Grace and Truth

This website is under construction !

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- 09. Comparisons -- 4.03 First Commandment: You Shall Have no Other Gods Before Me
This page in: -- Afrikaans -- Arabic? -- Armenian? -- Azeri? -- Bulgarian? -- Cebuano? -- Chinese -- English -- Farsi? -- French -- German -- Gujarati? -- Hebrew -- INDONESIAN -- Norwegian? -- Polish? -- Russian -- Serbian? -- Spanish? -- Tamil -- Turkish? -- Uzbek -- Yiddish? -- Yoruba

Previous part -- Next part

09. PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KEKRISTENAN
Perbandingan 4 - DASA TITAH

4.03 - TITAH PERTAMA: JANGAN ADA PADAMU ALLAH LAIN



"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku!" (Keluaran 20:3)


4.03.1 - Penyembahan Berhala di Jaman Ini

Kalau kita hidup di negara industri, kita tidak akan menemukan adanya orang yang menyembah berhala, baik yang terbuat dari kayu, batu atau bahkan emas. Namun kalau kita mengunjungi Asia atau Afrika kita pasti akan bertemu dengan banyak berhala yang dikelilingi oleh banyak orang yang menyembah mereka dengan ketakutan.

Dalam sebuah majalah di "India Airlines" ada sebuah gambar Durga, dewi perang, dengan enam tangan yang membunuh setiap musuh. Tengkorak manusia berserakan di sekitar Durga. Ia sangat perkasa di dalam peperangan, barangsiapa yang mendekatinya akan dibakar oleh api yang menyambar dari mulutnya. Dan ia tersenyum saat ia membunuh musuh-musuhnya.

Anda akan menemukan patung-patung gajah di India yang melambangkan dewa Ganahati. Dari waktu ke waktu, orang-orang Hindu meletakkan karangan bunga di sekitar patung-patung itu. Di perayaan-perayaan tertentu, karangan bunga akan menghiasi hiasan-hiasan berupa gajah terbuat dari plastik yang tingginya hampir seperti gedung dengan dua atau tiga lantai. Orang banyak mengikuti patung-patung itu menyusuri jalanan sampai kemudian mereka melemparkan patung-patung itu ke sungai atau ke laut dengan harapan bahwa penghasilan nelayan menjadi baik dan daerah itu akan dibebaskan dari banjir tahunan yang mengerikan.

Selama perayaan ribuan sapi dibawa ke kuil-kuil dan diperciki air suci agar tetap sehat. Kemudian tanduk mereka diwarnai dengan warna-warna yang mencolok sebagai tanda dari penyerahan diri.

Kalau kita mengunjungi Lembah Ladakh di dekat Pegunungan Himalaya atau pergi ke sebuah negara beragama Budha, anda akan melihat patung-patung Budha tersenyum berukuran besar, yang terbuat dari emas dan banyak orang bersujud di depannya dengan penuh penyembahan. Sepertiga umat manusia masih menyembah berhala dan dengan itu melanggar perintah yang pertama. Para penyembah berhala itu percaya kepada patung-patung itu dan kepada ajaran reinkarnasi. Banyak sekali orang di Afrika dan juga di Indonesia yang masih berada dalam belenggu rohani berupa adat yang demikian. Ada juga orang-orang lain yang menyembah leluhur mereka. Tetapi kalau mereka mengalami kuasa Yesus, mereka akan dibebaskan dari semua ketakutan akan roh-roh dan akan penyembahan berhala dan ramalan. Kemudian, mereka tidak lagi akan membutuhkan mantra sihir atau batu biru dan kemudian akan menolak berhala-berhala yang mati karena mereka akan dilindungi dari semua pengaruh roh jahat.

Bapa Surgawi kita membebaskan kita dari segala ketakutan, bahkan dari penindakan kuasa jin, dan membebaskan kita sepenuhnya dari semua pengaruh akibat sihir. Darah Yesus Kristus, Anak Allah, adalah perlindungan yang sempurna dari semua kuasa si jahat. Apa saja yang dituliskan atau diucapkan sebagai kutukan di dalam nama kuasa kegelapan terhadap mereka yang mengikuti Tuhan Yesus akan dihancurkan di dalam nama Tuhan. Ia tetaplah benteng yang teguh bagi semua yang datang kepada-Nya.


