dari antara mereka di dalam Al-Qur'an (33:37). Sisa dari mereka diperlakukan sebagai satu kelompok bangsa. Jadi ketika kita berhadapan dengan umat Muslim, kita perlu mengakui bahwa umat Muslim melihat Islam sebagai entitas yang melampaui budaya, bahasa, lokasi geografis, negara, dan lain sebagainya. Seorang Muslim Mesir akan memprioritaskan hubungannya dengan seorang Muslim Indonesia yang tinggal di benua yang berbeda dan yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan yang belum pernah ia temui selama hidupnya daripada hubungannya dengan tetangga sebelah rumahnya yang adalah non-Muslim. Begitu pentingnya konsep ini dalam Islam sehingga ada seluruh bagian dalam studi Islam yang disebut al Wala' wa-l-Bara (yang secara harfiah berarti "kesetiaan dan penolakan") yang dikhususkan untuk topik ini.
Dengan demikian kita harus menyadari harga yang kita minta untuk dibayar umat Muslim dalam mengikuti Yesus. Mereka tidak hanya menghadapi kemungkinan yang besar atas penganiayaan eksternal, tetapi juga perasaan internal bahwa mereka melakukan pengkhianatan keluarga, budaya dan etnis terhadap orang-orang terdekat mereka dan adalah sebuah perubahan total dalam pemahaman mereka tentang diri dan identitas. Mereka telah menjalani seluruh kehidupan mereka dengan diberi tahu:
Mereka telah melihat seluruh dunia melalui lensa Al-Qur'an, dan menganggapnya sebagai dosa untuk menjalin hubungan dekat dengan non-Muslim. Al-Qur'an mengatakan:
Oleh karenanya, bagi seorang mantan Muslim untuk mengambil langkah dalam mengikuti Yesus itu jauh lebih sulit daripada yang kita bayangkan. Kabar baiknya, tentu saja, bahwa hidup bersama Yesus di dunia ini dan di dunia yang akan datang lebih berharga daripada pengorbanan pribadi apa pun. Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan, keuntungan terbesar yang kita miliki, satu-satunya yang dapat memberikan kita kedamaian di dalam diri kita juga di luar diri kita dan satu-satunya yang mampu memecahkan masalah manusia, yaitu bagaimana menjadi benar terhadap Allah. Tidak peduli sesulit apa pun, itu akan menjadi mudah karena penderitaan kita adalah pekerjaan Allah (Filipi 1:29). Dengan demikian bukan hanya tugas kita, sebagaimana diuraikan di awal buku ini, tetapi hak istimewa dan sukacita kita yang luar biasa untuk dipakai Tuhan untuk menjangkau orang-orang bagi-Nya.