Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 044 (CHAPTER EIGHT: CHRIST IN ISLAM AS A SERVANT AND MERE HUMAN)
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN TIGA: MEMAHAMI KRISTUS BAGI MUSLIM

BAB 8: KRISTUS DALAM ISLAM SEBAGAI HAMBA DAN MANUSIA BIASA


Meskipun Al-Qur'an secara khusus dan Islam pada umumnya menghormati Kristus melampaui siapa pun, mereka tidak bosan-bosannya menunjukkan berulang kali bahwa Yesus adalah manusia biasa. Al-Qur'an mengatakan:

"Tidak patut bagi Allah mengambil seorang anak laki-laki! Kemuliaan bagi-Nya! Ketika Dia menetapkan sesuatu , Dia hanya mengatakan: 'Jadilah!' dan hal itu terjadilah." (Al-Qur'an 19:35).

Bab yang sama mengatakan:

"Dan mereka berkata, 'Yang Maha Penyayang telah mengambil bagi diri-Nya seorang putra.' Sungguh, kamu telah menyatakan sesuatu yang mengerikan! Langit hampir robek dan bumi hancur remuk dan gunung-gunung hampir jatuh menimpa karena itu mereka telah mengatakan Yang Maha Penyayang memiliki seorang putra; dan tidaklah wajib yang Maha Penyayang mengambil seorang putra. Tidak ada seorang pun yang ada di langit dan bumi kecuali dia datang kepada Yang Maha Penyayang sebagai seorang hamba." (Al-Qur'an 19:88-93)

Dengan demikian kita melihat bahwa kebenaran tentang Yesus sebagai putra Allah, sepenuhnya manusiawi dan sepenuhnya ilahi, adalah laknat bagi umat Muslim. Bahkan, Islam menganggap bahkan diskusi tentang keilahian Kristus dan ke-Anakan-Nya bagi Allah sebagai penghujatan. Tapi ini bukanlah satu-satunya alasan mengapa sulit berbagi kebenaran dengan teman-teman dan kenalan Muslim. Faktor yang menyulitkan adalah bahwa secara umum, umat Muslim sebenarnya tidak tahu apa yang sebenarnya diyakini orang Kristen tentang Kristus, mereka hanya tahu apa yang Al-Qur'an katakan atas apa yang dipercaya oleh orang Kristen. Dan ini adalah dua hal yang sangat berbeda.

Muslim tidak – dan saya bahkan mungkin melangkah lebih jauh dengan mengatakan mereka tidak bisa – memahami apa yang dikatakan orang Kristen. Mereka mulai dari praanggapan bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah dan itu memang sepenuhnya benar. Jadi ketika Al-Qur'an mengatakan Allah tidak dapat memiliki seorang putra karena Dia akan membutuhkan seorang istri, maka itulah maksudnya [melalui istri-terj.] Allah bisa mendapatkan seorang putra. Meskipun bahasa Arab menggunakan kata anak laki-laki untuk menunjukkan banyak hubungan non-biologis, dalam konteks ini umat Muslim dibatasi untuk mengartikan ide putra Allah dengan satu cara ini. Faktanya, Al-Qur'an mendapatkan konsep ke-Anakan Kristus yang salah adalah penting, karena jika seorang Muslim hanya mengakui bahwa apa yang dipercaya orang-orang Kristen sudah mereka yakini, ini secara otomatis menyebut Al-Qur'an salah. Jika Allah berkata orang Kristen mengatakan Allah memiliki seorang putra dan seorang istri, maka itulah yang dikatakan orang-orang Kristen [yang sesat itu – terj.]. Tidaklah menjadi masalah apakah yang kita yakini itu benar atau salah, karena dalam hal ini, dengan mengakui Al-Qur'an telah salah paham atas iman kita merupakan sebuah dakwaan terhadap al-Qur'an. Dengan demikian, ini adalah tonggak utama untuk membuat umat Muslim memahami apa yang kita yakini, karena tentunya hal ini sudah setengah dari pertempuran.

