Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 064 (CHAPTER ELEVEN: ADVICE FOR ENGAGING IN THEOLOGICAL DISCUSSIONS WITH MUSLIMS)
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN EMPAT: MEMAHAMI HAMBATAN ISLAM TERHADAP INJIL

BAB 11: SARAN UNTUK TERLIBAT DALAM DISKUSI TEOLOGIS DENGAN UMAT MUSLIM


Sebelum kita membahas keberatan Muslim tertentu terhadap ajaran Alkitab, saya ingin melihat beberapa hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan pada umumnya bagi umat Kristen yang terlibat dalam diskusi teologis dengan umat Muslim. Umat Kristen seharusnya tidak berargumentasi hanya untuk membuktikan bahwa mereka memiliki jawaban, tetapi pada saat yang sama mereka harus menyampaikannya jika pertanyaan itu muncul daripada tidak menjawab atau mengubah topik pembicaraan, karena ini akan memberi kesan kepada umat Muslim bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat dijawab. Model Alkitab untuk diskusi dengan non-Kristen diberikan kepada kita dalam Kisah Para Rasul 17 dan Kisah Para Rasul 25. Di sini kita melihat bagaimana rasul Paulus menghadapi lawannya, tidak menghindari pertanyaan itu tetapi menjawab dengan hormat namun langsung dan tanpa kompromi dan tanpa mengelak, dan selalu membawa topik itu kembali kepada Kristus. Di sini, kemudian, adalah beberapa hal untuk kita ingat dalam diskusi kita.

  1. Tujuan Anda bukanlah untuk memenangkan argumen teologis; melainkan untuk menuntun seseorang kepada Kristus. Berusahalah sebaik mungkin untuk menghilangkan rintangan antara Anda dan kenalan Anda tanpa menunggu hasilnya. Meyakinkan seseorang bukanlah tugasmu, itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita tidak tahu bagaimana Allah menggunakan percakapan kita. Bagaimanapun juga, "bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan" (2 Korintus 2:16). Motivasi kenalan Anda untuk membaca Alkitab jika pertanyaan itu terjawab di sana, karena Alkitab memiliki kekuatan yang lebih meyakinkan daripada kata-kata Anda.
  2. Batasi percakapan pada satu atau dua subjek. Jika memungkinkan, cobalah untuk membangunnya terlebih dahulu. Saat kenalan Anda melompat ke subjek baru sebelum mencapai kesimpulan untuk subjek yang sekarang, mintalah mereka untuk mencatat subjek baru tersebut sehingga Anda dapat mendiskusikannya setelah Anda selesai dengan yang sekarang. Melompat dari satu titik ke titik lain mungkin merupakan pencarian jawaban yang tulus, tetapi itu juga merupakan salah satu taktik yang digunakan oleh banyak orang tidak percaya untuk menghindari mencapai titik bagi mereka untuk membuat keputusan. Ini juga akan membuang-buang waktu dan tenaga bagi kalian berdua.
  3. Jika Anda ditanya tentang sesuatu yang tidak Anda ketahui, katakan saja Anda tidak tahu; jangan mencoba membuat jawaban, lebih baik memberi tahu kenalan Muslim Anda bahwa Anda akan meneliti topik tersebut dan akan kembali kepada mereka. Berhati-hatilah untuk tidak lupa memenuhi janji Anda untuk kembali berdiskusi dengan mereka, karena ini bisa memiliki dampak yang sangat negatif, dan mungkin dianggap sebagai ketidakjujuran atau mengelak dari mereka.
