Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 006 (Hanifs (Hunafā'))
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN SATU: MEMAHAMI AWAL MULA ISLAM

BAB 1: WILAYAH SEBELUM ISLAM

1.4. Hanif (Hunafā')


Ada juga bukti agama-agama monoteistik lainnya, sangat mungkin dipengaruhi oleh orang Yahudi dan Kristen setempat, meskipun kita tidak dapat mengatakan dengan pasti. Mereka yang mengikuti agama-agama semacam itu dikenal sebagai Hanif (atau dalam bahasa Arab, Hunafā'); mereka tidak membentuk komunitas apapun yang terdiri dari orang-orang percaya atau penyembah-penyembah atau berpegang pada doktrin yang ditentukan, melainkan Hanif adalah sebutan yang merujuk pada orang-orang dengan kepercayaan yang samar-samar mirip.

Salah satu Hanif yang menonjol adalah penyair Umaiya ibn Abī-Salt. Umaiya biasa mengatakan bahwa setiap agama akan ditolak oleh Allah pada hari terakhir, kecuali agama Hanif. Sumber-sumber Islam mengatakan bahwa Umaiya mengaku sebagai seorang nabi pada masa sebelum Muhammad mendeklarasikan kenabiannya; cerita-cerita mengenainya sangat mirip dengan yang diceritakan umat Islam tentang Muhammad, seperti para malaikat membuka hatinya untuk memurnikannya, dan kemampuannya untuk berbicara dengan hewan. Muhammad mengenal Umaiya dan tulisannya dan kemungkinan dipengaruhi olehnya; ayat Al-Qur'an "Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islām – dia tidak akan pernah diterima, dan ia akan berada di antara kaum pencundang di dunia orang mati." (Al Qur'an 3:85) sangat mirip dengan kutipan Umaiya di awal paragraf ini. Umaiya dikatakan telah bertemu Muhammad dan menolak ajarannya, mengingatkan Muhammad bahwa "dengan puisinya memercayai tetapi hatinya tidak memercayai."

Lainnya adalah seorang pengkhotbah bernama Quss bin Sāʽīda, yang keterampilan pidatonya sangat dikagumi di kalangan orang Arab pra-Islam. Quss meninggal sebelum Muhammad menyatakan kenabiannya, tetapi Muhammad memahami ajarannya. Kita mengetahui lebih jauh tentang pengaruh Quss terhadap Muhammad dari sejarawan Muslim, Ibn Hisyam dan Ibnu Kathir. Ibnu Hisyam menceritakan percakapan antara Muhammad (saat itu adalah nabi yang mendeklarasikan dirinya sendiri) dan para pengikutnya yaitu salah satunya adalah seorang penyair bernama Jarud:

"Muhammad bertanya, “Apakah di antara kalian, ada yang mengenal Quss bin Saida?” Jarud menjawab, “Tentu saja, wahai Rasulullah. Kita semua mengenalnya. Saya tahu banyak tentang dia karena saya selalu mengikuti ajarannya.'” Setelah itu, Nabi Suci kita (SAW) menjawab: “Khotbah yang dibacakan Quss bin Saida pada seekor unta selama Suq Uqaz di mana dia berkata, "Orang yang hidup akan mati dan orang yang mati akan merasakan penyesalan yang mendalam. Apa pun yang dimaksudkan untuk terjadi akan terjadi" tidak pernah meninggalkan pikiranku. Saya dapati, dia melafalkan kata-kata lainnya dengan kefasihan yang aneh dan luar biasa yang tidak dapat saya ingat lagi.'" (Ibnu Hisyam, Sirah).

Ibnu Katsir, melanjutkan ceritanya:

"Ketika Muhammad mendengar khotbah oleh Quss di mana dia berkata 'Di mana dia yang menindas dan tirani, dia yang mengumpulkan uang dan menyimpannya, berkata, "Akulah tuanmu yang paling tinggi?" Apakah mereka yang tidak lebih kaya darimu, hidup lebih lama darimu? Bumi yang lembab telah membumikan mereka dengan tidak berperasaan dan mencabik-cabik mereka dengan pongah. Lihat! Tulang mereka membusuk. Rumah-rumah mereka hancur, dihuni oleh serigala yang melolong.' Muhammad berkata 'Semoga Allah mengasihani jiwanya; Quss adalah seorang nabi antara aku dan Yesus.'" (Terjemahan Quss bin Sai'da dalam al-Bidaya wal-Nihaya oleh Ibnu Kathir).

Anda yang akrab dengan Al-Qur'an mungkin mengenali kesamaan antara khotbah dari Quss dan bagian-bagian Al-Qur'an, baik dalam hal gaya berirama maupun frasa yang sebenarnya. Kita dapat dengan pasti mengatakan bahwa Quss berpengaruh dalam perkembangan ajaran Muhammad.

Hanif lain memiliki beberapa kepercayaan yang tumpang tindih dengan Islam. Salah satunya misalnya, seorang pria bernama Zayd ibn Amr, biasa menegur agama Quraisy (suku Muhammad): "Ya Quraisy, tidak ada di antara kamu yang mengikuti agama Abraham kecuali aku." Zayd memodifikasi pola makannya; dia tidak makan bangkai, darah, atau apa pun yang telah dibantai untuk berhala. Dia menentang pembunuhan bayi yang dipraktikkan secara liar di antara orang-orang Arab, dan dia menulis banyak puisi yang mengecam penyembahan berhala dan mengkhotbahkan keyakinannya seperti:

"Apakah saya harus menyembah satu tuan atau seribu?
Jika ada sebanyak yang Anda klaim,
Saya meninggalkan al-Lat dan al-Uzza, keduanya,
seperti yang dilakukan oleh orang yang berpikiran kuat.
Saya tidak akan menyembah al-Uzza dan kedua putrinya ...
Aku tidak akan menyembah, meskipun dia adalah tuan kita
pada hari-hari ketika aku memiliki sedikit akal sehat."

Hanif lain memiliki otoritas hukum, seperti Aktham bin Saifi yang dianggap sebagai salah satu penguasa paling bijaksana di Arab sebelum Islam. Banyak dari keputusannya diadopsi oleh Muhammad. Tercatat, ketika Aktham melihat anak-anak Abd al-Muttalib (kakek Muhammad), dia berkata "Jika Allah ingin memulai sebuah kerajaan, mereka adalah orang-orang yang akan Dia pilih, itu adalah benih Allah bukan benih manusia".

Umat Islam menganggap bahwa para Hanif, yang menolak penyembahan berhala yang begitu umum di antara orang-orang Arab, adalah mereka yang mempertahankan monoteisme murni dari Abraham dan mempertahankan beberapa atau semua prinsip agama Abraham. Di Arab pra-Islam itu, seperti yang telah kita catat, tidak digunakan untuk merujuk pada orang Yahudi atau Kristen; namun, Al-Qur'an berusaha menyatukan agama-agama monoteistik ini, menggunakan istilah ini satu kali untuk merujuk pada orang Kristen dan Yahudi(Al-Qur'an 98:5), satu kali untuk Muslim (Al-Qur'an 22:31), dan sepuluh kali untuk Abraham. Hal ini memberi kesan bahwa ini lebih merupakan produk dari angan-angan Muhammad untuk melegitimasi klaimnya sebagai nabi yang terakhir dalam barisan panjang para nabi daripada untuk benar-benar menjabarkan satu sistem kepercayaan (di mana kami tuliskan di atas, itu bukan sistem kepercayaan sama sekali).

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 05:52 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)