4.03.2 - Berhala-Berhala di Jaman Modern

Sayangnya, sebuah cara baru dalam penyembahan berhala menyusup ke negara-negara industri, dimana patung-patung sudah digantikan oleh mobil, televisi dan selebriti. Manusia bersandar kepada teknologi modern lebih daripada bersandar kepada Allah yang hidup. Ia masuk ke dalam mobilnya dan mengebut di atas aspal. Mobil sudah menjadi berhala bagi manusia jaman modern. Mereka mengendarainya dan menyerahkan diri kepada kekuatannya. Sebagaimana bangsa Israel menari-nari di sekeliling patung lembu emas, peradaban modern berkeliling di sekitar mobil model terbaru. Pemiliknya menabung dan berkorban untuk mobilnya; ia mencucinya, menyemirnya dan lebih banyak mendengarkan dengungan mesinnya daripada ia mendengarkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia memakai waktu dan uang yang banyak untuk mobilnya—lebih daripada yang dilakukannya untuk orang-orang miskin. Apakah manusia memang sudah menjadi budak teknologi modern? Begitu banyak orang yang membanjiri stadion hanya untuk menonton balap mobil dan pertandingan-pertandingan atletik. Tetapi sangat sedikit yang duduk di bangku gereja dan mengambil bagian dalam ibadah umum.

Yesus secara khusus memperingatkan kita terhadap cinta uang. Ia mengatakan, “Tidak ada yang bisa melayani Allah dan uang, karena ia akan mengasihi yang satu dan membenci yang lainnya, atau menolak Allah dan berpegang kepada uang.” “Karena akan segala kejahatan adalah cinta akan uang.” Sosialisme dan kapitalisme memiliki tujuan yang sama, karena sebagaimana kaum kapitalis itu kaya, kaum sosialis juga ingin menjadi kaya dengan memakai manipulasi dan kekerasan. Manusia menari-nari di sekitar patung lembu emas bahkan sampai di jaman ini. Jangan sesat, Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Tidak seorangpun yang bisa melayani Allah dan uang. Yesus tidak kaya tetapi ia puas. Ia dengan tegas memperingatkan para pengikut-Nya akan kekayaan, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat.” (1 Timotius 6:9; Matius 6:24; 19:24).

Namun, berhala yang dominan yang menguasa semua budaya dan agama adalah super-ego kita sendiri. Semua orang memiliki kecenderungan untuk berpikir bahwa dirinya yang paling baik, paling cantik dan paling penting di antara semuanya. Kalau mereka tidak sungguh-sungguh berpikir demikian, tanpa mereka sadari mereka tetap menginginkannya. Semua orang berpikir bahwa dirinya adalah pusat dari seluruh dunia. Seorang anak perempuan berusia tiga tahun pernah ditanya, “Nanti kalau besar engkau mau jadi apa?” “Sebuah patung!” jawabnya. “Mengapa?” “Supaya semua orang menengadah kalau mau melihat aku.” Kesombongan dan mementingkan diri sendiri sangat bertentangan dengan roh yang rendah hati dari Kristus. Yesus mengatakan, “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?” “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” “Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri? Janganlah mencarinya!” (Yohanes 5:44; Matius 11:29-30; 16:25-26; Yeremia 45:5).


4.03.3 - Mengalahkan Penyembahan Berhala

Mengapa larangan menyembah kepada allah lain selain Allah menjadi titah yang pertama? Karena memang kenyataannya, hanya ada satu Allah. Semua selebriti dunia ini hanya sementara. Hanya Allah saja yang kekal. Dia yang menciptakan kita, karena itu hanya bagi Dia sajalah kemuliaan dan keagungan. Dia sajalah pusat dari seluruh alam semesta. Sikap kita yang mementingkan diri sendiri harus dipatahkan setiap hari sampai kita sungguh-sungguh bertobat dan melayani dengan sukacita. Kita perlu meletakkan diri kita sepenuhnya di tangan Allah. Jangan menjadikan account bank, kesehatan atau talenta kita menjadi dasar bagi kehidupan kita.