  4. Tidak peduli seberapa sopan Anda, cepat atau lambat Anda akan menginjak jari kaki seseorang. Dengan para Muslim, tidak peduli seberapa besar rasa hormat yang Anda tunjukkan, mereka akan selalu menuntut lebih banyak. Dalam percakapan seperti itu berlaku adil dan sopan sangat penting dan memiliki dampak besar pada kenalan Anda, tetapi jangan lupa, Anda harus melakukannya tanpa mengorbankan konteks teologisnya. Saya ingat, suatu kali saya bertemu dengan seorang kebangsaan Amerika yang masuk Islam, dan kami akhirnya berbicara tentang agama. Sementara bercakap-cakap, kenalan saya ini menggunakan terjemahan yang salah dari sebuah ayat Al-Qur'an. Saya dengan sopan mencoba untuk mengoreksinya dan menunjukkan terjemahan lain yang sebenarnya lebih mendekati bahasa Arab aslinya. Meskipun lawan bicara saya tidak berbicara bahasa Arab sepatah pun dan bahasa itu adalah bahasa pertama saya, dia menjadi sangat marah dan dengan emosi bergegas meninggalkan saya. Kemudian malam itu ketika saya pulang, saya mendapat telepon dari tuan rumah kami yang meminta maaf atas perilaku temannya. Saya diberitahukan bahwa mereka yang hadir kecewa dengan reaksi dan sikap lawan bicara saya itu, dan mereka mengatakan dia bergegas keluar karena argumennya lemah dan dia frustrasi dengan ketidakmampuannya untuk menjawab pertanyaan. Intinya adalah bahwa diskusi yang sopan dan teratur, bahkan jika itu tidak memiliki efek langsung pada orang yang berdebat dengan Anda, mungkin memiliki efek besar pada mereka yang mendengarkan, dan itu mungkin berpengaruh pada lawan bicara Anda di kemudian hari. Berusahalah untuk mengatasi serangan lawan bicara Anda dengan sikap penuh hormat dan bukan dengan sikap yang bermusuhan. Terkadang sangatlah membantu jika kita juga mengingatkan kepada lawan bicara kita untuk memperlakukan kita seperti kita memperlakukan mereka. Demikian juga dengan mengingatkan diri kita sendiri bahwa sesungguhnya Anda tidak berdebat untuk kepentingan diri sendiri, Anda mencoba membantu mereka untuk memperoleh keselamatan, dan Anda sebenarnya tidak berdebat dengan mereka sendirian tetapi ada peperangan rohani yang sementara berlangsung.
  5. Perlu diingat bahwa kadang-kadang lawan bicara Anda dengan sengaja mencoba membuat Anda kesal atau marah, baik untuk membuktikan kepada diri mereka sendiri bahwa Anda tidak dapat menjawab keberatan mereka, atau untuk memperlihatkan kepada semua yang mendengarkan bahwa Anda tidak memiliki jawabannya dan itulah sebabnya Anda menjadi marah. Mereka kemudian akan meminta maaf karena telah mereka membuat Anda kesal dengan pertanyaan-pertanyaannya, sehingga mereka menempatkan diri mereka di atas angin. Sekali lagi, ingatlah ini bukan tentang ego Anda; kadang-kadang Anda bahkan harus kalah dalam berargumentasi demi memenangkan orang tersebut.
  6. Pastikan untuk menunjukkan kepada kenalan Anda betapa pentingnya topik tersebut. Karena topik itu sangat penting untuk kehidupannya karena hal itu mengenai kehidupan kekalnya. Artinya Anda harus sungguh-sungguh serius membahasnya. Jika tidak, bagaimana Anda mengharapkan lawan bicara Anda juga bersikap serius ? Dan jika Anda serius membicarakan topiknya, Anda pun akan ditanggapi dengan serius.
  7. Cobalah untuk menghindari diskusi atas pertanyaan seperti "Apa pendapat Anda tentang Muhammad?" atau "Apa pendapat Anda tentang Al-Qur'an?" Pertanyaan-pertanyaan ini dengan mudah menimbulkan pertengkaran, atau juga mengakhiri percakapan. Buatlah jawaban Anda untuk pertanyaan-pertanyaan seperti itu singkat dan jelas, seperti: "Anda tidak memerlukan pendapat saya tentang Muhammad atau Al-Qur'an" atau "Kita sedang membicarakan tentang Kristus bukan Muhammad, dan jika Anda membaca Alkitab Anda akan menemukan pendapat Anda sendiri." Cobalah menjelaskan dengan jelas tanpa menyerang Muhammad, yang akan merusak diskusi.
