Home
Links
Contact
About us
Impressum
Site Map?


Afrikaans
عربي
বাংলা
Dan (Mande)
Bahasa Indones.
Cebuano
Deutsch
English-1
English-2
Español
Français
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
മലയാളം
O‘zbek
Peul
Português
Русский
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Yorùbá
中文



Home (Old)
Content (Old)


Indonesian (Old)
English (Old)
German (Old)
Russian (Old)\\

Home -- Indonesian -- 17-Understanding Islam -- 076 (Is the Qur’an superior to other scriptures because they all have been changed, while the Qur’an alone has been preserved?)
This page in: -- Arabic? -- Bengali -- Cebuano? -- English -- French -- Hausa -- Hindi -- Igbo -- INDONESIAN -- Kiswahili -- Malayalam -- Russian -- Somali? -- Ukrainian? -- Yoruba?

Previous Chapter -- Next Chapter

17. Memahami Islam
BAGIAN LIMA: MEMAHAMI KEBERATAN MUSLIM TERHADAP INJIL
BAB 13: KEBERATAN MUSLIM TERHADAP KEKRISTENAN
13.1. Mereka Percaya Bahwa Al-Qur’an Dilestarikan dan Alkitab yang Asli Sudah Rusak

13.1.6. Apakah Al-Qur’an lebih unggul dari semua Kitab Suci lainnya karena isinya telah dirubah, sementara hanya Al-Qur’an yang telah dilestarikan?


Klaim bahwa Al-Qur’an lebih unggul dari kitab-kitab suci lainnya dengan alasan semua kitab tersebut sudah dirubah adalah klaim yang agaknya tidak beralasan, karena kita pun tidak mengetahui tulisan asli dari kitab-kitab tersebut. Klaim ini sama sekali tidak didukung oleh bukti manuskrip, teks Alkitab, atau bahkan Al-Qur’an. Alkitab dengan jelas menempatkan pelestarian firman Allah di tangan Allah sendiri dan bukan kepada manusia:

"Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." (Yesaya 40:8)
"Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku." (Yeremia 1:12)

Daud dalam Mazmur mengatakan:

"Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga." (Mazmur 119:89)

Kristus dalam Injil mengatakan:

"Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Matius 5:18)
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35)
“Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu. “" (1 Petrus 1:25 )

Kami juga memiliki peringatan yang jelas dari Allah kepada umat-Nya:

"Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu." (Ulangan 4:1-2 )

Dan peringatan itu diulangi dalam kitab Wahyu:

"Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini." (Wahyu 22:18-19)

Dengan semua janji dan peringatan ini, tidak mungkin orang percaya akan memikirkan gagasan untuk mengubah satu huruf pun, dan jika seorang Muslim mengatakan mereka yang mengubahnya bukanlah orang percaya, lalu bagaimana mungkin umat Kristen membiarkannya terjadi tanpa melakukan apa pun? Hal yang menarik di sini adalah bahwa Al-Qur’an sendiri tidak mengklaim perubahan tekstual Alkitab. Sebaliknya, Al-Qur’an mengatakan:

"Sesungguhnya Kami menurunkan Taurat, di mana terdapat petunjuk dan cahaya; dengan demikian para Nabi yang telah menyerahkan diri mereka memberikan penghakiman bagi orang-orang Yahudi, seperti halnya para penguasa dan para rabi, mengikuti bagian dari Kitab Allah seperti yang diberikan untuk mereka pelihara dan menjadi saksi. Jadi janganlah takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku, dan janganlah menjual tanda-tanda-Ku dengan harga yang murah. Barang siapa yang menghakimi tidak menurut apa yang telah Allah turunkan ‒ mereka adalah orang-orang kafir. Dan di dalamnya Kami menetapkan bagi mereka: "Nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, hidung ganti hidung, telinga ganti telinga, gigi ganti gigi, dan untuk membalas luka-luka‟; tetapi barangsiapa mengabaikan ketetapan itu seperti memberikan persembahan sukarela, maka pembalasan itu ditimpakan bagi dia. Barangsiapa menghakimi tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan ‒ mereka adalah para pelaku kejahatan. Dan Kami mengutus, mengikuti jejak mereka, Yesus putra Maryam, meneguhkan Taurat yang ada sebelum dia dan Kami memberikan Injil kepadanya, di mana adalah petunjuk dan cahaya, dan meneguhkan Taurat yang sebelumnya, sebagai petunjuk dan peringatan untuk takut kepada Allah. Jadi biarlah umat Injil menghakimi sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan di dalamnya. Barangsiapa menghakimi tidak menurut apa yang telah Allah perintahkan ‒ mereka adalah orang fasik. Dan Kami telah menurunkan kepada kamu Kitab dengan kebenaran, mengukuhkan Kitab yang ada sebelumnya, dan menegaskannya. Jadi hakimilah di antara mereka sesuai dengan apa yang telah Tuhan turunkan, dan jangan mengikuti keinginan mereka, untuk meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Kepada semua orang dari kalian, kami telah menunjukkan jalan yang benar dan jalan yang terbuka. Jika Tuhan menghendaki, Dia akan menjadikanmu satu bangsa; tetapi Dia akan menguji kamu dengan apa yang terjadi padamu. Karenanya teruslah melakukan perbuatan baik; kepada Allah kamu akan kembali, bersama-sama; Dan dia akan memberitahumu apa yang dahulu kamu perselisihkan." (Al-Qur’an 5:44-48, terjemahan Arberry).