Muslim percaya bahwa dengan mengatakan Kristus adalah putra Allah berarti menjadikan Kristus sebagai setara dengan Allah (co-God), yang diyakini umat Muslim sebagai bentuk politeisme. Ini adalah sesuatu yang pasti akan kita sepakati dengan umat Muslim yaitu, jika Kristus hanyalah manusia biasa; tentu saja, menjadi ciptaan biasa yang setara dengan Allah adalah politeisme dan penghujatan. Dan kami juga percaya bahwa mustahil bagi makhluk ciptaan biasa untuk menjadi Allah. Dengan itu, kita dengan jelas dan pada dasarnya tidak setuju dengan umat Muslim bahwa ini adalah hubungan antara Kristus dan Bapa, karena kita mengatakan Allah dan Putra adalah satu keberadaan, atau seperti yang dikatakan oleh penulis kitab Ibrani, Kristus "adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah." (Ibrani 1:3).

Jadi kita telah melihat apa yang umat Muslim percaya (dan harus percaya), ketika kita berbicara tentang Yesus sebagai putra Allah, bahwa kita berbicara tentang hubungan biologis yang membutuhkan ayah dan seorang ibu. Inilah yang sudah dibantah Al-Qur'an:

"Dia adalah Pencetus langit dan bumi. Bagaimana Dia dapat memiliki anak ketika Dia tidak memiliki istri? Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia adalah Yang Maha Tahu akan segala sesuatu." (Al-Qur'an 6:101)

Umat Muslim tidak percaya adanya keberadaan ke-Anakan tanpa hubungan seksual, dan semua penafsir Al-Qur'an membangun keberatan mereka tentang hal ini. Tabari, misalnya, mengatakan: "Bagaimana mungkin Allah memiliki seorang putra ketika dia tidak memiliki istri, dan anak laki-laki itu hanya dapat hadir melalui laki-laki dan perempuan", dan demikian pula Baidawi berkata: "Bagi Allah untuk memiliki seorang putra itu berarti dia harus memiliki istri yang setara dan itu tidak mungkin bagi Allah".

Umat Muslim selalu terkejut ketika mereka diberi tahu bahwa orang Kristen tidak percaya pada ayah, ibu, dan anak, seperti yang ditulis dalam Al-Qur'an, itulah yang dimaksud dengan trinitas Kekristenan:

"Ketika Allah berfirman, 'Hai ‘Isa, putra Maryam, apakah engkau berkata kepada orang-orang, "Ambillah aku dan ibuku sebagai para allah, selain dari Allah"? ' " (Qur'an 5:116).

Beberapa orang Kristen berpikir Al-Qur'an memiliki keberatan dengan Kolirdianisme (Collyridianism), yang merupakan aliran sesat Kristen di masa awal pra-Islam di Arab yang pengikutnya menyembah Maria sebagai dewi. Kami tidak tahu apa-apa tentang kelompok itu selain apa yang ditulis uskup Salamis di Siprus, Epifanius, sekitar tahun 376 M. Menurutnya, wanita-wanita tertentu di Arab yang saat itu sebagian besar menyelaraskan kepercayaan adat dengan penyembahan Maria, dan membagikan sedikit kue atau roti gulung kepada pengikut mereka. Kue-kue ini disebut collyris (bahasa Yunani: κολλυρις), dan merupakan sumber dari nama Collyridian. Tetapi keberadaan sekelompok wanita itu diperdebatkan oleh banyak cendekiawan karena kami tidak memiliki referensi lain tentang keberadaan mereka selain Epifanius. Ada teori-teori lain tentang ajaran siapa yang dipermasalahkan oleh Al-Qur'an: bisa jadi Marcionisme, Nazoraean, Mariolatrist, atau Yahudi pada masa itu. Namun, jelas bahwa keberatan Al-Qur'an itu bukanlah terhadap kepercayaan Kristen yang sebenarnya tetapi juga ajaran-ajaran yang juga ditolak oleh Kekristenan (untuk pembahasan lebih lanjut, lihat halaman 189 dari The Qur'an in Christian – Muslim Dialogue). Tetapi terlepas dari mengapa Muhammad memiliki gagasan atas kepercayaan Kristen tersebut – sekalipun orang-orang Kristen tidak pernah percaya atau mengklaim Maria sebagai istri Allah – hal itu tidak dipersoalkan oleh seorang Muslim, karena Al-Qur'an mengatakan sebaliknya.