  8. Setiap percakapan tentang Muhammad harus dilakukan dengan hati-hati. Umat Muslim mungkin tidak akan tersinggung jika seseorang menyatakan bahwa mereka tidak percaya kepada Allah, tetapi mereka pasti akan menanggapi dengan marah kepada siapa pun yang merendahkan Muhammad. Tentu saja sebagai umat Kristen kita tidak bisa menghormati Muhammad, tetapi bersamaan dengan itu kita tidak perlu untuk menghinanya. Mungkin kita akan tergoda untuk untuk mengomentari topik seperti karakter moral Muhammad, walaupun demikian, hindari! Pertama, komentar itu tidak akan mencapai banyak hal; malahan pada akhirnya Anda terlibat dalam diskusi mengenai moral siapa yang lebih baik, Muhammad atau para nabi dalam Alkitab. Karena sebagai umat Kristen, kita meyakini bahwa semua manusia telah berdosa, jadi membuktikan bahwa Muhammad adalah orang berdosa tidak akan membantu. Namun jika Anda menyoroti pribadi Kristus, secara otomatis para Muslim akan memikirkan perbandingannya dengan Muhammad tanpa Anda perlu menyebutkannya. Saya ingat bertahun-tahun yang lalu ada pernikahan di gereja kami. Ayah dari mempelai wanita itu bekerja sebagai kepala teknisi di sebuah lembaga Islam yang penting, jadi dia mengundang banyak rekan Muslimnya. Pendeta gereja kami hanya memiliki beberapa menit untuk berkhotbah di ruangan yang dipenuhi dengan umat Muslim. Dia mengawalinya tentang pernikahan di Kana dan bagaimana Kristus tidak pergi meninggalkan pesta itu ketika dia diminta untuk melakukan mujizat; kemudian khotbah dilanjutkan dengan dengan menyatakan bagaimana Kristus selalu siap untuk membantu mereka yang membutuhkan, menjawab pertanyaan mereka, dan bahkan tuduhan-tuduhan. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang Muhammad ataupun Islam, tetapi setiap Muslim yang berada dalam ruangan itu sudah membandingkan apa yang dikatakan pendeta tentang Yesus dengan penolakan Muhammad untuk memberikan tanda, penolakannya untuk membantu orang yang membutuhkan, dan cara Muhammad marah pada siapa pun yang mengkritiknya, penolakannya untuk menjawab pertanyaan dan mengecilkan hati pengikutnya untuk bertanya. Mereka tidak bisa marah kepada pendeta karena dia tidak mengatakan apa-apa tentang Muhammad, tetapi mereka mau tak mau menjadi membandingkan keduanya.
  9. Anda perlu ekstra hati-hati dalam menggunakan istilah teologis, dikarenakan:
    a) Istilah-istilah tersebut jarang memiliki arti yang sama bagi orang Kristen dan Muslim;
    b) kadang-kadang terminologi seperti itu mungkin saja tidak berarti apa-apa bagi umat Muslim, seperti kerajaan surga, kekudusan, diurapi, dll.;
    c) kadang-kadang istilah yang kita gunakan bahkan dapat dianggap menghujat seorang Muslim, seperti anak-anak Allah, saudara-saudara dalam Allah, darah Allah, dll. Kita perlu tahu apa arti istilah-istilah itu bagi seorang Muslim dan dapat menjelaskan apa yang kita maksudkan atasnya. Kita harus mencoba menggunakan terminologi yang jelas – sekali lagi tanpa kompromi. Misalnya, lebih mudah untuk berbicara tentang Kristus dengan seorang Muslim ketika Anda menggunakan sebutan "Kristus" dan bukan nama "Yesus" karena ia hanya tahu nabi " 'Isa" dan bukan Yesus Putra Allah, dan tentu saja tidak akan bermasalah bagi kita untuk menyebut Yesus sebagai Kristus.
  10. Setiap kali Anda mengutip Alkitab, cobalah melakukannya dengan Alkitab dan bukan dari ingatan kita. Seringkali konteksnya akan membuat apa yang Anda baca menjadi jelas, dan sikap perlunya membuka Alkitab untuk mengetahui konteks sebuah ayat akan tertanam di dalam kenalan Anda.
    Namun, jika Anda menggunakan Alkitab, berhati-hatilah bagaimana Anda memperlihatkannya. Umat Kristen tidak memuliakan kertas Alkitab cetaknya dan kita cukup sering menandai ayat-ayat dalam Alkitab kita, menulis catatan di pinggir halamannya, dan lain sebagainya. Tindakan demikian tidak dapat diterima oleh umat Muslim, yang sangat menghargai Al-Qur'an fisik dan tidak akan berani untuk menandainya dengan cara apa pun. Oleh karenanya, ada baiknya untuk memiliki salinan Alkitab yang lain tanpa catatan atau tanda apa pun. Juga, ketika Anda selesai membacanya, jangan letakkan Alkitab Anda di lantai melainkan di atas meja atau kursi. Mungkin hal-hal demikian tampak tidak relevan bagi kita, tetapi penting bagi umat Muslim yang dapat menganggap bahwa Anda tidak menghormati Kitab suci.
