Previous Chapter -- Next Chapter

BAB 1: WILAYAH SEBELUM ISLAM

1.5. Mekah

Sekitar tahun 570 Masehi – tidak ada kesepakatan atas tanggal pastinya – Mohammed lahir di Mekah, sebuah kota kecil yang berkembang seluas 85 km², berada sekitar 50 km di sebelah timur pelabuhan Laut Merah Jeddah. Meskipun kami tidak memiliki catatan resmi dari masa saat itu terjadi, tetapi menurut sumber-sumber Islam dari masa sesudahnya, Mekah adalah salah satu pusat perdagangan terpenting antara selatan dan utara Arab, mengendalikan rute perdagangan antara bagian selatan Semenanjung Arab sampai ke Yerusalem dan Persia. Menurut sejarawan Muslim, orang-orang Arab yang lalim biasa menarik uang keamanan dari para pedagang Persia agar gerobak karavan dagang mereka aman. Masa itu suku Quraisy berkuasa; Muhammad dilahirkan dalam salah satu klan yang membentuk Quraisy, orang Hasyim.

Mekah juga merupakan tempat agung yang sangat penting bagi penyembah animisme di seluruh Semenanjung Arab, dan berfungsi sebagai tempat ziarah untuk penyembahan banyak dewa yang dipuja oleh orang-orang Arab, dengan para pemuja yang beragam yang melakukan perjalanan ke sana pada waktu yang berbeda dalam setahun. Orang Arab biasa melakukan ziarah ke Mekah setahun sekali untuk dimurnikan dari kesalahan tahun lalu yang mereka lakukan (kebiasaan yang diadopsi oleh Islam, meskipun Islam mengklaimnya sebagai warisan kebiasaan sejak zaman Abraham). Fokus ziarah ini adalah Ka'bah. Seperti yang disebutkan di atas, ka'bah adalah struktur berbentuk kubus yang menampung batu hitam dan berfungsi sebagai tempat pemujaan. Meskipun ada banyak ka'bah di seluruh Arab, tidak ada yang sepenting ka’bah di Mekah, yang telah ada jauh hari sebelum kelahiran Muhammad. Ka'bah Mekah dianggap sangat sakral; engkau tidak dapat menaikinya kecuali benar-benar diperlukan, dan juga hanya orang-orang merdeka yang diizinkan untuk menaikinya, jadi jika seorang budak harus menaikinya, ia harus dibebaskan terlebih dahulu. Meskipun asal-usul pastinya tidak jelas, tampaknya di sana mulai dijadikan penyembahan berhala ketika seorang Arab yang kaya membawa pulang berhala itu dari tempat yang sekarang menjadi Yordania selatan, di mana dia telah melihat orang-orang menyembah berhala-berhala batu, untuk meminta hujan, kemenangan perang, dan sebagainya. Mereka memberinya sebuah berhala bernama Hubal – patung berbentuk manusia yang terbuat dari batu akik merah dengan satu lengan yang patah. Diceritakan, orang Arab yang kaya ini meletakkannya di depan Ka'bah untuk disembah sukunya. Seiring waktu, suku-suku lain menambahkan berhala mereka juga dan pada masa Muhammad terdapat lebih dari 300 berhala yang berbeda di sana.

Anehnya, bukan hanya orang kafir dan pemuja berhala yang berziarah ke Mekkah di zaman Arab pra-Islam, tetapi juga orang-orang Yahudi dan Kristen. Faktanya, kami mendapati penghargaan di mana Mekah dikuasai oleh orang-orang Kristen melalui sebuah puisi yang ditulis oleh Ali Ibn Hatem, pada saat itu adalah seorang pemimpin Kristen dari suku Arab Tayy dan kemudian menjadi salah satu sahabat Muhammad. Dalam puisi ini, dia mencela seorang Pemimpin Kristen Nestorian dengan:

Ini mungkin agak aneh: seorang penyair Kristen menulis kepada seorang pemimpin Kristen dengan bersumpah demi Mekah. Bahkan lebih aneh lagi ketika kami dapati setelah kemenangan memasuki Mekah, Muhammad memerintahkan semua gambar dan patung di dalam dan di sekitar Ka'bah di Mekah untuk disingkirkan, tetapi dia meletakkan tangannya pada satu gambar dan memerintahkan agar segala sesuatu yang lain selain apa yang ada di bawah telapak tangannya disingkirkan; ketika dia mengangkat tangannya, ada gambar Yesus dan Maria. Jadi jelas, Mekah juga pernah menjadi pusat peribadahan bagi orang-orang Kristen.

Adalah benar bahwa Mekah memiliki populasi yang besar bagi Kristen yang sesat (bidat Kristen), kebanyakan adalah Kaum Nestorian yang melarikan diri dari penganiayaan Romawi di seluruh daerah kekaisarannya (yang pada waktu itu membentang dari Kepulauan Inggris melalui Afrika Utara ke perbatasan Persia) atau karena mereka dikucilkan oleh Gereja Katolik Latin atau Ortodoks Yunani. Karena Mekah berada di luar otoritas Romawi, Konstantinopel atau Persia, maka menjadi tempat yang aman bagi mereka yang lari dari para penguasa tersebut. Kelompok orang Kristen ini membentuk komunitas mereka sendiri yang disebut "Ahabish", dinamai menurut sebuah gunung di Mekkah di mana mereka biasa berkumpul di kaki gunung itu. Di sana juga terdapat beberapa budak Kristen.

Singkatnya, pada saat kelahiran Muhammad, di daerah semenanjung pada umumnya dan khususnya Mekah, memiliki peleburan yang aneh antara orang-orang kafir, Kristen, bidat Kristen, dan Yahudi. Masing-masing kelompok ini sangat menghormati Mekah dan Ka'bah dengan alasan-alasan mereka masing-masing. Misalnya orang-orang Yahudi akan memberi hormat di muka umum untuk menenangkan orang-orang Arab dan untuk menjaga keamanan perdagangan mereka. Kombinasi budaya yang aneh ini tergabung hingga menyediakan lingkungan yang siap menerima seorang monoteis yang mengaku sebagai seorang nabi. Orang-orang Yahudi sedang menunggu Mesias, orang-orang Kristen sedang menunggu kedatangan Kristus yang kedua kali; harapan ini menyebar ke dan diadopsi oleh komunitas agama lain, dan jika seorang nabi muncul di Mekah, pusat keagamaan pada masa itu, maka terlihat sangat logis. Dan di dalam lingkungan ini Muhammad lahir.