Kami mencatat beberapa hal dalam bagian Al-Qur’an ini:

  • Menurut Al-Qur’an Allah telah mengirimkan Taurat dan Injil di mana adalah petunjuk dan cahaya.
  • Itu diberikan kepada para nabi, penguasa, dan Rabi untuk dipelihara.
  • Kristus telah mengukuhkan Taurat yang sudah ada sebelum kedatangan-Nya.
  • Menurut Al-Qur’an, baik orang Yahudi maupun Kristen dihakimi sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada mereka.
  • Al-Qur’an mengonfirmasi Injil dan mengatakan bahwa Al-Qur’an melindunginya.
  • Frasa yang diterjemahkan Arberry sebagai "di mana adalah petunjuk dan cahaya" sebenarnya ambigu dalam kalimat bahasa Arab (faktanya frasa tersebut tidak memiliki kata kerja yang sebenarnya). Namun, sebagai upaya untuk memberi kesan bahwa demikianlah Injil sesungguhnya di masa lalu, tetapi Injil yang ada sekarang ini telah rusak, beberapa terjemahan Muslim modern mengatakan "di mana adalah (di masa lalu) petunjuk dan cahaya" atau "berisi petunjuk dan cahaya" yang menyiratkan bahwa petunjuk tersebut pernah ada tetapi sekarang sudah tidak ada, merupakan terjemahan yang tidak secara eksplisit didukung oleh bahasa Arab. Bahkan jika kita mengambil terjemahan dalam bentuk lampau, tetap saja teks tersebut tidak menyakinkan dan konsisten. Menurut teks Al-Qur’an, Kristus mengkonfirmasi apa yang sudah ada sebelum dia ada, dan Muhammad mengkonfirmasi apa yang sudah ada sebelum dia ada, jadi jika kita memiliki teks apa saja dari zaman Muhammad atau Kristus, kita memiliki teks yang dikukuhkan. Jika teks pada masa Kristus atau Muhammad tidak benar maka klaim konfirmasi Al-Qur’an adalah salah, dan itu juga berarti Al-Qur’an gagal dalam menjaga Alkitab. Saat ini kita memiliki teks Alkitab sebelum zaman Kristus dalam gulungan-gulungan Laut Mati dan kita memiliki puluhan ribu manuskrip Alkitab dari sebelum zaman Muhammad.

Pada titik ini umat Muslim biasanya mencoba menunjuk pada beberapa varian tekstual dan klaim yang membuktikan maksud mereka, tetapi tidak bisa seperti itu. Ada perbedaan antara memiliki varian dalam teks dan tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan teks tersebut. Misalnya, jika kita mengatakan "Yesus Kristus" dan "Kristus Yesus," itu akan dihitung sebagai varian tetapi tidak ada seorangpun yang tidak mengerti maksud kata-kata itu. Selanjutnya Al-Qur’an meminta orang Yahudi dan Kristen untuk menghakimi sesuai dengan apa yang menjadi petunjuk yang mereka miliki. Bagaimana mungkin Al-Qur’an meminta mereka untuk menghakimi menurut buku yang sudah rusak? Kita membaca di bagian lain dalam Al-Qur’an:

"Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad) siapa pun kecuali orang-orang, yang Kami ilhami, jadi mintalah kepada mereka yang mengetahui Kitab Suci [orang-orang terpelajar dari Taurat dan Injil], jika Anda tidak tahu." (Al-Qur’an 16:43)

Dengan demikian Al-Qur’an memberitahu umat untuk bertanya kepada Orang Yahudi dan Kristen tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Bahkan Muhammad diberi tahu untuk bertanya kepada mereka apabila dia memiliki keraguan:

"Jadi jika kamu ragu, [wahai Muhammad], tentang apa yang telah Kami ungkapkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada mereka yang telah membaca Kitab Suci sebelummu. " (Al-Qur’an 10:94).