    Berhubungan dengan hal di atas, jika Anda memiliki Al-Qur'an dan perlu merujuk pada sebuah ayat di dalamnya, hindari membawanya ke diskusi tetapi cermatilah apakah kenalan Muslim Anda akan membiarkan Anda menggunakan miliknya – atau mungkin mereka lebih suka mencarikannya bagi Anda. Beberapa Muslim meyakini – berdasarkan ajaran Muhammad – bahwa non-Muslim tidak boleh menyentuh Al-Qur'an. Dan tentu saja ketersediaan Al-Qur'an online saat ini mempermudah untuk mencari ayat di internet, dan umat Muslim tampaknya menerima hal ini.
  11. Sebelum memulai setiap percakapan, Anda harus mengetahui bukan hanya tentang apa yang Al-Qur'an setujui dengan Alkitab, tetapi juga apa yang tidak disetujui. Bagian yang disetujui seringkali lebih penting daripada yang tidak disetujui, karena seringkali persamaan ini membuatnya menjadi tidak masuk akal secara Islam dan hanya dapat dipahami melalui pembacaan Alkitab. (Lihat bab 12 di bawah)
    Kita juga perlu tahu apa yang kita yakini, karena kadang-kadang kita mungkin terlibat dalam diskusi yang tidak relevan yang tidak memiliki efek teologis sama sekali, misalnya menghabiskan waktu hanya untuk membela seseorang (atau bahkan dosa Anda sendiri). Kita menyakini bahwa setiap orang adalah orang berdosa (Roma 3), jadi tidak perlu membenarkan apa yang telah dilakukan oleh beberapa paus atau biarawan.
  12. Terima hal-hal yang Anda setujui – untuk sementara waktu – dan mengembangkannya. Al-Qur'an memiliki cuplikan dari banyak cerita dan konsep Alkitab tetapi tanpa rincian apa pun, sementara Alkitab menerangkannya dengan dalam dan jelas. Berfokus pada pokok bahasan ini dapat memungkinkan orang Kristen untuk dengan bebas berbicara tentang Alkitab, karena kenalan Muslim Anda mungkin tertarik untuk mengetahui apa yang akan dikatakan orang-orang Kristen tentang hal-hal yang telah dibacanya dalam Al-Qur'an, seperti kelahiran Kristus, Keluaran, mukjizat Yesus dan Musa, dan lain sebagainya. Lihatlah bab berikutnya untuk pembahasan tentang pokok bahasan tersebut.
  13. Selalu pertimbangkan perspektif kenalan Anda. Pikirkan aturan emas ini: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12) Jika Anda berada di posisi mereka, bagaimana Anda ingin diperlakukan? Adalah ide yang baik untuk memberikan semua informasi kepada kenalan Anda dan membiarkan mereka membuat keputusan; jangan berikan keputusan bagi mereka. Jauh lebih mudah bagi orang untuk berubah pikiran ketika mereka merasa melakukannya dari diri mereka sendiri dibandingkan ketika mereka berpikir didikte Anda atas apa yang harus dipikirkan.
  14. Perhatikan denominasi, atau sekte, dari umat Muslim yang Anda ajak bicara. Jika Anda berbicara dengan seorang Sunni ortodoks, maka mungkin lebih mudah bagi mereka untuk setuju dengan sesuatu yang Anda kutip dari Al-Qur'an atau Hadis, karena mereka akrab dengannya, tetapi akan lebih sulit untuk membuat mereka membaca Alkitab. Jika Anda berbicara dengan seorang Muslim nominal [atau berdasarkan identitas KTP – terj.], maka hampir tidak ada gunanya mengutip Hadis atau Al-Qur'an, karena kemungkinan besar mereka tidak pernah membacanya.
  15. Akhirnya, sebagai hamba Kristus, ingatlah sebuah nasihat dari teolog Jerman abad ke-18 bernama Johann Albrecht Bengel: "Jangan terlibat dalam argumen tanpa pengetahuan, tanpa cinta, dan tanpa alasan." Dan saya ingin menambahkan dengan "tanpa doa".

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 09:34 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)