Abraham sangat mengasihi Ishak, pewarisnya yang sah dan anak yang sudah lama dinantikan. Ia sangat dekat dengan anaknya sehingga seolah-olah anaknya menjadi lebih penting dibanding Allah. Kemudian Tuhan menguji hamba-Nya. Ia memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan anak laki-lakinya itu sebagai korban bakaran bagi-Nya. Abraham siap melakukannya meskipun hal itu nampaknya sangat tidak mungkin baginya, mempersembahkan anaknya sebagai korban dan memberikan kemuliaan hanya kepada Allah saja. Namun Allah menolak hal itu di saat-saat terakhir dan melarang Abraham menyembelih anak yang dijanjikan-Nya, dan menggantikannya dengan seekor domba. Dalam keadaan dimana ada peperangan batin ini, Allah yang dimuliakan ketika Abraham siap untuk dipisahkan dari anak laki-lakinya sendiri. Abraham membuktikan bahwa ia lebih mengasihi Tuhan dibandingkan dengan ia mengasihi anaknya sendiri.

Kita harus menguji diri kita sendiri dari waktu ke waktu dan melihat apakah ada berhala baik yang kecil maupun yang besar di antara kita dengan Tuhan. Mungkin hal itu berupa buku, perhiasan, foto, kenangan, hobi, kebiasaan, uang, rumah, dan sebagainya. Bahkan orang bisa saja kadangkala menawan hati kita.

Cobaan untuk penyembahan berhala dinyatakan juga ketika orang mendewakan pemimpin mereka. Seluruh bangsa terpesona oleh Napoleon, Ataturk, Hitler, Nasser, Khomeini dan orang-orang lain. Namun buku-buku dan kisah-kisah tentang mereka kemudian dibakar dan dihancurkan setelah mereka meninggal. Nabi Yeremia memberikan peringatan atas bahayanya manusia yang menyandarkan diri kepada pertolongan orang-orang lain. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN” (Yeremia 17:5).

Banyak orang sering mengidolakan bintang-bintang film dan juara-juara olahraga seakan-akan mereka adalah para dewa. Mereka terpukau oleh konser-konser musik dan menjadi histeris di dalam stadion besar. Kita harus sangat berhati-hati dalam hal ini. Kita tidak mengatakan bahwa melayani dan menghargai orang lain itu dosa. Tetapi merupakan perjinahan rohani kalau kita lebih mengasihi dan mempercayai seseorang lebih dari Allah. Bukankah Allah sudah terhubung dengan kita di dalam sebuah perjanjian yang kekal? Tidak heran Kristus menyebut adanya “angkatan yang jahat dan tidak setia,” karena mereka tidak mengasihi Allah dengan segenap hati mereka, sungguh-sungguh menghormati Dia dan percaya kepada-Nya saja.

Penyembahan berhala terwujud dalam berbagai bentuk di jaman ini sebagai akibat dari adanya kekosongan yang tercipta dengan menjauhkan diri dari Allah. Tuhan kita adalah Allah yang cemburu, dan Ia menghendaki untuk menjadi satu-satunya pemilik hati kita. Ia tidak puas hanya dengan sebagian atau bahkan sebagian besar dari kasih dan ketaatan kita kepada-Nya. Ia ingin menjadi pemilik diri kita sepenuhnya dan selamanya. Karena itu, penyembahan berhala baik dari jaman kuno maupun jaman modern ini harus dilenyapkan dari kehidupan kita, dan kita harus memperbaharui lagi komitmen kita kepada Bapa Surgawi kita. Tanyakan kepada diri kita, apakah berhala-berhala yang tersembunyi di dalam kehidupan kita, dan apa yang harus kita lakukan untuk menghancurkan semuanya itu sampai selamanya?


4.03.4 - Apakah Iman Kristen Bertentangan Dengan Titah yang Pertama?