Apakah kita diharapkan untuk mempercayai Al-Qur’an memberi tahu Muhammad untuk bertanya kepada orang-orang dari Kitab Suci (Yahudi dan Kristen) bila dia ragu tetapi pada saat yang sama menuduh kitab mereka sudah rusak?

Di sini, saya tidak sedang mencoba untuk mengonfirmasi kebenaran Alkitab melalui Al-Qur’an, melainkan saya mencoba untuk membedakan antara apa yang Islam klaim melalui dokumen-dokumen yang ditemukannya dengan apa yang diyakini oleh para Muslim pada umumnya. Yang aneh adalah tuduhan seperti itu baru muncul di kalangan muslim ratusan tahun setelah kematian Muhammad. Kaum Muslim awal dan Al-Qur’an menuduh orang Yahudi mengambil kata-kata tertentu di luar konteks dan dengan memutar lidah mereka untuk mengolok-olok agama yang benar (Qur’an 4:46). Mereka tidak mengatakan bahwa orang-orang Yahudilah yang mengubah teks itu sendiri. Klaim saat ini tidak seperti itu, dan dalam setiap kasus, hal ini umum terjadi pada teks apa pun; di mana Anda menemukan seseorang yang karena alasan tertentu mencoba mendistorsi makna teks, kita hanya perlu kembali ke teks awal untuk memahami makna sebenarnya. Baik kultus Kristen maupun Muslim dan aliran sesat melakukan itu sepanjang waktu. Tetapi untuk mengubah apa yang dikatakan teks, klaim tersebut tidak ditemui dalam sumber-sumber Islam awal mana pun. Al-Qur’an tidak mengatakan bahwa orang Yahudi atau Kristen menuliskan dalam kitab-kitab suci mereka hal-hal yang tidak diungkapkan dari Allah; yang dikatakannya adalah bahwa mereka menyimpan rahasia-rahasia (Al-Qur’an 2:77), mereka menyembunyikan kesaksian (Al-Qur‘an 2:140), mereka memutarbalikkan kitab dengan lidah mereka (Al-Qur‘an 3:78), mereka melemparkan kitab itu ke belakang punggung mereka (Al-Qur’an 3:187), dan mereka melupakan bagian-bagian dari pesan itu (Al-Qur’an 5:13). Jadi kita melihat bahwa Al-Qur’an memang menuduh orang-orang Yahudi dan Kristen dengan kerusakan Kitab Suci mereka tetapi hanya dalam pembacaan lisan atau dalam penafsiran mereka dan bukan dalam teks itu sendiri. Para cendekiawan Muslim setuju. Misalnya, Ar-Razi menulis:

"Perubahan di sini berarti salah menafsirkan teks, menggunakan interpretasi yang salah, mengambil kata-kata di luar konteks, mengambil suatu kata untuk makna yang tidak benar, yang merupakan hal yang sama seperti yang dilakukan bidat hari ini dan ini adalah arti korupsi yang benar."

Dengan demikian tuduhan kerusakan tanpa bukti tidak dapat ditanggapi dengan serius. Ini adalah tuduhan bukan saja terhadap Alkitab seperti yang mungkin dipikirkan umat Muslim, tetapi juga terhadap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengklaim:

"Tidak seorang pun dapat mengubah firman Allah" (Al-Qur’an 6:34),

dan Al-Qur’an mengklaim bahwa Alkitab sebagaimana dinyatakan memang merupakan firman Allah! Juga Al-Qur’an, seperti yang kita lihat, mengatakan Al-Qur’an dikirimkan sebagai penjaga atas kitab suci (5:48), yang berarti:

