Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 023 (PILLAR 3: Sawm (fasting))
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN DUA: MEMAHAMI KEYAKINAN DAN PRAKTIK ISLAM
BAB 4: RUKUN-RUKUN ISLAM

4.3. RUKUN 3: Sawm (Puasa)


Rukun ketiga Islam adalah puasa. Selama bulan Ramadhan, yaitu bulan kesembilan dalam kalender Islam, makan, minum, dan hubungan seksual tidak diperbolehkan dari waktu subuh hingga matahari terbenam. Mengikuti perubahan waktu yang disebabkan kapan waktu subuh dan terbenamnya matahari, yang bisa terjadi berupa 9 jam di musim dingin hingga 15 jam di musim panas, dan ini, tentu saja bervariasi sesuai dengan lokasi geografisnya.

Setiap muslim dewasa yang tidak memiliki alasan agama wajib melakukan puasa. Alasan yang sah termasuk kondisi medis seperti diabetes, demikian juga kondisi yang membutuhkan obat rutin yang dikonsumsi melalui mulut, menyusui di mana puasa yang dapat membahayakan kesehatan seorang ibu ataupun bayinya, kehamilan, dan sebagainya. Meskipun umat Muslim tidak diharuskan untuk berpuasa jika mereka memiliki pengecualian yang sah, sebagian besar aliran Islam menyarankan umat Muslim untuk melakukannya dan berpuasa jika mereka mampu, meskipun mereka mungkin secara teknis dapat dikecualikan.

Namun ada beberapa keadaan di mana puasa dilarang; wanita Muslim dilarang berpuasa selama menstruasi, misalnya, dan jika mereka tetap berpuasa dalam masa itu, maka puasanya tidak akan dihitung dan harus ditebus kemudian. Individual lainnya yang terhitung dapat tidak melakukan puasa adalah para tentara di medan peperangan dan orang-orang yang bepergian. Mereka yang tidak berpuasa harus menebus hari-hari puasa yang terlewat setelah bulan Ramadhan berakhir ketika keadaan mereka berubah, sebelum Ramadhan berikutnya tiba. Jika keadaan mereka yang meringankan tersebut bersifat permanen atau terjadi untuk waktu yang lama sehingga mustahil atau tidak memungkinkan bagi mereka untuk berpuasa, seorang Muslim harus menggantikan puasanya dengan memberi makan orang yang miskin sejumlah hari puasa yang mereka lewatkan.

Jika seorang Muslim tidak berpuasa, atau membatalkan puasa mereka tanpa alasan yang sah, baik melalui makan atau minum dengan sengaja atau melakukan hubungan seksual di siang hari di bulan Ramadhan, maka mereka akan dianggap sebagai para pelanggar dan mereka harus menebusnya dengan berpuasa enam puluh hari berturut-turut atas satu hari mereka batal berpuasa atau dengan membebaskan seorang budak atau memberi makan enam puluh orang yang miskin (Sahih Muslim, 2599).

Jenis puasa ini juga digunakan di luar Ramadhan sebagai ekspiasi atau pengampunan atas dosa-dosa lain. Misalnya, jika seorang Muslim melanggar sumpah maka mereka harus berpuasa tiga hari (Qur'an 5:89), pembunuhan yang salah terhadap muslim lain memerlukan enam puluh hari puasa (Qur'an 4:92), dan mencabut perceraian juga membutuhkan puasa selama enam puluh hari (Qur'an 58:2-4).

Masa sekarang, Ramadhan merupakan perayaan selama sebulan di banyak masyarakat Islam. Secara kontra-intuitif, makanan yang dikonsumsi justru meningkat dengan tajam selama bulan ini. Di banyak negara mayoritas Muslim, jam kerja dipersingkat, dan kegiatan digeser dari siang hari ke malam hari. Di beberapa negara, semua restoran tutup pada siang hari, dan beberapa negara memiliki undang-undang untuk menghukum siapa pun yang makan atau minum di depan umum terlepas apakah mereka Muslim atau bukan, bahkan juga bagi mereka yang memiliki alasan agama yang sah atau pun yang tidak. Hukumannya beragam dari membayar denda seperti di Brunei, hingga masuk penjara jika di Pakistan. Namun, hukum semacam itu tidak memiliki dasar dalam sumber-sumber Islam, dan yang mereka capai hanyalah memastikan kemunafikan karena hukum-hukum itu hanya berkaitan dengan penampilan lahiriah setiap orang yang berpuasa.

Selama Ramadhan, umat Muslim mungkin menjadi mudah tersinggung dan pemarah, terutama saat cuaca panas – sesuatu situasi yang bersifat berlawanan dengan tujuan utama puasa adalah untuk menjaga kebenaran dan pengendalian diri. Puasa telah menjadi ritual sosial daripada praktik keagamaan bagi banyak orang. Di beberapa negara Islam, peraturan Ramadhan menjadi sangat konyol dan tidak masuk akal sama sekali. Misalnya, selama Ramadhan di Mesir tidak diperbolehkan menyajikan alkohol kepada orang Mesir baik untuk Muslim ataupun bukan (Mesir memiliki minoritas Kristen yang diakui secara signifikan), tetapi alkohol diizinkan untuk disajikannya kepada orang non-Mesir terlepas dari apapun agama mereka. Jadi mungkin seorang Mesir Kristen bersantap di luar dengan seorang Muslim Saudi; orang Kristen tidak diizinkan minum bir, tetapi sang Muslim diberikan bir. Di UEA, peraturan berubah dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, minum alkohol telah diizinkan di restoran dan klub tetapi pagelaran musik secara langsung telah dilarang. Seperti yang mungkin Anda ketahui, tidak ada yang aturan spesifik mengenai alkohol di mana konsumsi alkohol dilarang sepanjang tahun Ramadhan itu; aturan dan peraturan seperti itu biasanya diberlakukan oleh pemerintah untuk menenangkan rasa keagamaan warga dan bukan karena mengikuti aturan Islam mana pun.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 06:04 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)