Orang-orang Yahudi dan orang-orang Muslim bisa sepakat dalam hal penafsiran terhadap Dasa Titah sampai pada titik ini. Namun mereka menuduh orang-orang Kristen melanggar titah yang pertama dalam keyakinan Kristen. “Orang-orang Kristen sebenarnya adalah orang-orang kafir,” kata mereka, “karena kamu melanggar titah yang pertama dan yang paling utama. Orang-orang Kristen menghujat Allah dengan mengatakan bahwa ada tiga allah, dan bahwa salah satunya mati di kayu salib.” Orang-orang Yahudi dan orang-orang Muslim menuduh orang Kristen melakukan penghujatan karena percaya kepada kesatuan dari Tritunggal yang kudus.

Bagaimana Yesus sendiri menanggap tuduhan yang demikian? Yesus menghadapi serangan demikian setiap hari dari orang-orang yang keras hati. Yesus menegaskan tentang kesatuan-Nya dengan Allah secara sangat jelas, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Ia tidak pernah mengatakan, “Aku dan Bapa adalah Dua,” hanya satu! Setelah itu Ia mengatakan “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” Sebelum Ia ditangkap, Ia berdoa bagi para pengikut-Nya, “Jadikan mereka satu sebagaimana Engkau dan Aku adalah satu” (Yohanes Pembaptis 17:22). Perkataan itu menjadi kesaksian akan kesatuan Tritunggal yang kudus. Bentuk jamak di sini, dipahami sebagai tunggal. Yesus memberikan kesaksian akan kesatuan-Nya yang sempurna dengan Bapa. Kebenaran ini tidak bisa diukur secara matematika. “Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3). Ini adalah kebenaran kekal. Kalau kita tidak terbuka kepada roh Allah, kita tidak akan bisa memahami kenyataan-kenyataan rohani.

Yesus mengatakan, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yohanes 14:23). Yesus berjanji kepada para pengikut-Nya bahwa Roh Kudus akan berdiam di dalam kehidupan mereka. Pada saat yang sama, Ia meyakinkan mereka akan kesatuan-Nya yang sempurna dengan Bapa Surgawi, dan bahwa keduanya akan berdiam di dalam hati para pengikut-Nya.

Orang-orang Kristen tidak percaya kepada tiga allah yang saling terpisah, tetapi kepada satu Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dengan mengakui kesatuan Tritunggal, kita tidak melanggar hukum pertama, namun kita justru menggenapinya. Roh Allah sudah dicurahkan ke dalam hati kita dan sebagai hasil dari pendamaian kita dengan Allah di dalam kematian Yesus Kristus. Roh yang setia mendorong kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kita dan menguduskan nama Bapa-Nya. Kita juga percaya kepada Yesus dan mengasihi Dia dengan segenap hati kita karena, “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5). Kita harus memahami bahwa kesatuan dari Tritunggal yang Kudus itu tersembunyi bagi barangsiapa yang belum dilahirkan kembali dari Roh Kudus dan tidak berusaha untuk menemukan kebenaran yang mulia ini.

Al-Quran sebenarnya tidak melawan Tritunggal yang dipercayai oleh orang-orang Kristen. Namun, ia melawan Tritunggal ajaran kaum sektarian, yang juga dilawan serta diserang oleh semua gereja Kristen. Al-Quran berjuang melawan Ketritunggalan bapa, ibu, dan anak (Sura al-Maida 5:116). Al-Quran juga melawan keyakinan bahwa Allah adalah Yesus anak Maryam (Sura al-Maida 5:17,72) atau bahwa dia sebagai tokoh ketiga dari ketiganya (Sura al-Maida 5:73). Namun pemahaman yang tepat akan Tritunggal yang Kudus di dalam Alkitab adalah bahwa Allah adalah kesatuan yang inklusif, yang ada dalam kesatuan yang kekal, Tritunggal itu adalah Bapa yang berfirman melalui Sabda-Nya dan bekerja melalui Roh-Nya. Kita menolak Ketritunggalan biologis dari bapa, ibu dan anak, dan juga menolak pernyataan yang mengatakan bahwa Allah adalah Kristus, anak Maryam. Kita mengakui bahwa Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah Allah yang tunggal dan satu-satunya Allah.


4.03.5 - Apa yang Dijelaskan Perjanjian Lama mengenai Tritunggal?

Perjanjian Lama memberikan beberapa penyebutan yang sangat jelas mengenai kesatuan Allah di dalam Tritunggal yang Kudus. Bahkan Al-Quran sekalipun tidak bisa menyangkali hal itu.