  1. Allah gagal memelihara firman-Nya.
  2. Orang Yahudi dan Kristen berhasil merusak firman Allah dan Allah tidak bisa berbuat apa-apa.
  3. Muhammad gagal menyimpan satu salinan Alkitab yang tersedia pada masanya seperti yang diceritakan dalam sebuah Hadis: "Sekelompok orang Yahudi datang dan mengundang Rasulullah ke Quff. Jadi dia mengunjungi mereka di sekolah mereka. Mereka berkata: Abul-Qasim, salah satu pria dari kelompok kami telah melakukan perzinahan dengan seorang wanita; jadi ucapkanlah penghakiman atas mereka. Mereka meletakkan bantal untuk Rasulullah duduk di atasnya dan berkata: Bawalah Taurat. Diberikan Taurat itu kepadanya. Dia kemudian menarik bantal yang didudukinya dan meletakkan Taurat di atasnya sambil berkata: Aku memercayai kepada dirimu dan di dalam Dia yang menyatakan engkau." (Sunan Abi Dawud - 4449).
  4. Umat Muslim setelah masa Muhammad gagal menyimpan salinan Kitab yang tersedia itu pada masa mereka dan yang mana Muhammad bersumpah atasnya.

Pada dasarnya tuduhan ini menyalahkan semua orang. Pertanyaan-pertanyaan lain perlu diberikan, sebut saja, kapan dugaan kerusakan itu terjadi, dan di tangan siapa? Mari kita lihat pertanyaan yang pertama. Di sini kami memiliki tiga kemungkinan:

  1. Pada saat penulisannya - berarti terjadi pada zaman Musa dan Yesus. Kemungkinan seperti ini menghancurkan seluruh gagasan kenabian dalam Islam karena berarti mengakui bahwa para nabi itu sendiri tidak dapat dipercaya (seperti yang diajarkan Islam kepada mereka). Ini juga berarti Allah gagal memilih seorang nabi yang dapat dipercaya, dan Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang berdusta karena mengklaim para nabi itu tidak dapat bersalah dan dapat dipercaya.
  2. Kitab itu diubah di antara masa Yesus dan masa Muhammad. Kemungkinan ini pun gagal jika diperiksa karena kami memiliki ribuan salinan dari waktu itu dan kami memiliki gulungan Laut Mati yang berasal dari masa sebelum Kristus. Ini juga berarti Muhammad dan umat Muslim gagal melakukan pekerjaan yang diberikan kepada mereka dalam Al-Qur’an yaitu untuk menjaga Kitab Suci.
  3. Hal itu terjadi setelah masa Muhammad. Sekali lagi itu ini pun tidak mungkin karena alasan yang sama: keberadaan manuskrip, keberadaan terjemahan-terjemahan dalam beberapa bahasa.

Satu-satunya pilihan yang mungkin adalah bahwa sejak awal korupsi semacam itu tidak pernah terjadi, karena tidak didukung oleh bukti dan dilawan oleh banyaknya bukti untuk menentangnya.

Sekarang mari kita pertimbangkan pertanyaan tentang siapa yang diperkirakan telah mengubah Alkitab. Islam tidak menawarkan jawaban untuk ini, jadi mari kita lihat pilihannya.

a) Orang-Orang Yahudi: Jika orang-orang Yahudi mengubah teks untuk menyangkal atau mengubah nubuat tentang Yesus atau Muhammad, mengapa orang Kristen abad pertama tidak mengatakan apapun tentang hal itu? Sebaliknya, memang orang Kristen menuduh orang Yahudi atas banyak hal, tetapi tiada satu pun tuduhan untuk mengubah Kitab Suci. Rasul Paulus mengatakan:

“Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. “ (Roma 9:4)

Gereja mula-mula mengandalkan Perjanjian Lama. Ketika Kristus berfirman:

“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, “ (Yohanes 5:39),

Dia sedang berbicara tentang Perjanjian Lama. Ketika Petrus berkata:

“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi” (2 Petrus 1:19),

dia berbicara tentang Perjanjian Lama; ketika Lukas menulis:

"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (Kisah Para Rasul 17:11),

dia sedang berbicara tentang Perjanjian Lama. Bahkan ketika Perjanjian Baru berbicara tentang Kitab Suci, sebagian besar selalu berbicara tentang Perjanjian Lama. Kita juga masih memiliki lebih dari tiga ratus nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama; orang-orang Yahudi menyangkali maksudnya atau mencoba membiarkannya tetapi nubuat-nubuat tersebut masih ada dalam buku mereka.