Salah satu alasan terakhir umat Muslim percaya bahwa mustahil Kristus adalah Allah adalah karena menurut Al-Qur'an:

"Al-Masih, putra Maryam, hanyalah seorang Rasul; Para utusan sebelum dia telah meninggal dunia; ibunya adalah wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Lihatlah, bagaimana Kami memperjelas tanda-tanda itu kepada mereka; maka lihatlah, betapa sesatnya mereka!" (Al-Qur'an 5:75)

Jadi menurut Al-Qur'an, karena Yesus makan makanan, itu berarti dia perlu pergi ke toilet, dan Allah tidak akan pernah melakukan itu.

Gagasan Al-Qur'an tentang Yesus dapat diringkas sebagai berikut:

A. "Al-Masih, Isa putra Maryam, hanyalah Rasul Allah, dan Firman-Nya yang Dia berikan kepada Maryam, dan Roh dari-Nya. Jadi percayalah kepada Allah dan para Rasul-Nya, dan janganlah berkata, 'Tiga.' Menahan dirilah; itu lebih baik untukmu." (Al-Qur'an 4:171)
B. "Dia [Isa] berkata, 'Sesungguhnya, aku adalah hamba Allah; Allah telah memberiku Kitab itu, dan menjadikan saya seorang Nabi. ' " (Al-Qur'an 19:30)
C. "Sungguh, keserupaan Isa, dalam pandangan Allah, adalah seperti rupa Adam; Dia menciptakan dia dari debu, kemudian Dia berkata kepadanya, ʽJadilah!' dan jadilah dia." (Al-Qur'an 3:59)

Jadi inti dari gagasan Islam tentang Kristus adalah bahwa dia hanyalah manusia biasa yang diutus Allah sebagai utusan kepada orang-orang Yahudi dengan sebuah buku yang disebut Injeel (Injil) untuk mengoreksi apa yang dirubah oleh orang-orang Yahudi dalam agama mereka, dan ketika mereka ingin membunuhnya Allah mengangkatnya ke surga, dan pada hari-hari terakhir dia akan datang, mengikuti Imam Muslim, mematahkan salib, dan membunuh babi, menikah, mati dan dikuburkan di sebelah Muhammad. Dia tidak akan pernah bisa menjadi Allah karena dia biasa berdoa dan berpuasa, makan dan minum, dan karena dia lahir dari seorang wanita. Dengan demikian dia adalah makhluk ciptaan dan makhluk ciptaan tidak akan pernah bisa menjadi Allah.

Keyakinan Muslim tentang Kristus secara signifikan berbeda dari kebenaran Alkitab. Namun kami secara luas menyepakati dua hal meskipun kami memiliki perbedaan dalam rinciannya:

1. Kristus adalah hamba Allah. Alkitab mengatakan bahwa Kristus adalah Nabi, Imam dan Raja, dan adalah hamba Tuhan (Yesaya 43:10; Filipi 2:6-7; Yesaya 42:1). Orang Kristen tidak melihat pertentangan dengan keilahian Kristus karena percaya kepada Kristus sebagai hamba dari Allah. Sebuah pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada kenalan Muslim kita adalah: apakah mereka berasumsi – sebagai bahan sanggahan – bahwa jika Tuhan memilih untuk menjadi seorang manusia, dia harus menjadi seorang ateis? Ketaatan penuh Kristus kepada Allah adalah bukti bahwa dia adalah manusia yang sempurna. Islam mengiyakan setengah dari apa yang diyakini orang Kristen dan dengan keras menolak setengah bagian lainnya. Al-Qur'an telah menyebabkan umat Muslim memiliki gambaran yang tidak jelas tentang Kristus, Alkitab, dan keyakinan Kekristenan. Oleh karena itu, seorang Muslim memiliki pilihan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Kristus melalui Alkitab atau menolak untuk mengetahui apa yang Al-Qur'an tidak katakan kepada mereka.