Dalam Mazmur 2:7,12, kita membaca pernyataan Allah tentang Yesus seribu tahun sebelum Ia dilahirkan, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Ia juga memberikan peringatan kepada manusia, “Ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan.”

Yesaya 7:14 menegaskan, 700 tahun sebelum Yesus dilahirkan, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel [artinya: Allah beserta kita].”

Yesaya 9:5 memberikan janji yang sangat besar, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Pernyataan Ilahi di dalam Perjanjian Lama memberikan kesaksian akan keilahian Yesus dan kesatuan-Nya yang sempurna dengan Bapa.

Menurut 2 Samuel 7:12-14, Raja Daud diberi janji bahwa salah satu dari keturunannya, yang akan “anak kandungmu,” juga adalah Anak Allah. Sejak itu, nama lain dari Mesias atau Anak Daud adalah Anak Allah.

Dalam Mazmur 110:1 kita membaca, "Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Apakah ada dua tuan? Tidak! Namun, ayat-ayat itu menggambarkan adanya kesatuan yang sempurna antara Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Sejak awal, Allah sudah berbicara dalam bentuk jamak, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26).

Ini menunjukkan kepada kita bahwa kesaksian akan kesatuan Tritunggal yang Kudus bukanlah rekayasa seorang Kristen. Namun, itu adalah kebenaran yang dinyatakan ribuan tahun sebelum kelahiran Kristus. Siapa yang bisa melawan pernyataan Allah yang demikian?


4.03.6 - Penyebutan di dalam Al-Quran tentang Keilahian Kristus

Bukan hanya Kitab-Kitab Taurat, Mazmur dan para nabi yang menyaksikan tentang kesatuan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, tetapi Al-Quran juga menuliskan ayat-ayat yang mendukung kesaksian Kristen. Kalau semua orang Muslim mau membaca Al-Quran dengan pikiran yang terbuka, ia akan bisa diyakinkan oleh ayat-ayat yang menuliskan tentang kelahiran Yesus oleh Maria, sang anak dara. Yesus dilahirkan sebagai Kalimatullah tanpa ada campur tangan Ilahi. Allah menghembuskan Roh-Nya ke dalam diri Anak Dara Maria, dan karena itulah, Yesus dilahirkan (Surat al-Anbiya 21:91 dan al-Tahrim 66:12).

Surat Al Imran 3:45, al-Nisa 4:171 dan Maryam 19:43 secara khusus menegaskan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang berinkarnasi dan roh dari-Nya. Ayat-ayat itu adalah gaung Islami dari Injil tulisan Yohanes, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya” (Yohanes 1:14).

Dalam Surat al-Baqara 2:87,352 dan al-Maida 5:110, kita membaca bahwa Kristus dikuatkan oleh Roh Kudus sehingga Ia bisa mencipta seekor burung dari segumpal tanah liat dan menjadikannya hidup dengan menghembuskan nafas ke dalamnya. Ia menyembuhkan orang buta dan orang kusta dan menghidupkan orang mati dengan ijin Allah. Keserasian di dalam tindakan yang dilakukan Allah, Kristus dan Roh Kudus ini dengan jelas dinyatakan di dalam Al-Quran. Mengapa orang-orang Muslim memberontak melawan Allah dan Mesias-Nya?

Dalam Surat Maryam 19:21 kita bisa membaca, "Kami membuat Dia menjadi tanda bagi manusia dan suatu rahmat dari kami.” Selalu mengejutkan untuk melihat bahwa di dalam Al-Quran Allah selalu berbicara dalam bentuk jamak dan menyebut Kristus sebagai Rahmat dari Yang penuh Rahmat. Itu berarti, Ia memiliki substansi yang sama dari hakekat Ilahi.

Ada beberapa penyebutan di dalam Perjanjian Lama dan Al-Quran yang menegaskan tentang kesatuan Tritunggal. Kita didorong untuk bersama-sama dengan para malaikat memuliakan Allah, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3). Pengulangan kata “kudus” sampai tiga kali menunjukkan bahwa Bapa itu kudus, Anak itu kudus dan Roh Kudus itu kudus, dan dengan demikian ketiganya ada di dalam kekudusan yang penuh.