Akhirnya, jika orang-orang Yahudi mengubah buku mereka, mengapa mereka membiarkan semua tindakan memalukan dari nenek moyang mereka tertulis di sana? Bandingkanlah apa yang Anda baca dalam Perjanjian Lama dan apa yang Anda baca pada sebagian besar tulisan Islam tentang Muhammad, dan Anda akan melihat perbedaannya. Penulis-penulis Muslim berusaha sangat keras untuk menghapus atau menyangkal segala hal yang dapat memalukan dan menekankan pada tindakannya yang terpuji sampai pada titik hiasan. Jadi mengapa orang-orang Yahudi tidak melakukan hal serupa dengan semua yang tertulis dalam Alkitab tentang dosa-dosa para nabi dan kejahatan raja-raja Yudea dan Samaria?

b) Umat Kristen: Mungkin umat Kristenlah yang merubah Alkitab. Tetapi jika demikian, bagaimana mungkin orang Kristen dan Yahudi memiliki Perjanjian Lama yang sama meskipun mereka tidak sepakat dengan maksud yang terkandung di dalamnya? Dan jika mereka melakukannya, mengapa orang Yahudi abad pertama tidak mengungkapkan mereka dan mematikan agama yang masih baru saat itu? Dalam bahasa apa mereka melakukannya? Dalam bahasa Ibrani dan Aram atau dalam bahasa Yunani? Mengapa teks yang kita miliki dari sebelum ke-Kristenan setuju dengan apa yang kita miliki setelahnya?

c) Keduanya: Mungkin umat Yahudi maupun Kristen melakukannya bersamaan. Nah, kapan mereka menyepakatinya padahal waktu itu Ke-Kristenan belum dimulai? Jadi, itu tidaklah mungkin, karena kita memiliki hampir semua Perjanjian Lama yang berasal dari ratusan tahun yang lalu sebelum ke-Kristenan dalam gulungan-gulungan Laut Mati. Mengapa orang-orang Romawi tidak mengungkapkan orang-orang Yahudi dan Kristen dan dengan demikian menyingkirkan musuh-musuh mereka sekaligus?

d) Semua bangsa di bumi: Pada dasarnya inilah satu-satunya pilihan yang tersedia jika kita setuju dengan umat Muslim bahwa teks Alkitab diubah dengan asumsi bahwa kita tidak tahu apa isi aslinya. Setiap bangsa di bumi sebelum masa Islam dalam semua bahasa dan lokasi mana pun ada salinan Alkitab menyepakati untuk mengubah ayat-ayat tertentu dari kitab Yahudi dan kitab-kitab Kristen, dan dengan menambahkan ayat-ayat lain, untuk menyangkal seorang nabi yang akan datang beberapa abad kemudian. Mereka juga harus menyetujui untuk menulis ulang manuskrip dan terjemahan lama, membakar aslinya, dan tidak pernah menulis atau mengatakan sepatah kata pun tentang apa yang mereka lakukan. Pilihan yang tidak masuk akal seperti itulah yang ditinggalkan oleh umat Muslim, dan mungkin alasan mereka memikirkan gagasan tersebut adalah sama persis dengan gagasan yang diwujudkan oleh Utsman dengan Al-Qur’an seperti yang dijelaskan di atas.

Jadi mungkin karena demikianlah sejarah Al-Qur’an, lalu umat Muslim berpikir kitab-kitab lain pun memiliki kasus yang sama. Tetapi ada perbedaan yang besar antara Al-Qur’an dan Alkitab.

  1. Al-Qur’an dalam bentuk satu bahasa yang ditulis lebih dari 23 tahun di satu lokasi oleh satu orang. Alkitab di sisi lain ditulis lebih dari 2000 tahun oleh empat puluh orang dalam tiga bahasa di tiga benua.
  2. Al-Qur’an adalah Kitab milik satu kelompok orang (para Muslim), sedangkan Alkitab adalah milik beberapa kelompok orang yang berbeda, yang tidak setuju satu sama lain tentang apa artinya, ataupun apakah Alkitab itu.

Akhirnya, meskipun kita setuju dengan umat Muslim tentang perlunya Kitab Suci yang tidak pernah salah, tidaklah masuk akal jika Islam mengajarkan pembubaran agama lain. Jadi, bahkan jika kita memiliki dokumen yang asli ditulis sendiri oleh pengarangnya (autograf), umat Muslim masih tetap mengklaim (seperti yang mereka lakukan) bahwa hal itu sudah dibatalkan (dihapuskan dan diganti) oleh Al-Qur’an.

www.Grace-and-Truth.net

Page last modified on January 05, 2024, at 11:33 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)