Previous Chapter -- Next Chapter
13.1.3. Apakah hanya ada satu versi Al-Qur’an?
Klaim promosi bahwasanya hanya ada satu versi Al-Qur’an juga tidak memiliki pijakan dalam bukti sejarah. Sebaliknya, apa yang kita ketahui dari sumber-sumber Islam adalah sebenarnya kita bukan "hanya" memiliki satu versi melainkan dahulu kita memiliki tujuh versi. Versi ini dikenal sebagai "ahruf" ‒ atau huruf-huruf alfabet. Arti yang tepat dari "ahruf" dalam konteks ini tidak jelas dan diterjemahkan dalam beberapa cara yang berbeda (mode, gaya, variasi dan sebagainya), tetapi secara umum disepakati bahwa mereka merujuk ke versi yang berbeda dengan konten yang berbeda atau setidaknya frasa yang berbeda. Ketujuh versi itu sangat berbeda sehingga beberapa sahabat Muhammad bahkan tidak mengakui mereka berasal dari Al-Qur’an. Bukhari menulis tentang pertengkaran antara Umar ibn al-Khattab dan Hisham bin Hakim dalam masa hidup Muhammad. Hisyam sedang membaca satu pasal Al-Qur’an; Umar berkata:
Cara-cara itu sangat berbeda sehingga Umar hampir saja menyerang Hisham karena apa yang dia baca tidak dapat dikenali dibandingkan dengan Al-Qur’an yang telah dia pelajari.
Bukhari menceritakan bahwa Muhammad kemudian mengonfirmasi tujuh versi tersebut ketika dia menggambarkan bagaimana malaikat Gabriel mengajarinya masing-masing versi itu secara bergantian.
Jadi pada suatu waktu, memang ada lebih dari satu versi dari Al-Qur’an yang disetujui oleh Muhammad. Namun, selama pemerintahan Khalifah Utsman (penerus ketiga Muhammad), perbedaan pembacaan menyebabkan masalah di antara umat sehingga ia memerintahkan agar setiap versi tertulis dari Al-Qur’an atau bagiannya dikumpulkan; ia menyetujui versi yang paling mendekati dialek suku Muhammad, Quraisy, dan memerintahkan agar versi lainnya dibakar. Salinan dibuat dari versi tunggal ini dan didistribusikan ke seluruh komunitas Muslim. Demikianlah yang terbaik hanyalah satu dari tujuh versi asli yang tersisa.
Tapi kemudian, hari ini ‒ meskipun hanya ada satu versi yang bertahan pada masa Utsman ‒ kita sekali lagi memiliki edisi-edisi yang berbeda. Umat Muslim diberitahukan bahwa perbedaan-perbedaan ini hanya dalam gaya membaca, namun dalam banyak kasus varian tersebut menambahkan atau menghilangkan kata-kata atau mengubah kata-kata yang artinya kebalikan satu dengan lainnya.
Misalnya, ada dua pembacaan Al-Qur’an 19:19 yang berbeda. Di beberapa tempat, ayat ini mengatakan:
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَب لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
Versi lain telah mengubah satu huruf dan ayat tersebut berbunyi:
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِيَهَب لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
Perubahan hanya satu huruf ini mengubah pemberi dari malaikat menjadi Allah.
Atau dalam Al-Qur’an 30:2 kita memiliki kata غُلِبَت “ghulibati,” yang berarti "telah dikalahkan;" dalam bacaan lain, ditulis غَلَبَتِ “ghalabati” yang berarti "telah menang." Hanya mengubah vokal mengubah artinya seluruhnya.
Contoh lain adalah Al-Qur’an 40:20. Beberapa bacaan memiliki “AW An” (artinya: ATAU itu), sedangkan bacaan lain memiliki “WA An” (artinya: DAN itu).
Masih banyak lagi contoh sejenis. Untuk pembahasan lebih lengkap lihat "Kritik Tekstual dan Manuskrip Al-Qur'an oleh Keith Small" (Keith Small’s Textual Criticism and Qur’an Manuscripts).