4.03.7 - Kepercayaan Kristen tentang Keilahian Kristus

Bukan sesuatu yang berlebihan ketika para rasul Kristus secara bulat memberikan kesaksian tentang keilahian-Nya. Meski terancam maut, Paulus secara terbuka menyatakan, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kolose 1:15). Yohanes mengakui, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Rasul Petrus menyaksikan, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16).

Konsili Nicea menyimpulkan iman Kristen demikian, “Kristus adalah Allah dari Allah, terang dari terang, Allah sejati dari Allah sejati, dilahirkan, bukan diciptakan, dalam keadaan satu substansi dengan sang Bapa.”

Orang-orang Muslim dan orang-orang Yahudi memberikan batasan terhadap kemahakuasaan Allah dengan doktrin mereka yang kaku. Siapa yang bisa menolak pernyataan Allah tentang diri-Nya sendiri sebagaimana adanya Dia? Siapa yang bisa mencegah yang Mahakuasa dari memiliki anak dan mengorbankan Dia untuk menyelamatkan dunia? Allah itu merdeka! Kristus ada sebelum segala ciptaan. Ia menjadi manusia untuk memperdamaikan dunia dengan Allah dan memulihkan damai sejahtera surgawi. Kristus menjadi manusia untuk menyelamatkan dunia. Ia tetap tidak berdosa sehingga Ia bisa memikul segala dosa dunia. Yohanes Pembaptis menyebutkan tentang keadaan Ilahi ini, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Sebagai hasilnya, kita diangkat menjadi anak dan memanggil Allah sebagai Bapa Surgawi kita, karena dosa-dosa kita sudah dihapuskan. Kristus sudah meneguhkan keselamatan yang besar bagi semua manusia, bukan hanya bagi orang-orang Kristen. Keselamatan dari-Nya adalah bagi orang-orang Hindu, orang-orang Budha, orang-orang Muslim, orang-orang Yahudi, dan orang-orang atheis. Ia memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang percaya kepada-Nya sepenuhnya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sang Anak membawa kita kepada Bapa dan Bapa membawa kita kepada sang Anak. Allah sudah menyatakan diri-Nya pada saat pembaptisan Yesus di sungai Yordan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Siapa yang bisa menghentikan suara dari surga?


4.03.8 - Apakah Tujuan dari Titah yang Pertama?

Tujuan dari titah yang pertama adalah agar manusia mengasihi Allah. Musa menuliskan tentang hak yang sangat istimewa ini dalam perintah yang paling penting, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Kita bisa mengasihi Allah dan hidup dalam keharmonisan dengan Roh-Nya, atau kita bisa juga membenci Dia dan hidup melawan kehendak-Nya. Kalau kita mengasihi Allah, kita berpikir tentang Dia, mendengarkan Dia, melakukan apa yang berkenan kepada-Nya, hidup bagi Dia dan merindukan Dia seperti mempelai perempuan merindukan mempelai laki-laki dan membaca suratnya berulang kali. Tetapi barangsiapa yang tetap memegahkan dirinya dalam kesombongan dan menganggap dirinya sebagai yang paling hebat, akan membalikkan diri menjauh dari Allah dan kemudian melupakan firman-Nya, dan dalam kekerasan hati mereka akan jatuh di bawah murka Allah.

Namun mereka yang mengasihi Kristus akan membuka diri terhadap Roh Allah. Mereka akan diubahkan sesuai dengan gambar Bapa mereka karena mereka berdoa setiap hari agar nama Bapa akan dikuduskan di dalam kehidupan mereka dan di dalam rumah mereka. Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Allah, kita akan berpaling kepada-Nya dan menerima kasih karunia demi kasih karunia. Kita mengalami pembasuhan hati nurani setiap hari, hidup di dalam kemerdekaan sebagai Anak Allah dan mengambil bagian di dalam pelayanan rohani-Nya. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan membuang berhala-berhala dari kehidupan mereka dan berdiri teguh di dalam perjanjian yang baru, yang rahasianya dinyatakan di dalam tema inti dari iman dan kehidupan kita, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yohanes 4:16).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on September 06, 2013, at 11:34 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)