Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 046 (Do we have to?)
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN EMPAT: MEMAHAMI HAMBATAN ISLAM TERHADAP INJIL

BAB 9: HAMBATAN YANG HARUS DIATASI UMAT KRISTEN SAAT MENGINJILI PARA MUSLIM

9.1. Apakah Kita Harus Melakukannya?


Hal yang penting saat membicarakan tentang setiap tugas yang sulit adalah pertanyaan atas kebutuhannya. Apakah kita harus menginjili umat Muslim? Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan melihat sejarah penebusan dan alasan Tuhan memilih setiap orang.

Ketika Allah memilih Abraham, ia memberinya perintah, dengan mengatakan "Akulah Allah Yang Mahakuasa; hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela." (Kejadian 17:1) Ketika Ia memilih Israel, Ia berfirman: "Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Keluaran 19:6) Jadi alasan Dia memilih Abraham adalah agar Abraham hidup di hadapan Allah. Hidup di hadapan Allah mewajibkannya untuk memberi tahu bangsa-bangsa tentang Dia. Israel dipilih untuk menjadi kerajaan imam. Seorang imam adalah orang yang memberi tahu orang-orang tentang Allah dan mengajari mereka apa yang Dia katakan.

Ketika Allah memilih siapa pun dalam Perjanjian Lama, itu bukan untuk memanggil mereka untuk hak istimewa melainkan untuk pilihan fungsional. Dengan kata lain, Allah tidak memilih siapa pun karena mereka lebih baik atau lebih saleh daripada orang lain, tetapi karena Dia memberi tugas kepada mereka. Mereka dipilih untuk menyerukan kepada semua bangsa "Tuhan itu Raja [bertahta, (terj.)]." (Mazmur 96:10)

Demikian pula, dalam Perjanjian Baru, ini adalah perintah terakhir dari Kristus:

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)

Perintah ini tidak bisa dihindari atau dijelaskan saja. "Semua bangsa" berarti semua bangsa, tanpa terkecuali, dan tentu saja para Muslim termasuk dalam kata "Semua" tersebut.

Sebelum Kristus naik ke sorga, Dia berkata kepada para murid-Nya

"... kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)

Ada satu poin penting tentang ayat ini. Perintah Kristus untuk menjadi saksi dimulai dengan Yerusalem. Ini sering dipahami bahwa kita harus mulai dari lingkaran terdekat kita dan bergerak keluar. Namun, penafsiran semacam itu mengabaikan fakta bahwa semua rasul tidak berasal dari Yerusalem melainkan dari Galilea. Bagi mereka, Yerusalem adalah tempat yang paling sulit untuk dikunjungi dan memberitakan Injil. Kota Itu adalah pusat otoritas agama dan politik. Memberitakan Injil di Yerusalem pada saat seperti itu adalah tugas yang sangat berbahaya, karena akan ditafsirkan sebagai perlawanan atas otoritas Romawi dan otoritas Yahudi secara bersamaan. Setelah seseorang memberitakan Injil di Yerusalem, melakukan hal yang sama di seluruh dunia adalah tugas yang jauh lebih mudah.

Gereja awal memahami tugas itu dengan jelas. Petrus berkhotbah kepada "kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem." (Kisah Para Rasul 2:14b) Gereja dipaksa untuk berbicara tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar, meskipun mereka tahu mereka akan dihukum karenanya (Kisah Para Rasul 4:20-29). Pada saat itu, memberitakan Injil adalah kejahatan yang dapat dihukum, yang dapat – dan memang terkadang – dihukum mati, karena menyerukan Injil dianggap sebagai penistaan agama (dari perspektif orang Yahudi) atau pengkhianatan (dari sudut pandang pemerintahan Romawi). Ada banyak bukti dari Alkitab yang menunjukkan keharusan atas tugas itu jika kita punya waktu untuk menyelidikinya, tetapi saya percaya intinya cukup jelas di seluruh Alkitab. Kita wajib memberitahu semua orang tentang Kristus, terlepas dari bahaya ataupun kesulitannya.

Jadi dengan memperhatikan bahwa ini suatu keharusan untuk kita lakukan, mengapa begitu sedikit orang Kristen yang terlibat dalam penginjilan Muslim? Apa yang menghalangi dan – yang lebih penting – bagaimana agar halangan itu tidak menghentikan kita? Dalam sisa bab ini kita akan melihat beberapa dari banyak alasan yang mungkin kita miliki untuk menghindar dari perintah ini.

Apa yang menghalangi, dan bagaimana agar halangan itu tidak menghentikan kita?

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 09:06 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)