2. Yesus adalah manusia, sesuatu yang Alkitab nyatakan berulang kali. Apa yang umat Muslim tidak pahami, karena, gagasan bahwa Kristus menjadi manusia seutuhnya dan juga sepenuhnya Allah. Ketika Alkitab mengatakan "tentang Anak-Nya yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." (Roma 1:3-4), ini tidak dapat dipahami oleh umat Muslim, karena praanggapan yang mendasarinya, seperti yang kami sebutkan sebelumnya, bahwa ke-Anakan hanya dapat terjadi secara biologis.

Alasan lain adalah penggunaan kata "Allah" oleh para Muslim dalam bahasa Arab sebagai kata benda (atau nama), sementara Alkitab menggunakan "Elohim" sebagai kata benda umum yang dapat merujuk bukan hanya kepada Allah tetapi juga pada manusia dan (misalnya Mazmur 82:1,6; Keluaran 7:1; Keluaran 21:6; Keluaran 22:89). Alkitab menggunakannya untuk merujuk pada otoritas tertinggi dalam suatu situasi, dan secara akurat dapat diterjemahkan sebagai "yang Maha Kuasa". Kata yang digunakan Alkitab sebagai kata yang tepat untuk benda, atau nama, untuk Allah adalah "Yahweh" yang secara eksklusif mengacu pada Allah yang benar dan tidak pernah kepada yang lain, dan bukan Elohim. Tetapi ketika umat Muslim mendengar orang-orang Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah Allah, Bapa adalah Allah, dan Roh adalah Allah, mereka berpikir bahwa kita menggunakan kata benda atau nama yang sama tepatnya untuk ketiganya, dan dengan demikian mereka mendengar ini seolah-olah kita mengatakan Yesus adalah Bapa adalah Roh. Sayangnya, hal ini tidak terlalu membantu ketika beberapa orang Kristen mencoba menjelaskan trinitas menggunakan analogi manusia seperti membandingkannya dengan tiga keadaan air (padat, cair, dan uap air) karena itu malah menegaskan konsep yang dirasakan umat Muslim. Cara yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah menjelaskan atau menyatakan apa yang kita percayai dengan jelas dan menyerahkannya pada Roh Kudus untuk menyakinkan mereka.

Penting untuk diingat bahwa hambatan pertama bagi umat Muslim untuk menerimanya bahwa kita percaya sesuatu yang berbeda dari yang dikatakan oleh Al-Qur'an. Mayoritas Muslim tidak tahu tentang keyakinan Kristen atau ajaran Alkitab, karena mereka belum pernah membacanya atau mereka tidak memahaminya atau kedua hal tersebut. Banyak Muslim yang mengatakan bahwa mereka telah membaca Alkitab biasanya mengartikan bahwa mereka mendapatkan sebuah buku yang ditulis oleh seorang apologis Muslim dengan beberapa ayat Alkitab di dalamnya, atau mereka memiliki Alkitab untuk mencari ayat-ayat yang dikutip oleh apologis Muslim. Secara pribadi perjumpaan pertama kali saya dengan Alkitab adalah dengan cara tersebut. Saya mendapat Alkitab untuk mencari ayat yang digunakan oleh seorang penulis Muslim yang mengkritik ke-Kristenan. Muslim percaya bahwa mereka memiliki Perjanjian terakhir (sebagaimana beberapa Muslim yang kebarat-baratan suka menyebut Al-Qur'an) dan oleh karena itu mereka tidak perlu membaca Alkitab: karena jika Ia sudah memeluk Al-Qur'an, mereka tidak butuh Alkitab; dan jika tidak, mereka tidak memercayainya. Jadi, Anda boleh menghabiskan banyak waktu membahas hal ini dengan kenalan Muslim Anda sebelum diskusi yang benar tentang ajaran Alkitab dapat dimulai.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 09:04 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)